Dalam beberapa hitungan hari lagi, bulan Ramadan akan segera tiba. Bulan yang paling dinanti-nantikan oleh seluruh umat muslim di segala penjuru dunia ini akan datang. Betapa tidak, selama satu tahun kita semua berharap untuk kembali dipertemukan bulan mulia yang penuh ampunan ini.
Berbicara tentang Ramadan, pasti sudah tak asing lagi dengan buah yang satu ini. Buah apa? Buah Timun Suri! Ya, timun suri adalah buah yang kerap kali selalu ada di bulan Ramadan. Buah ini dapat ‘disulap’ menjadi penganan saat buka puasa tiba. Kalau di keluarga saya sih, timun suri biasanya dijadikan es untuk takjil (santapan berbuka puasa) yang ditambahkan dengan sirup merah, Nata de Cocco, dan buah melon. Rasanya? Jangan ditanya deh! Seger banget, kalau kata Pak Bondan Winarno itu “Maknyusss”
Teringat sewaktu saya masih kecil, ayah saya pernah berkata pada saya bahwa, “Kamu tahu gak, kenapa kalau timun suri itu adanya selalu pas bulan puasa aja?” ditanya hal demikian ketika saya masih berusia sekitar 15 tahunan, tentu saja jawaban yang saya utarakan ke ayah saya adalah “Ya, gak tau, Pah. Itu rahasia Ilahi barangkali.” Sungguh jawaban yang polos sekali. Hahaha. Kemudian sekarang ini, saya jadi berpikir lagi “eh iya ya, kenapa juga sih Timun Suri adanya pas bulan puasa doang?” Nah berhubung sekarang saya udah gak berusia 15 tahunan lagi, maka dari itu saya mencari jawaban yang lebih aktual serta tajam terpercaya.
Baru-baru ini juga demi mengobati rasa penasaran saya terhadap buah timun suri ini, saya membaca buku yang berjudul “Timun Suri dan Blewah” karya Drs. H. Hendro Sunarjono, APU (Purn.) buku ini cukup bagus dan menarik untuk memecahkan segala rasa keingintahuan saya yang besar. Ternyata, buah timun suri ini bukan merupakan buah musiman, jadi buah timun suri ini bisa ditanam kapan saja, yang berarti harusnya di luar bulan Ramadan, buah ini juga ada. Timun suri adalah jenis buah yang bisa ditanam kapan saja asal syarat penanaman nya terpenuhi.
Walaupun timun suri bukan termasuk kategori buah musiman, tetapi popularitasnya cenderung menanjak pada saat bulan Ramadan, oleh sebab itu para petani biasanya mulai menanam pada saat beberapa bulan menjelang Ramadan. Melihat tingginya permintaan timun suri ketika Ramadan ini bisa dipastikan para petani yang menanam timun suri akan meraup omset yang tinggi. Sama halnya dengan para penjual timun suri yang biasanya kita temui di sepanjang jalan, mereka pun akan meraup omset yang fantastis.
Menurut buku yang saya baca ini, petani pada saat menanam timun suri biasanya dua bulan menjelang bulan Ramadan dengan memanfaatkan lahan kosong bekas penanaman padi atau jenis tanaman lainnya. Kemudian timun suri akan dipanen ketika memasuki bulan Ramadan. Dari satu hektar lahan biasanya dapat menghasilkan rata-rata 35-40 ton timun suri. Harga timun suri saat bulan puasa mencapai Rp 1.500 sampai Rp 2.500 per buah di tingkat pedagang pengumpul dan di tingkat konsumen.
Harga timun suri ini bisa mencapai Rp 3.000 sampai Rp 5.000 per buah tergantung ukuran, bahkan ada yang harganya mencapai Rp 7.000 per buah, lho! Namun keberadaan timun suri ini juga bisa kita jumpai di supermarket, tentu dengan harga yang agak lebih mahal dibandingkan kita membelinya di pinggir jalan. Biasanya timun suri yang dijual di supermarket ini mencapai Rp 10.000 per buah.
Manfaat Timun Suri
Mungkin dari sebagian kita, belum tahu manfaat-manfaat apa saja yang terkandung dalam buah timun suri ini ternyata kaya akan kandungan air, fruktosa, mineral kalium, fosfor, vitamin A, vitamin C, serta serat makanan. Kandungan air yang tinggi pada timun suri dapat membantu proses metabolisme. Metabolisme adalah suatu reaksi kimia yang terjadi didalam tubuh untuk mempertahakankan hidup dengan adanya pemecahan dan pembentukan zat gizi. Dalam situasi seperti dalam keadaan puasa, maka tubuh akan kekurangan banyak cairan, karena yang biasanya kita makan atau minum tiga kali (pagi, siang, sore) namun pada saat berpuasa, maka kita hanya akan makan dan minum selama 1 kali saat berbuka dan 1 kali saat sahur.
Berkurangnya cairan ini juga disebabkan adanya kehilangan keringat yang selalu diikuti oleh kehilangan elektrolit termasuk kalium. Dari kekurangan elektrolit ini maka akan menimbulkan rasa haus, dan menurut buku yang telah saya baca ini, mengonsumsi timun suri akan menjadi pilihan yang tepat untuk mengatasi dehidrasi dan mengembalikan keseimbangan elektrolit tubuh.
Yaudah segitu aja tulisan ringan dari saya, jadi sekarang saya sudah tidak penasaran lagi terhadap timun suri yang hanya muncul saat bulan Ramadan saja. Memang benar kata orang, buku adalah jendela ilmu, rajin-rajin baca buku bisa nambah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu saya seneng banget kalau diajak ke toko buku. Sebelum Ramadan, mohon maaf lahir batin kepada para pembaca semua ya semoga puasa tahun ini lancar serta mendapat keberkahan dari Allah SWT.
Jangan lupa bikin es timun suri ya buat buka puasa nanti! Es nya yang banyak biar makin seger ya! Hehehe (DEW)
Salam Kompasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H