Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan satuan pendidikan yang bertujuan menghasilkan lulusan yang kompeten untuk bekerja sesuai dengan keahliannya.
Implementasi Kurikulum Merdeka mememiliki orientasi kepada kebutuhan peserta didik untuk Bekerja, Melanjutkan dan Wirausaha (BMW).
Berdasarkan Permendikbud Nomor 50 Tahun 2020 tentang Praktik Kerja Lapangan bagi Peserta Didik, PKL adalah pembelajaran bagi peserta didik Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang dilaksanakan melalui praktik kerja di dunia kerja dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kurikulum dan kebutuhan kerja.
Pada Visi Misi SMK Negeri 1 Kelapa Kampit tertulis pada  butir ke dua :
"Memberikan pelayanan yang prima kepada peserta didik agar menjadi profesional dan berorientasi masa depan."
Sedangkan pada tujuan sekolah dari SMK Negeri 1 Kelapa Kampit tertulis pada  butir ke empat yakni:
"Memperkuat kompetensi softskill dan hardskill peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja, serta mengembangkan karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan Konsentrasi Keahlian yang ada."
Dalam proses kehidupan manusia, komunikasi memiliki peran yang sangat fundamental. Ketika seorang bayi normal terlahir dari rahim seorang wanita normal baik melalui bermacam-macam metode melahirkan maka ia harus menjadi komunikator dan secara fitrah mampu menyampaikan pesan kepada orang yang paling dekat saat proses pembentukan, pertumbuhan dan perkembangannya di tempat yang paling nyaman yaitu kasih sayang seorang ibu.
Maka sebagai manusia normal saat pertama yang dilakukan seorang bayi sebagai komunikator yang baik adalah menangis.Â
Maka seni yang pertama untuk menjadi komunikator adalah menangis. Bentuk kegiatan menangis bermacam-macam dan beraneka ragam. Aktivitas menangis yang dimaksud adalah melembutkan hati agar tidak membeku dan membatu. Karena menjadi komunikator yang baik adalah mampu mendengarkan dengan hati. Bukan sekedar perasaan sedih atau meratapi kekurangan tapi melainkan mampu mendengar suara hati nurani dan merefleksi kelemahan sebagai tantangan hidup. Mampu menjadi lebih tanggap dan peka terhadap apa yang terjadi di lingkungan sekitar.
Contoh bentuk fenomena yang relate antara peran ibu sebagai komunikator dengan pendidikan vokasi SMK Negeri 1 Kelapa Kampit adalah saat siswa mengikuti mata pelajaran Praktik Kerja Lapangan (PKL). Dengan bekal mental yang kuat maka seorang ibu akan merelakan putri dan atau putranya pergi jauh dari rumah menuju ke tempat belajar di dalam dunia kerja.
Maka ibu sebagai madrasah pertama akan mampu meberikan bekal yang kuat dengan menanamkan nilai-nilai dalam norma agama, adat istiadat, pergaulan remaja sebagai benteng dan perisai dalam menjalani dunia kerja.
Bekal kemandirian serta pendidikan keterampilan dari rumah adalah pendukung untuk mempersiapkan putri dan putranya dalam proses menuju manusia dewasa yang bertanggungjawab.
Saat mengikuti pelajaran Praktik Kerja Lapangan maka putri dan putranya akan memperoleh pengalaman hidup (real experience) di dunia kerja antara lain:
1. Menulis laporan
2. Memiliki komunitas
3. Mengenal budaya kerja
4. Menerapkan kemampuan kerja
5. Menjadi komunikator yang kompeten
"Beberapa kemampuan lain yang tidak kalah penting untuk dikuasai oleh komunikator adalah menulis, bernegosiasi, dan berjejaring. Menurut Hanum, kemampuan menulis menjadi modal untuk mempersiapkan tata bahasa sehingga dapat disampaikan dengan rapi, jelas, dan runtut. Kemampuan bernegosiasi adalah seni meyakinkan orang lain, yang dibangun dari penguasaan materi, kemampuan menyampaikan tujuan yang dapat menarik minat, dan kemampuan untuk mendorong adanya kesepakatan. Kemampuan bernegosiasi sangat diperlukan dalam proses persuasi dan advokasi. Terakhir, kemampuan berjejaring yang menjadi standar kematangan para komunikator. Dengan luasnya jaringan, seorang komunikator telah melewati berbagai situasi dalam berkomunikasi sehingga semakin adaptif, matang, dan efektif." Â (Seni Berkomunikasi, Kemampuan Penting Masa Kini)Â
Sebagai insan pendidikan Orang Tua, Guru dan Orang Baik Peduli sadar bahwa secara kodrat wanita sebagai "Tulang Rusuk" dan bukan sebagai "Tulang Punggung". Hal ini adalah bentuk penghormatan terhadap kaum wanita bahwasanya wanita dimuliakan bukan sekedar menjadi obyek tenaga kerja. Wanita menjadi tiang negara dalam mendidik calon-calon pemimpin dan penerus serta pelurus bangsa.
                                                  Â
Bila kita perhatikan maka perusahan-perusahan lebih memilih mempekerjakan kaum perempuan daripada kaum lelaki dengan pertimbangan softskill-nya lebih baik  antara lain:
1. Lebih mudah diatur
2. Lebih tekun dan teliti
3. Lebih mudah di arahkan
Sebagai penutupan dari tulisan ini adalah memberikan deskripsi bahwa Wanita menjadi Sumber penentu Baik dan Majunya Peradaban sebuah negeri.
Bila wanitanya baik maka akan munculah generasi terbaik. Bila wanitanya tidak baik adabnya maka hancurlah tatanan peradaban bangsanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H