[caption caption="Ilustrasi oleh: highschool.latimes.com"][/caption]Setelah lulus kuliah, para sarjana pasti mendambakan ingin langsung dapat pekerjaan sesuai dengan jurusan ketika ia menimba ilmu di bangku kuliah. Selama (idealnya) 4 tahun, para sarjana ditempa berbagai macam ilmu sesuai dengan jurusan yang mereka ambil, contohnya Sarjana Ekonomi, mereka ditempa dengan disiplin ilmu Teori Ekonomi Makro, Perpajakan, Studi Kelayakan Bisnis, dan sebagainya, lalu bagaimana jika kenyataan berkata lain bahwa ketika lulus, para sarjana tersebut dihadapkan pada situasi “Kerja tidak Sesuai Jurusan di bangku kuliah?”
Hal ini sangat menarik perhatian saya untuk saya bahas lebih dalam karena memang sekarang ini di Indonesia, banyak sekali Sarjana yang bekerja tidak sesuai jurusan di bangku kuliah. Apakah itu salah?
Menurut hasil bincang ringan saya dengan seorang penulis buku “Catatan Akhir Kuliah” yang bernama Sam Maulana, ---Kak Sam--- begitu nama sapaan sehari-harinya, beliau berkata kalau “Sarjana yang kerja gak sesuai jurusan, nggak salah, not a littlebit, selama itu halal, nggak ada kerjaan yang salah. Menghadapinya? Ya biasa aja, udah wajar. Mungkin sayang aja, belajar bertahun-tahun tapi nggak kepakai, tapi kalo nggak happy, hidup cuma sekali, dibawa happy aja.”
Mungkin banyak diantara kita yang terlalu idealis menginginkan mendapatkan kerjaan sesuai dengan jurusan yang diambilnya di bangku kuliah, tetapi inilah realita kehidupan kadang hidup berjalan tak sesuai dengan apa yang direncanakan. Jika dihadapkan harus bekerja sesuai passion atau sesuai jurusan, pilihlah pekerjaan sesuai passion karena pekerjaan yang dikerjakan sesuai passion kita akan lebih membahagiakan.”
[caption caption="Dilema setelah lulus kuliah | Ilustrasi oleh Sam Maulana"]
Kemudian dalam bincang ringan saya dengan kak Sam via surat elektronik, saya bertanya kepadanya perihal passion kita yang terhalang restu orangtua, dimana orangtua sangat menginginkan kita bekerja sesuai dengan jurusan kita sewaktu kuliah saja, pokoknya saklek banget, misalnya kuliah akuntansi kerjanya juga jadi akuntan.
Kemudian kak Sam menuturkan kepada saya “Passion gak disetujui orang tua? Hmm, aku pernah mengalami hebatnya berantem sama orang tua karena mau menjalani passion aku di dunia kreatif dan entrepreneur, orang tua lebih seneng aku kerja kantoran: PNS atau pegawai bank. Sampai hebatnya aku lari dari rumah dan aku ceritakan lengkap di buku “Catatan Akhir Kuliah 2.0”, hingga alhamdulillah aku bisa survive dan membuktikan bahwa tidak salah mengikuti passion daripada harus menuruti orang tua tapi kita tidak bahagia. Wujudkan mimpi kita, bukan mimpi orang tua, tapi tetaplah berbakti.”
Berarti Fenomena Salah Jurusan saat kuliah itu ada atau tidak?
Inilah yang menarik perhatian saya untuk saya tanyakan kepada Kak Sam, beliau berkata bahwa “Sebenarnya fenomena salah jurusan saat kuliah itu ada, aku nggak ngeles jika aku pribadi salah jurusan. Mungkin hal ini kontradiktif sama pendapat dosen, kebanyakan dosen ketika dicurhatin akan bilang "nggak ada istilah salah jurusan", bisa karena mereka menjaga kredibilitas institusi, atau gengsi.
Salah jurusan itu definisinya simple: ketika kamu kuliah, kamu nggak berprestasi di sana, karena potensi kamu ternyata nggak di jurusan itu.. “
Pesan untuk para sarjana yang tengah dilema memilih bekerja sesuai jurusan atau bekerja sesuai passion?