Apa itu Self Actualization?
Apa yang pertama kali terlintas dalam benak kita ketika melihat kata Self Actualization? Self Actualization atau aktualisasi diri merupakan puncak kedewasaan dan kematangan diri seseorang. Hal ini ditandai dengan bagaimana seseorang bisa menyadari dan memanfaatkan berbagai potensi yang ada dalam dirinya untuk mencapai suatu tujuan dalam hidup.Â
Istilah self-actualization sering kali dikaitkan dengan Abraham Maslow, seorang psikolog berkebangsaan Amerika Serikat, yang dikenal dengan teorinya Hierarki Kebutuhan Maslow (Maslow's Hierarchy of Needs). Teori ini menggambarkan kebutuhan manusia dalam bentuk piramida, dengan aktualisasi diri pada tingkat ke-5 sebagai yang tertinggi.
Teori Hirarki Kebutuhan Maslow
Berdasarkan penjelasan dari jurnal penelitian yang ditulis oleh Erny Rahmawati didapatkan bahwa manusia mengembangkan pengetahuannya karena memiliki kepentingan untuk memenuhi kebutuhannya. Manusia yang sehat akalnya akan menuntun pada cara berpikir bagaimana cara (epistemologi) untuk mempertahankan hidupnya atau bagaimana cara untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini tergambar dalam teori kebutuhan AH. Maslow, yang diharapkan sebagai manusia yang berprestasi menurut anggapan dirinya sendiri adalah terpenuhinya:
Tahap 1, Fisiologis. Merupakan terpenuhinya kebutuhan dari rasa kelaparan, kehausan, tempat perlindungan, seks, dan kebutuhan fisik lainnya. Hal ini merupakan kebutuhan paling dasar yang akan diusahakan oleh manusia sebagai suatu prestasi kehidupan mandiri. Manusia dianggap 'berhasil' memenuhi kebutuhannya dengan bekerja. Jika manusia bekerja maka akan memperoleh penghasilan, sehingga mampu menghidupi dirinya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, pakaian, tempat yang aman dan pasangan hidup.
Tahap 2, Rasa aman. Merupkan keamanan dan perlindungan dari bahaya fisik dan emosional. Keberhasilan manusia pada tahap ini ditandai dengan adanya rasa aman, nyaman, damai karena berada pada tempat (rumah) yang terlindung dari panas, dingin. Manusia pada tahap ini sudah mulai merasakan hidupnya makin tertata karena sudah memiliki keluarga. Manusia memiliki tempat istirahat untuk mentralisir emosi diri. Manusia membutuhkan keseimbangan dari hasil karya fisik dan mental dalam rasa damai.
Tahap 3, Sosial. Diartikan sebagai kebutuhan akan kasih sayang, rasa memiliki, penerimaan, dan persahabatan. Tahap ini menunjukkan bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri. Manusia membutuhkan orang lain dalam lingkungan bekerja, lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Manusia membutuhkan rasa 'dibutuhkan' oleh lingkungannya. Artinya bahwa lingkungan memberikan perhatian yang dirasakan sebagai bentuk kasih sayang sebagai bukti menerima keberadaan dirinya. Dirinya merasa berharga bagi lingkungannya.
Tahap 4, Penghargaan. Merupakan faktor-faktor internal misalnya rasa harga diri, kemandirian, dan pencapaian, serta faktor-faktor eksternal misalnya status, pengakuan, dan perhatian. Apa yang telah diusahakan selama dia berjuang/bekerja, muncullah sifat 'karena aku' berupa harga diri, ingin dihargai dan sebagainya sebagai bentuk merasa telah berhasil 'mencapai' sesuatu sebagai hasil kerja kerja kerasnya itu. Manusia membutuhkan pengakuan sebagai wujud penghargaan atas keberadaan dirinya. Manusia ini merasa bahawa dia ingin agar orang lain mengetahui potensi dirinya. Manusia ingin diperhatikan oleh orang lain dimana dia telah memberikan 'sesuatu manfaat' padanya.
Tahap 5, Aktualisasi diri. Dorongan yang mampu membentuk seseorang untuk menjadi apa, meliputi pertumbuhan, mencapai potensi kita, dan pemenuhan diri. Manusia merasakan bahwa dirinya sudah mencapai 'sukses'. Usahanya berhasil, karirnya meningkat. Hidupnya dianggap sudah memiliki sesuatu yang lengkap sebagai bagian dari perjalanan hidup. Rasa sejahtera ada dalam genggamannya. Kemanapun pergi bertemu orang lain memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Orang lain membutuhkan dirinya dan dirinya mampu mendapatkan apa yang diinginkannya dengan mudah.
Quarter Life Crisis Sering Ditemui Di Masa Dewasa Awal