(Kompasiana.com-JAKARTA)Â Tidak terasa sudah 137 tahun tewasnya Jenderal J.H.R.Kohler, yang ditembak para pejuang ACEH saat invansi pasukan Belanda di halaman mesjid raya Baiturrahman Banda Aceh, pada tanggal 14 April 1873. "O God, Ik ben getroffen (ya Tuhan, Aku kena). Itulah ucapan terakhir yang keluar dari mulut jenderal Kohler ketika sebutir peluru menembus dadanya. Sang jenderal itu pun terkapar dan tewas di depan masjid raya Baiturrahman. Pemerintah Belanda menyadari kekeliruan Mayor Jenderal JHR Kohler yang menyerbu dan membakar masjid termegah kebanggaan rakyat Aceh. Serangan ke Masjid raya itu adalah bumerang bagi Belanda, peristiwa yang terjadi pada tahun 1873 itu meninggalkan bukti banyaknnya korban Perang Aceh di pihak Belanda diantaranya dapat disaksikan di kerkhof, Peucut, Banda Aceh, sekitar satu kilometer di selatan Masjid Raya. Di sana terkubur 2.200 serdadu Belanda termasuk Kohler sang jenderal itu sendiri. Kota Banda Aceh semula bernama Kutaraja, sejak 28 Desember 1962 namanya diganti menjadi Banda Aceh yang merupakan Ibukota Provinsi ACEH. Berdasarkan Perda Aceh No.5/1988 tanggal 22 April 1205 maka ditetapkan sebagai tanggal lahir kota Banda Aceh tersebut.
Untuk mengenang tewasnya Jenderal Kohler tersebut, saat ini pemerintah daerah ACEH membangun prasasti di halaman mesjid raya Baiturrahman sebagai monumen penting ketika peristiwa historik tersebut terjadi dan menjadi saksi sejarah banyaknya tentara dan para Jenderal Belanda yang gugur di bumi Serambi Mekkah. Prasasti peringatan tewasnya Jenderal Kohler Pohon Kohler, tempat tewasnya Jenderal Kohler Masjid raya Baiturrahman Banda Aceh saat pendudukan Belanda Masjid raya Baiturrahman  Banda Aceh tahun 1890 Masjid raya Baiturrahman Banda Aceh saat ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H