Mohon tunggu...
RACHMAD YULIADI NASIR
RACHMAD YULIADI NASIR Mohon Tunggu... -

ARTIKEL TERBARU :\r\nwww.kompasiana.com/gelandanganpolitik\r\n\r\nPenulis Lepas, Saya Orang Biasa.\r\nBerasal dari tanah dan akan kembali lagi kedalam tanah.\r\n\r\nSalam untuk semua Penulis kompasiana, \r\nRachmad Yuliadi Nasir, \r\nINDEPENDENT, \r\n\r\nwww.facebook.com/rachmad.bacakoran,\r\nEmail:rbacakoran(at) yahoo (dot) com,\r\nwww.kompasiananews.blogspot.com,\r\nwww.facebook.com (Grup:RACHMAD YULIADI NASIR), \r\n(Grup:Gerakan Facebookers Berantas Korupsi Tangkap Dan Adili Para koruptor),\r\n(Grup:Gerakan Facebookers 1.000.000 Orang Visit Kilometer Nol Sabang Aceh)

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Target kita Tahun 2014 Indonesia Bebas BABS

8 Desember 2009   11:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:01 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk menyehatkan seluruh masyarakat Indonesia, maka target pemerintah nantinya pada tahun 2014 Indonesia akan benar-benar bebas  BABS (Buang Air Besar Sembarangan) dan semuanya sudah mempunyai jamban sendiri. Demikian harapan Wakil Presiden Boediono ketika membuka acara Konferensi Sanitasi Nasional (KSN) 2009, di Istana Wakil Presiden, Jakarta, Selasa, 8 Desember 2009.

Dalam lima tahun terakhir, investasi untuk sanitasi naik menjadi Rp 5.000 per kapita per tahun. Bila kita perhatikan investasi selama 30 tahun sebelumnya (1974-2004) hanya mencapai Rp 200 perkapita per tahun, namun peningkatan tersebut masih jauh dari ideal, karena baru 10% dari kebutuhan pelayanan sanitasi dasar yaitu Rp 47.000 per kapita per tahun.

Akibat sanitasi yang buruk, maka tiap 1000 bayi lahir, hampir 50 di antaranya meninggal karena diare sebelum usia 5 tahun. Sekitar 70 juta penduduk indonesia belum memiliki akses terhadap sanitasi, 19 juta di antaranya hidup di perkotaan dengan daya dukung lingkungan yang kritis. Hal tersebut mengakibatkan lebih dari 14.000 ton tinja dan 176.000 meter kubik urine mencemari, dengan berat 75% sungai dan 80% air tanah.

Masyarakat pun harus membayar rata-rata 25% lebih mahal untuk air bersih perpipaan. Bila kita perhatikan muka Indonesia, yaitu Bandara Soekarno Hatta, toiletnya jorok. Kata bule-bule itu, "Bandara saja kotor apalagi tempat yang lain."

Hal ini harus kita perbaiki bersama untuk mengangkat image kita di mata dunia Internasional, juga perlunya sarana sanitasi umum di kawasan pusat bisnis seperti jalan Sudirman, Thamrin, Kuningan, di halte-halte busway tidak ada toilet, jadi harus segera mungkin di bangun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun