Sumber: suara.com/ilustrasi pasar tradisional
Suasana baru yang menjadi topik bahasan dikaitkan dengan aktivitas ekonomi yang berlangsung pasca momen lebaran yang sudah lama lewat. Sudah diketahui umum bahwa dalam konteks kegiatan ekonomi manusia sebagai makhluk sosial memiliki karakteristik emosional yang perhatiannya sangat mudah berubah. Hal itu terlihat ketika membuat keputusan, yang biasanya cenderung lebih berorientasi pada kepentingan diri sendiri.
Karakteristik manusia seperti itu mendasari terwujudnya  perilaku ekonomi yang dikemudian hari melahirkan teori perilaku ekonomi. Kita memaklumi teori perilaku ekonomi muncul dengan latar belakang pendekatan ekonomi tradisional atau model pilihan rasional. Orang yang memiliki pemikiran rasional diasumsikan mampu menimbang biaya dan manfaat dengan benar serta menghitung pilihan terbaik untuk diri sendiri.
Dalam tataran empiris, meskipun secara normatif  manusia berusaha memaksimalkan kepuasannya ketika  dihadapkan pada sejumlah pilihan yang terbatas,  akan tetapi manusia terkadang bisa saja mengambil keputusan yang tidak rasional. Inilah yang mendorong munculnya ekonomi perilaku yang dapat menjelaskan motif manusia dalam pengambilan keputusan ekonomi, khususnya terkait dengan psikologi manusia.
Apakah itu Ekonomi Perilaku?
Ekonomi perilaku (behavioral economics)  memiliki arti dan makna yang berbeda dengan perilaku ekonomi (economic behavior). Merujuk hukum DM dalam tata bahasa Indonesia, dapat dikemukakan pada "ekonomi perilaku", aspek ekonomi menjadi obyek yang diterangkan oleh perilaku, sedangkan pada kata: "perilaku ekonomi", obyek yang diterangkan adalah perilaku  dan  ekonomi yang menerangkan.  Itu dari segi bahasa.
Munculnya ekonomi perilaku ini dapat dipandang sebagai kritik terhadap ekonomi tradisional yang menganggap manusia senantiasa membuat keputusan rasional. Padahal faktanya, terkadang manusia membuat keputusan yang tidak rasional. Tergantung pada kondisi emosional manusia saat itu.
Jadi ekonomi perilaku lebih mempelajari batas rasionalitas melibatkan konsep-konsep psikologi, ilmu saraf, dan teori ekonomi mikro. Ekonomi perilaku kadang dianggap sebagai alternatif bagi ekonomi neoklasik, mempelajari pengambilan keputusan pasar dan mekanisme yang mendorong pilihan publik. Biasanya ekonomi perilaku ini tidak sesuai dengan prediksi model ekonomi.
Merujuk Trihadi Pudiawan Erhan dari Universitas Multimedia Nusantara (10/05/2020), dijelaskan bahwa ekonomi perilaku menggabubgkan psikologi dan ekonomi untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang perilaku manusia dan pengambilan keputusan. Dengan memahami bagaimana keputusan dibuat, memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mempengaruhi perilaku orang lain.
Konsep ekonomi perilaku didasari (1) anchoring, (2) availability bias, (3) chunking, (4) confirmation bias, (5) framing effect, (6) loss aversion, (7) relativity bias, (8) reciprocity bias, (9) scarcity effect dan (10) social proof.Â