Mohon tunggu...
Rachmat Hidayat
Rachmat Hidayat Mohon Tunggu... Sejarawan - Budayawan Betawi

a father, batavia, IVLP Alumni 2016, K1C94111, rachmatkmg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Budaya Parkir

13 Juni 2016   09:57 Diperbarui: 13 Juni 2016   10:09 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seiring perkembangan kota yang melaju pesat, komplek atau kawasan pemukiman padat di pinggir dan bahkan di pusat kota banyak kita jumpai. Jakarta misalnya, akan banyak ditemui kawasan pemukiman padat dengan akses jalan masuk yang hanya dapat dilalui oleh kendaraan roda dua dan bahkan hanya bisa di lalui dengan bersenggolan badan, atau kerap di sebut gang senggol.

Kepadatan pemukiman akibat keterbatasan lahan yang ada tentu menimbulkan masalah yang cukup pelik bagi para perancang tata kota. Salah satu yang kerap muncul di pemukiman padat adalah minimnya lahan parkir kendaraan roda empat bahkan roda 2 sekalipun. Kesemrawutan ini bertambah ruwet manakala jalan yang sudah sempit, lalu digunakan untuk berdagang atau kadang jalan itu di tutup untuk nyunatin atau ngawinin warga sekitar. Dan ini menjadi pemandangan yang kerap kita lihat bila memasuki kawasan padat penduduk.

Untuk menyiasati keterbatasan lahan parkir, Ada saja akal para pemilik kendaraan roda empat atau mobil. Biasanya para penghuni yang tinggal di pemukiman padat penduduk memarkir kendaraannya di jalan-jalan sekitar tempat tinggalnya. Jadilah jalan-jalan masuk ke pemukiman padat itu penuh dengan parkiran mobil dan hanya menyisakan satu jalur mobil saja untuk lewat, dan itupun mesti hati-hati lantaran disebelahnya persis ada got. Kalau sampai terperosok, bakalan kelar urusan.

Bicara masalah parkir mobil, baik di Washington DC dan Philadelphia, Amerika Serikat pun memiliki masalah yang sama dengan di Jakarta. Meski pemukiman atau kawasan perumahan di kota-kota di Amerika Serikat ini sangat tertata dengan baik, dengan garis sepadan antar bangunan dan jalan raya dibuat lurus laksana bujur sangkar. Namun, -sama dengan di Jakarta- karena keterbatasan lahan, banyak kendaraan warga yang terparkir di pinggir jalan lantaran mereka tidak mempunyai garasi untuk memarkir mobilnya. Cuma bedanya, di Amerika space atau jarak antara jalan raya dengan mobil yang terparkir pinggir jalan cukup lebar, hingga kapasitas 5 (lima) lajur mobil.

perhatikan ban depannya
perhatikan ban depannya
Nah, aku ingin bercerita tentang budaya dan kebiasaan memarkir mobil di pinggir jalan (on the street) di kedua kota tersebut, saat aku berkunjung ke sana Maret 2016 silam. Tiap harinya, entah itu ketika jogging pagi atau saat berjalan di keremangan senja ‘tuknyari warung makan di sekitaran Dupont Circle, Washington DC, ada yang membuat pandangan mata ini sedikit ‘tak nyaman’. Ada yang kurang sreg dalam amatan mata saat melihat deretan mobil yang terparkir di sisi trotoar tempat ku berjalan. Saat ngukurjalan, sering aku melihat posisi mobil yang terparkir di pinggir jalan tidak dalam posisi yang sebenarnya. Ya, posisi yang kulihat itu sepertinya tak pas dengan dengan pakem yang yang kuanut dalam memarkir mobil.

Di kampungku, di Jakarta, jika kita parkir di pinggir jalan, tentu ban depan mobil akan lurus, dan posisi rem tangan pun tidak terkunci. Gunanya agar memudahkan petugas parkir atau pengguna kendaraan lain yang hendak parkir di depan atau belakangnya, dapat mendorong mobil tersebut, agar mudah untuk ikutan nyempil parkir. Di Amerika, justru sering kali kulihat mobil-mobil yang terparkir di pinggir jalan dengan posisi ban depan mobil bengkok alias tidak lurus. “Kok bisa ya, si supir markir mobilnya seperti itu?” batinku.

p-20160321-085314-575e209fce9273010586239b.jpg
p-20160321-085314-575e209fce9273010586239b.jpg
Menurutku, ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan hal tersebut bisa terjadi; Pertama, lantaran terburu-buru ada urusan sehingga si supir malas untuk membetulkan letak dan posisi kemudi dengan benar. Kedua, bisa jadi si pengemudi tidak mengetahui dengan baik cara memarkir kendaraan yang benar, mungkin karena baru belajar atau memang ada sebab lainnya; Ketiga, di Amerika memang tidak ada petugas parkir di pinggir jalan seperti yang banyak kita lihat di jalan-jalan di Jakarta, sehingga tidak ada petugas yang mengarahkan dan mengatur letak dan posisi memarkir mobil dengan benar.

Di Amerika, sepertinya parkir dengan ban depan lurus ataupun dengan ban depan miring, bukan merupakan sesuatu yang prinsipil yang bisa dinilai benar atau salah. Terserah enaknya saja. Toh memang tak ada larangan atau aturan yang mengatur attitude mereka dalam berparkir. Berbeda dengan Jakarta, yang selalu ada petugas  parkir yang mengarahkan dan memberitahukan supir untuk meluruskan ban depan. Tujuannya tentu agar bisa di dorong, di maju mundurkan supaya bisa keluar/masuk mobil lainnya yang juga mau parkir.

p-20160306-054101-575e20c55893737d06b8b380.jpg
p-20160306-054101-575e20c55893737d06b8b380.jpg
Padahal, kalau dipikir-pikir space dan biaya parkir di kota-kota besar di Amerika disamping sangat terbatas, juga mahal. Sering kulihat ada papan pemberitahuan yang berisi bila parkir sembarangan akan ditowed atau di derek. Papan pemberitahuan ini biasanya di pampang di lokasi-lokasi yang ramai lalu lalang orang dan di sudut-sudut jalan. Menariknya, meski tanpa ada petugas parkiron the street namun jarang terjadi kekisruhan dan pertikaian antar sesama pengguna parkiran. Sudah sama-sama waras tampaknya, hehe..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun