Teras Belakang
24 Nopember 2015 | 02:06 AM
Ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar, kebiasaan saya setiap hari tertentu (saya lupa) selesai pulang sekolah adalah makan siang duduk bersila sambil membaca kolom Gaya Hidup di Harian KOMPAS.
Kebiasaan ini berlangsung cukup lama, saya tidak ingat berapa lama, sampai akhirnya ketika saya mendapat motor pertama saya dan mulai sibuk dengan segala kotoran yang menempel, koran saya lupakan karena nongkrong dengan motor yang kilap lebih menarik, tapi belum boleh merokok, belum punya penghasilan sendiri waktu itu.
Samuel Mulia, beliau adalah seorang penulis di halaman yang seingat saya ada kata-kata Humaniora dan Gaya Hidup. Saya lupa. Namun, karenanya saya jatuh cinta.
Saya tidak benar-benar tahu apa alasan di balik seorang bocah SD, bahkan hingga sekarang, sampai saya bisa suka sekali dengan tulisan beliau. Rasanya seperti hidup, seperti beliau berada di depan saya dan menceritakan isi tulisannya secara langsung dan pribadi kepada saya.
Namun, rasa cinta saya kepada beliau tidak dibarengi perasaan ingin tahu tentang beliau. Saya tidak mau kecewa kalau ternyata Samuel Mulia adalah seorang yang mungkin saja arogan, karena beberapa kali melalui tulisannya, ia arogan kepada suara hatinya. Saya tidak mau tahu wajah beliau, karena, lagi, beliau kadang-kadang memberi sinyal kalau ia tak tampan-tampan amat. Cinta saya buta, tidak mau melihat apapun selain tulisannya.
Kalau ada yang membantah dengan pepatah 'tak kenal maka tak sayang', salah! Ini bukan sayang, ini cinta buta!
Tulisan ini saya dedikasikan kepada Samuel Mulia yang sangat saya hormati dan kagumi sejak masih di Sekolah Dasar. Semoga beliau sehat selalu dan diberi umur yang panjang untuk dapat terus bercerita. Aamiin!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H