Mohon tunggu...
Rachma Gusmiarti
Rachma Gusmiarti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa prodi Psikologi semester 6. Tertarik pada dunia kepenulisan terutama tema-tema psikologi baik industri, kepemimpinan, maupun kesehatan mental.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kepemimpinan Profetik: Buya Haedar Sang Cendikiawan Sekaligus Ketua Umum Muhammadiyah

15 Mei 2024   23:13 Diperbarui: 15 Mei 2024   23:21 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS


KEPEMIMPINAN PROFETIK: BUYA HAEDAR SANG CENDIKIAWAN SEKALIGUS KETUA UMUM MUHAMMADIYAH

Siapa yang tidak mengenal Buya Haedar. Buya Haedar merupakan panggilan atau sapaan akrab yang lebih sering dikenal oleh masyarakat khususnya bagi mereka yang bergabung dalam organisasi Muhamnadiyah. Nama Asli dari Buya Haedar adalah Haedar Nashir. 

Buya Haedar merupakan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Karena kepemimpinannya yang mumpuni pada saat menjabat sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Buya Haedar menjabat sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah selama dua periode yakni pada tahun 2015-2020 dan tahun 2022-2027. Dalam artikel ini penulis akan melakukan analisa mengenai bagaimana cara Buya Haedar menerapkan kepemimpinan profetik dalam jabatannya sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang mana notabenenya adalah organisasi Islam. 

Untuk mengetahui bagaimana Buya Haedar menerapkan kepemimpinan profetik dalam jabatannya sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang mana notabenenya adalah organisasi Islam maka akan dilakukan analisis mulai dari video wawancara, berita, dan aktivitas Buya Haedar. Prosedur analisis ini mulai dari prinsip kepemimpinan profetik yang diterapkan oleh Buya Haedar, sifat, dan ciri dari kepemimpinan profetik yang dimiliki Buya Haedar sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah.


Kepemimpinan profetik berasal dari dua diantaranya yakni kepemimpinan dan profetik. Kepemimpinan merupakan konsep dari interaksi antara pemimpin dengan orang yang dipimpin. Menurut Yulk (dalam Rosita dkk 2020) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah proses dalam mempengaruhi orang lain dalam memahami juga menyetujui akan apa dan bagaimana tugas dilaksanakan secara efektif dan efisien dalam mencapai suatu tujuan. 

Menurut Daft (dalam Rosita dkk, 2020) mengemukakan bahwa kepemimpinan yakni usaha untuk mempengaruhi hubungan antara pemimpin dan pengikut guna mencapai perubahan dan tujuan yang diinginkan. Sedangkan profetik berasal dai kata 'prophet' yakni nabi. Profetik biasanya dikaitkan dengan individu yang mempunyai sifat maupun ciri layaknya nabi (Makruf, 2017). 

Kepemimpinan profetik yakni kemampuan dalam mengatur diri, mempengaruhi orang lain secara tulus guna mencapai tujuan bersama seperti yang dilakukan oleh para nabi (Widayat 2014). Zihni dan Hamdani (2021) mengemukakan bahwa kepemimpinan profetik yakni aktivitas dalam memberi pengaruh yang dilakukan oleh pemimpin kepada orang yang dipimpin dalam mencapai tujuan organisasi dengan efektif dengan prinsip serta nilai yang diberikan oleh nabi dan rasul. 

Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa kepemimpinan profetik adalah proses memberikan pengaruh yang diberikan oleh pemimpin kepada bawahannya guna mencapai tujuan bersama yang mana dalam prosesnya menerapkan prinsip, sifat, dan ciri-ciri yang diterapkan oleh nabi.

Menurut Rosita, dkk (2021) terdapat beberapa prinsip dari kepemimpinan profetik seperti yang tertuang dalam Al Quran diantaranya yakni a) disiplin wahyu (Qs. An Najm ayat 3-4), b) memberikan teladan (Qs. Al Ahzab ayat 21), c) bersikap adil (Qs. An Nisa ayat 48), dan d) melaksanakan musyawarah (Qs. Asy Syura ayat 38). Menurut Rivai dan Arifin (2009) sifat dari kepemimpinan profetik yakni a) setia, b) terikat pada tujuan islam yang lebih luas, c) menjunjung agama islam, d) memegang teguh amanah,e) rendah hati, dan f) disiplin. Ciri-ciri dari kepemimpinan profetik diantaranya yakni a) cerdas, b) menyampaikan, c) lemah lembut, dan d) membawa misi tauhid (Rosita, 2020).


Seperti yang telah diketahui bahwa Buya Haedar menerapkan kepemimpinan profetik dalam jabatannyan sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, namun seperti apa penerapan dari kepemimpinan poretik yang diterapkannya. Dimulai dari prinsip kepemimpinan profetik yang diterapakan oleh Buya Haedar yang didapatkan dari video hasil wawancara di kanal Youtube Cahaya untuk Indonesia (2022), pertama yakni senantiasa memberikan keteladanan beliau mengemukakan bahwa "Saya pikir tugas kita sekarang menjadikan nilai-nilai keislaman menjadi nilai yang hidup didalam hati, menjadi jiwa ihsan dengan jiwa ihsan, kalbu yang ditanami nilai-nilai kebaikan bahwa hidup tidak seharusnya berebut, agama harus menjadi tempat untuk sublimasi diri, jiwa ikhlas, penuh kasih, pengabdian dan ketulusan jika hal hal ini menjadi landasan dalam beragama maka dunia dan segalanya hanya menjadi wasilah, bukan tujuan". 

Buya Haedar juga sosok yang sederhana mulai dari pakaian yang dikenakan serta mampu berbaur dengan masyarakat menengah. Kedua yakni sifat  dari  kepemimpinan  profetik  yang  diterapkan  Buya  Haedar  yakni  mendahulukan tujuan islam yg lebih luas yakni dengan membangun sekolah, rumah sakit, panti sosial, asuhan. Pada tahun 2020 Buya Haedar meresmikan lima Rumah Sakit PKU Muhammadiyah di Jawa Tengah. Menjunjung akhlak yakni selalu bersikap sederhana, berkata bahwa harta kekayaan untuk sebanyak2nya untuk kepentingan org banyak, maka harus berbagi, orang harus minimalis. 

Hidup yang cukup, baik bermakna. Memiliki sifat rendah hati menurutnya kalau dipanggil kiyai biasa saja tidak perlu berbangga (dalam video hasil wawancara di kanal Youtube Cahaya untuk Indonesia, 2022) dan senantiasa memegang teguh amanah sebab selama menjabat sebagai Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Buya Haedar tidak pernah terlibat dalam kasus ataupun skandal. Model kepemimpinan yang diterapkan dalam kepemimpinan demokratis yang mana hal ini dibuktikan dengan mengikuti pemilihan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah. 

Ketiga yakni ciri ciri dari kepemimpinan profetik yang dimiliki Buya Haedar yakni cerdas (berpikir kritis) setiap menjawab pertanyaan selalu dijawab dengan jawaban yang mengandung pemikiran kritis contohnya Buya Haedar berkata 'agama harus dijadikan sebagai nilai nilai luhur, raihlah dengan cara yang halal dan baik, jangan yang haram dan syuhbat. Ketika mendapatkan harta, pergunakaam untuk kebaikan diri, keluarga, masyarajat dan Ibadah kepada Allah, tidak foya foya. Menurut beliau ketika orang berebut menjadi pemimpin dan yang dikejar adalah kekuasan semata, bukan amanah. Lalu orang ingin menjadi penguasa bukan menjadi pengurus urusan rakyat, umat, namun kehidupan yang membawa pada kemakmuran (berlimpah harta) disitulah agama menjadi nilai yang bersifat sublim, membuat jiwa pada batin yang dalam, mensucikan yang mencerahkan. Buya Haedar senantiasa menjunjung keadilan, kejujuran, bersikap suportif. Menurut beliau antara pimpinan dan warga biasa aja, tidak ada kasta, antara laki-laki dan perempuan saling menjaga martabat, kesetaraan dalam membangun keadilan, selalu ingin peduli pada keadilan untuk semua. 

Ciri-ciri terakhir yakni membawa misi tauhid Buya Haedar mengungkapkan bahwa mengembangkan pemikiran keislaman yang menanamkan tasamuh dan pemahaman keagaamaan yang semaki luas. Menurut beliau orang harus berinteraksi dengan sosial, media sosial, berinteraksi dengan digital, tetapi agama mengajarkan, harus punya akhlak, menjaga lisan, dan tulisan. Menurut Beliau media sosial dimanfaatkan untuk melaksanakan dakwah, dengan selalu menghidupkan nilai-nilai kebersamaan

 

Dalam kehidupan kita dimasa kini (dalam hasil video wawancara di kanal Youtube Cahaya untuk Indonesia, 2022).
Buya Haedar merupakan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Karena kepemimpinannya yang mumpuni pada saat menjabat sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Buya Haedar menjabat sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah selama dua periode. Dalam artikel ini penulis melakukan analisa mengenai bagaimana cara Buya Haedar menerapkan kepemimpinan profetik dalam jabatannya sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang mana notabenenya adalah organisasi Islam.

 Kepemimpinan profetik adalah proses memberikan pengaruh yang diberikan oleh pemimpin kepada bawahannya guna mencapai tujuan bersama yang mana dalam prosesnya menerapkan prinsip, sifat dan ciri-ciri yang diterapkan oleh nabi. Kepemimpinan profetik memiliki prinsip, sifat dan juga ciri. Dari hasil analisis dapat ditarik kesimpulan bahwa Buya Haedar telah menerapkan kepemimpinan profetik sesuai dengan teori yang telah dijelaskan. Mulai dari prinsip yang diterapkan oleh Buya Haedar yang pertama yakni senantiasa memberikan keteladanan. Hal ini sejalan dengan teori dari Rosita, dkk (2021) yakni salah satu prinsip dari kepemimpinan profetik yakni memberikan keteladanan. 

Sifat yang dimiliki Buya Haedar sesuai dengan teori yakni sifat dari kepemimpinan profetik yang diterapkan Buya Haedar yakni mendahulukan tujuan islam yg lebih luas yakni dengan membangun sekolah, rumah sakit, panti sosial, asuhan. Pada tahun 2020 Buya Haedar meresmikan lima Rumah Sakit PKU Muhammadiyah di Jawa Tengah. Hal ini sesuai dengan pendapat Rivai dan Arifin (2009) mengenai sifat dari kepemimpinan profetik yakni terikat pada tujuan islam yang lebih luas. Ciri-ciri dari kepemimpinan profetik yang sesuai dengan Buya Haedar. Salah satunya yakni ciri ciri dari kepemimpinan profetik yang dimiliki Buya Haedar yakni cerdas (berpikir kritis) setiap menjawab pertanyaan selalu dijawab dengan jawaban yang mengandung pemikiran kritis . Hal ini sejalan dengan pendapat (Rosita, 2020) mengenai ciri-ciri dari kepemimpinan profetik yakni cerdas. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa Buya Haedar menerapkan kepemimpinan dengan baik, tepat, dan sesuai dengan teori dalam kepemimpinan profetik.
 

Referensi
Cahaya Untuk Islam. 2022. Agama Harus Hadir Menjadi Value, Menanamkan Nilai-NilaiLuhur.Diaksespada10Juni2023
https://youtu.be/QFr1CLUMmSg

Makruf, Syahdara Anisa. 2017. "Urgensi Kepemimpinan Profetik dalam Mewujudkan Masyarakat Madani." Ta'dib: Jurnal Pendidikan Islam 6, no. 2 : 242-254.

Rosita Elitya, Hidayatullah, Oktaviantari, dan Yuniar Maulidya. 2020. Konsep Kepemimpinan Profetik. Al Muaddib : Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial dan Keislaman. Vol. 5 No.1 hlm 147-159.

Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin. 2009. Islamic Leadership; Membangun super leadership melalui spiritual. Jakarta: Bumi Aksara.

Widayat, Prabowo Adi. "Kepemimpinan Profetik: Rekonstruksi Model Kepemimpinan Berkarakter Keindonesiaan." AKADEMIKA 19, no. 01 (2014): 18-34.

Zihni Lutfi dan Hamdani Ali. 2021. Analisis Kepemimpinan Profetik Dalam Manajemen Berbasis Sekolah di MI Miftahul Ulum Anggana. Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam Volume 11 Nomor 1.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun