Mohon tunggu...
RACHMAD YULIADI NASIR
RACHMAD YULIADI NASIR Mohon Tunggu... -

ARTIKEL TERBARU :\r\nwww.kompasiana.com/gelandanganpolitik\r\n\r\nPenulis Lepas, Saya Orang Biasa.\r\nBerasal dari tanah dan akan kembali lagi kedalam tanah.\r\n\r\nSalam untuk semua Penulis kompasiana, \r\nRachmad Yuliadi Nasir, \r\nINDEPENDENT, \r\n\r\nwww.facebook.com/rachmad.bacakoran,\r\nEmail:rbacakoran(at) yahoo (dot) com,\r\nwww.kompasiananews.blogspot.com,\r\nwww.facebook.com (Grup:RACHMAD YULIADI NASIR), \r\n(Grup:Gerakan Facebookers Berantas Korupsi Tangkap Dan Adili Para koruptor),\r\n(Grup:Gerakan Facebookers 1.000.000 Orang Visit Kilometer Nol Sabang Aceh)

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Media Islam ditakuti oleh Dunia Barat

13 Desember 2011   10:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:22 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

JAKARTA-Di dunia ini sebenarnya terjadi perang informasi antara dunia Barat dan dunia Islam. Sebagai contoh pemberitaan media Barat yang menghembuskan isu kecurangan dalam pemilu Iran dan situasi kisruh pasca pemilu Iran yang cenderung tendensius, memaksa pemerintah Iran bersikap tegas terhadap media-media asing tersebut. Ketegasan pemerintah Iran itu bukan tanpa alasan karena terbukti beberapa media asing telah menyiarkan informasi yang tidak sesuai dengan fakta yang sesungguhnya terjadi di lapangan, terutama dalam aksi-aksi massa yang terjadi di Iran.

Setelah BBC, CNN menyiarkan informasi yang menyesatkan. Press TV membandingkan antara laporan nara sumber CNN dan hasil liputan Press TV sendiri dan menayangkannya. Hasil perbandingan itu menunjukkan bahwa laporan nara sumber CNN ternyata tidak sesuai dengan fakta di lapangan yang terekam Press TV. Kehadiran Kantor berita Al-Jazeera paling tidak sebagai sarana penyeimbang sebagai sarana memberitakan informasi dunia Islam secara jujur.

Siapakah yang tidak takut mendengar tentang gerakan-gerakan revolusioner Islam yang bertindak merampas pesawat, menggempur dan menyerang, dilakukan oleh gerakan ekstrim dengan mengatasnamakan Islam. Gambaran seperti itu ternyata membentuk pandangan negatif kepada para ahli dan tokoh-tokoh politik dunia. Walaupun sebenarnya apabila komunis hancur maka perang antara Barat dan Komunis telah digantikan dengan perang antara Barat dan Islam.

Apabila Komunisme tidak lagi ditakuti, Barat menjadikan Islam musuh tandingan lain dalam percaturan politik dunia. Malah NATO turut juga mengatakan bahawa Islam adalah “Komunisme Baru”. Bahkan bekas Perdana Menteri Turki, Tansu Ciller, mengungkap bahawa Turki merupakan benteng terakhir apabila jatuh ke tangan Islam akan menimbulkan konfrontasi baru di dunia.

Betapa pentingnya media-media Islam sebagai garda terdepan untuk memperbaiki stigma negatif yang kerap dialamatkan oleh media-media Barat kepada Islam. “Oleh karena itu, media Islam harus dapat menjernihkan semua itu sehingga nilai-nilai keislaman dapat ditransformasikan secara benar dan reputasi serta citra Islam dapat diperbaiki melalui media-media proposional,” ujar Menkominfo Tifatul Sembiring pada acara Konferensi Media Islam Internasional (KMII) II, The Second International Conference on Islamic Media di Jakarta.

Menkominfo mengatakan,“ Bahwa penyelenggaraan KMII II ini berlangsung agar media-media Islam bekerjasama, bersama-sama untuk memajukan umat Islam dunia. “Pengaruh media dalam perubahan sosial politik sangat luar biasa, seperti perubahan yang terjadi di Mesir dan Lybia,” ujarnya. Media Islam mempunyai peranan untuk meyakinkan pihak lain bahwa Islam adalah rahmatan lil alamin. "Saya berbesar hati melihat perkembangan syariah Islam di belahan dunia, namun tidak setiap negara menyambut dengan ramah, tidak kooperatif bahkan melakukan pelecehan terhadap umat Muslim, untuk itu media kita dapat meyakinkan mereka,” tegas Menkominfo.

Peranan media di Indonesia mengalami perubahan luar biasa, media mempunyai peran utama sebagai penyaring dari segala pengaruh negatif yang masuk dalam masyarakat. Hal itu dibuktikan bahwa Indonesia merupakan pengguna terbesar facebook dan twitter di benua Asia. Ini memberi perubahan yang fundamental pada politik, perdagangan dan social.

Hal senada dikemukakan pakar media Prof Dr Alwi Dahlan, media memberi dampak yang luar biasa bagi perubahan sosial dan politik. Kasus di Philipina pada tahun 2001 yang dikenal dengan sebutan "Revolusi SMS", membuat 700 ribu demonstran turun ke jalan memenuhi kota Manila, dan berakhir sukses sehingga Presiden Joseph Estrada mengundurkan diri. Mantan Menteri Penerangan ini mengatakan, revolusi teknologi pertama kali dilakukan oleh Johannes Gutenberg pada tahun 1440 dengan memperbanyak kitab suci. Kemudian diikuti oleh percetakan surat kabar dan majalah yang terus berkembang pesat, dengan munculnya radio dan televisi, serta internet.

Media baru adalah perubahan dari analog kepada teknologi. Namun media baru memberi pengaruh yang luar biasa bagi masyarakat khususnya generasi muda. “Jutaan anak-anak menjadi pengemar setia televisi, video games dan internet. Masalahnya pada media ini juga menayangkan adegan porno dan kekerasan. Adegan kekerasan telah menjadi konsumsi sehari-hari anak-anak saat ini. Di Amerika anak-anak sampai usia 18 tahun rata-rata melihat tayangan kekerasan sebanyak 200 ribu adegan dan 16 ribu adegan pembunuhan.

Agama Islam telah mendominasi kehidupan di dunia, dan seharusnya media Islam juga ikut mendominasi itu, tetapi apa yang terjadi media Barat lebih mendominasi. Untuk itulah, persatuan dan kesatuna umat Islam sangatlah penting. Peran besar media asing dalam mempengaruhi berbagai sendi kehidupan umat Islam, harus segera dihentikan, jangan sampai terus menerus melakukan intervensi. Kepaspadaan itu penting dilakukan baik dari dalam Islam sendiri maupun luar Islam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun