I Leave My Heart in Lebanon
Pasukan Garuda I Leave My Heart In Lebanon adalah film dengan genre drama yang disutradarai oleh Benni setiawan. Film ini tayang di bioskop pada tanggal 15 Desember 2016 dengan durasi 1 jam 30 menit. Film produksi TB Silalahi picture ini juga masuk dalam beberapa nominasi piala citra dan festival film Bandung. Film ini dibintangi oleh Rio Dewanto, Boris Bokir, dan Yama Carlos, Jowy Khoury, Revalina S. Temat, Baim Wong, Tri Yudiman, Dedy Mizwar. Film ini bercerita tentang Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang
Para pemain film berperan sebagai tentara sempat menjalani gemblengan selama empat hari di 'Military Boot Camp', mereka dikenalkan tentang kehidupan kemiliteran di Yonif Para Raider 328 Kostrad, Cilodong. Kisah ini menceritakan perjalanan Kapten Satria, dia menjalani tugas rutinnya dan diselingi berbagai kejadian yang cukup menegangkan. Antara lain harus melerai pertikaian antara tentara Israel dengan tentara Lebanon, dan bagaimana Kapten Satria serta regunya berhasil membebaskan rekan prajurit Spanyol dari sandera pasukan Hizbullah. Di sana Kapten Satria bertemu dengan Rania seorang guru sekolah dasar, saat Kontingen Garuda tengah berkunjung ke sekolah-sekolah guna memberikan pemeriksaan kesehatan dan informasi. Dalam misinya di Lebanon, Kontingen Garuda tidak saja mengamankan terjadinya konflik dua negara yang sedang berselisih, akan tetapi juga memberikan bantuan sosial kepada warga setempat.
Nilai keprajuritan yang terbangun dalam setiap adegan dalam film ini merupakan penyampaian pesan dalam cerita yang ingin disampaikan oleh pembuat kepada penonton. Pembuat merepresentasikan sedetail mungkin adegan demi adegan melalui tanda yang ada dan dapat diterima oleh semua penonton.
Representasi itu sendiri adalah aktifitas membentuk ilmu pengetahuan yang dimungkinkan kapasitas otak untuk dilakukan oleh semua manusia.2 Proses representasi dengan menggunakan media film bisa melalui tanda-tanda yang dimunculkan dalam setiap adegan. Stuart Hall mengemukakan sebuah bahasa dalam teori representasi dapat menggunakan tanda dan simbol, baik suara, kata tertulis, gambar elektronik, tangga nada, bahkan objek, untuk merepresentasikan konsep maupun ide kepada orang lain.
Roland Barthes dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis yang getol mempraktikkan model linguistik dan semiologi Saussurean. Barthes berpendapat bahasa adalah sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi- asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H