Mohon tunggu...
Rachmat Anwar
Rachmat Anwar Mohon Tunggu... -

Niat, Usaha, dan Doa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Suara Kematian

22 Desember 2014   07:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:45 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

SUARA KEMATIAN

Meski sekarang semuanya telah berakhir, masih teringat jelas jejak-jejak yang dipenuhi ketidaktahuan dan telah aku lewati sebelumnya. Ku lewati dengan rasa yang tidak pernah kualami, yang hampir menghancurkan diriku dan telah menghancurkan hidupku.

Lama terdiam, membuat ku kembali menelusuri jejak-jejak itu. Saya mempunyai kisah yang sangat memperihatinkan tetapi akan berujung dengan kebaikan. Dimana dalam kisah ini ku mengalami suatu penyakit yaitu Imsonia(Susah tidur) dan penyakit itu saya derita selama lima bulan. Sewaktu menderita penyakit ini yang sering ada dalam pikiran saya hanyalah KEMATIAN tida ada lagi yang saya pikirkan kecuali hanya kematian !. Entah kenapa ku sangat takut melihat orang banyak/keramaian,dantakut nonton tv, pokoknya saya takut dengan hal-hal yang berhubungan dengan keramain, ku hanya suka menyendiri .Ku sangat takut dengan kematian karna saya sadar, kalau saya mati pasti tidak ada yang bisa saya pertanggung jawabkan di hadapan tuhan. Kuyakin dan percaya penyebab besar kenapa ku bisa terkena penyakit ini, itu karna saya keseringan meminum miras dan menkomsumsi narkotika pada masa itu. Setelah jatuh sakit seperti ini, barulah ku sadar bahwa semua itu, tidak ada gunanya bagi kesehatan saya.

Di suatu hari, ku merasa jenuh dengan penyakit ini karna saya sudah berpikiran bahwa pasti saya akan mati hari ini, dan disitulah ketakutan yang sangat mendalam menyelimuti diri ini sampai-sampai ku mencari jalan untuk bisa lari dari kematian itu. Tapi nyata-nyata ku tak pernah bisa lari dari kematian , ku hanya berpasrah diri dan siap menghadapi kematian. Karna walaupun bagaimana caranya kematian akan tetap menemukan ku.

Begituh ku takut mati, setiap orang yang mengobati ku dan menjenguk ku, pasti ku selalalu mengatakan kepadanya “ apakah aku masih bisa hidup “. Mereka semua menjawab dengan jawaban yang sama yaitu “ tdk ada orang yang meninggal pada saat mengingat kematian”. Hingga di suatu malam, hujan turun dengan derasnya, di tambah dengan bunyi petir yang sangat keras serasa ingin memecahkan gendang telinga ku dan tentunya menanmbah rasa ketakutan ini. Sesak napas yang tidak bisa berhenti, ku berpikir yakin dan sangat percaya bahwa ku akan betul-betul mati malam ini. Akhirnya ku memejamkan mata, dan melipat kedua tangan ini tepat di atas perut seakan mempersiapkan datangnya malaikat maut mencabut nyawa ini, dengan berdoa kepada Allah SWT “ ya Allah jika malam ini adalah malam terakhirku hidup di dunia, maka izinkanlah saya meminta satu hal yaitu ampunilah segalah dosaku kepadamu ya Allah, tapi jika masih ada waktu untukku hidup di dunia ini maka berikanlah kesempatan itu untukku sujud beribadah kepada mu ya Allah”. Setelah dua hari berlalu, alhamdulilah doa saya di ijabah oleh Allah SWT, saya sembuh dari penyakit ini. Inilah bukti bahwa tuhan memberikan kesempatan kedua bagiku, tentunya ku gunakan kesempatan ini untuk memperbaiki semuanya.lima bulan lebih lamanya ku di bayang- bayangi oleh kematian, hingga ku menangis memikirkan itu di setipa hari. Ku baru sadar bahwa tidak ada orang mati dalam mengingat kematian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun