Mohon tunggu...
Rachmat Hidayat
Rachmat Hidayat Mohon Tunggu... Sejarawan - Budayawan Betawi

a father, batavia, IVLP Alumni 2016, K1C94111, rachmatkmg@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Menaklukkan Banjir

1 Desember 2015   15:55 Diperbarui: 1 Desember 2015   17:20 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disamping kanal-kanal, pembangunan waduk pun ditempuh. Ditahun 1965, Komando Proyek Pencegahan Banjir Jakarta Raya (Koprol Banjir) membangun Waduk Melati, Setiabudi, Melati, dan Tomang Barat sebagai penampungan banjir sementara. Pada masa Pemerintahan Jokowi Ahok, program Revitalisasi situ dan waduk yang ada di Jakarta seperti Situ di Kalibata, Situ Cilangkap, waduk Ria Rio, waduk Pluit, dan Situ Kelapa Dua Wetan, coba ditingkatkan. Memang hasilnya belum begitu tampak, namun paling tidak air yang berasal dari lingkungan domestic dapat dikendalikan dan tidak langsung masuk ke pusat kota.

Dalam masa mutaakhir, tercatat dalam ingatan akan peristiwa banjir besar yang terjadi pada tahun 2007, saat itu Jakarta menjadi kota mati. Perekonomian lumpuh. Akses jalan-jalan dari dan menuju ke Jakarta terputus. Lihat saja, bagaimana warga yang tinggal di Ciledug Tangerang tidak dapat pulang ke rumahnya dikarenakan akses jalan ke sana yang melalui jalan Cipurir Raya terputus akibat limpahan air dari Kali Pesanggrahan. Begitu pun warga yang tinggal di bagian timur seperti wilayah Pondok Kelapa, Duren Sawit, tidak dapat menyebrang ke tengah kota, terkunci akibat luapan Ciliwung hingga memutuskan jalan Kampung Melayu/Jl. KH Abdullah Syafe’i. Hanya kendaraan jenis besar saja yang mampu melewatinya.

Akibatnya, kemacetan pun terjadi dimana-mana. Banyak mobil dan kendaraan bermotor yang mogok, tak mampu menahan dan melewati hadangan air. Walhasil, jalan tol pun dimampaatkan pengendara untuk menghindari banjir yang ada di jalan regular (bawah). Ini terjadi di sepanjang jalan by pass yang membentang dari jalan DI Panjaitan hingga Ahmad Yani.

Bukan itu saja, bahkan banjir sanggup melumpuhkan perjalanan kereta api. Stasiun kereta api Tanah Abang, Stasiun Tanjung Priok dan beberapa stasiun yang berada di utara Jakarta menjadi lumpuh lantaran rel dan pelataran stasiun terendam air.

Jika banjir besar terjadi (seperti tahun 2007) maka hampir lebih dari 2/3 wilayah Jakarta akan terendam air. Jakarta berubah menjadi waduk raksasa. Air ada dimana-mana. Tinggi genangan bervariasi, 30 sentimeter hingga 1 meter. Dalam catatan media, sedikitnya 80 orang dinyatakan tewas selama 10 hari karena terseret arus, tersengat listrik, atau sakit. Kerugian ekonomi diperkirakan mencapai 4,3 triliun rupiah. Warga yang mengungsi mencapai 320.000 orang hingga 7 Februari 2007.

Inilah Jakarta. Denyut nadi kehidupannya tidak dapat dilumpuhkan dengan demontrasi besar-besaran, tidak pula dengan mogok buruh dan karyawan. Ia hanya dapat dilumpuhkan dengan banjir besar.

 

 

Sumber:

  1. http://jakarta45.wordpress.com/tag/infrastructure/
  2. http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir_Jakarta_2007
  3. HU REPUBLIKA, Senin, 22 Juni 2009

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun