Mohon tunggu...
Rachma S.
Rachma S. Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Pendidikan Ilmu Komputer Universitas Pendidikan Indonesia (Ilkom UPI) yang sedang menyelesaikan tugas akhir, dan akan menakhiri status mahasiswanya tahun ini. Berpengalaman sebagai Guru Praktik pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi di SMP Negeri 3 Bandung dan Guru Bantu Teknologi Informasi dan Komunikasi di SMKN 1 Lebong Tengah Propinsi Bengkulu. Saat ini sedang merintis usaha online, yang berawal memanfaatkan friendster sebagai media promosi yang kini beralih ke facebook dan web (dalam pengembangan).

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Penyalahgunaan Facebook...

3 Maret 2010   06:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:38 2346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Teringat beberapa bulan lalu saat saya menjadi guru bantu di salah satu sekolah di sebuah dusun propinsi Bengkulu, saya turut membantu memperkenalkan internet kepada para siswa kelas X. Dan yang pertama kali saya perkenalkan waktu itu adalah: email, chatting dan facebook. Yah, saat itu (hingga kini) kami menjadikan facebook, email an chatting sebagai sarana komunikasi dan pertukaran informasi paling efektif, karena biaya yang murah ”dibanding telepon” . Melalui media sosial online seperti facebook dan chatting (menandingi sms yang terbatas karakter dan kini hanya digunakan seperlunya), kami bisa saling sharing segala cerita, informasi hingga perkembangan pembelajaran di sekolah.Kini, maraknya kasus penyalahgunaan facebook yang terungkap akhir-akhir ini, menjadi kegelisahan tersendiri, khususnya para orangtua yang memiliki anak-anak yang beranjak dewasa alias ABG. Orang-orang tidak bertanggung jawab itu, benar-benar memanfaatkan media online: chat room, facebook, twitter dan social media lainnya untuk melancarkan aksi kejahatan mereka. Dalam dua bulan terakhir saja, media-media di Indonesia dibanjiri oleh berita penipuan yang dilakukan Selly (yang hingga kini masih buron), penculikan remaja, pemerkosaan dan penjualan “PSK” secara online prostitusi online, yang sebagian besar diberitakan menggunakan media Facebook dalam melancarkan aksinya itu.

Miris memang menyaksikan fenomena tersebut. Terlebih berdasarkan fakta (alexa.com), Top Sites In World, facebook menempati urutan kedua setelah google. Sedangkan facebakers (1 Maret 2010) menyebutkan Indonesia sebagai negara dengan peringkat ke-4 dalam jumlah pengguna facebook, yaitu lebih dari 18 juta pengguna. Dengan hampir 70% merupakan pengguna dengan usia 13-24 tahun. Hal itu sungguh menarik dan merupakan peluang tersendiri, terutama bagi bagi para pebisnis dan khusunya praktisi kalangan pendidikan.

Apa yang membuat facebook begitu populer??
Sebenarnya, salah satu faktor yang membuat facebook menjadi begitu fenomenal (menurut saya) adalah gaung dari media-media pembawa informasi. Pun dengan maraknya kasus-kasus yang terjadi dengan memanfaatkan facebook, media begitu "menggembar-gemborkan" berita tersebut. Di satu sisi, baik memang karena membuat para individu dan orangtua menjadi lebih waspada dan hati-hati. Namun, disisi lain menimbulkan kewaspadaan berlebihan, seperti melarang anak ber-internet, bahkan melarang anak menggunakan handphone yang memiliki akses internet (Baca beritanya disini).

Facebook, dan berbagai produk teknologi lain yang bermunculan, tidak bisa kita hindari, apalagi dilarang. Mengutip yang dikatakan Arist Merdeka Sirait (Antara.com)

"Teknologi itu tidak bisa kita hindari, pendekatannya bukan larangan, tetapi memperkuat anak tersebut untuk terhindar dari bahaya internet yang tidak sehat."


Sejalan dengan yang dipaparkan Asep, bahwa:

Pada dasarnya bukan hal yang perlu ditakutkan jika siswa sudah mulai keranjingan dengan sebuah teknologi terkini semisal facebook, karena ini merupakan suatu konsekuensi yang harus kita terima dari perkembangan teknologi, seperti ungkapan dari Dr. Wawan Setiawan, M.Kom (Pembantu Dekan II FPMIPA UPI)“Teknologi itu adalah konsekuensi yang harus diterima oleh semua orang, teknologi bukan lagi sebagai pilihan!”. Artinya kehadiran teknologi tidak bisa ditolak oleh siapapun, karena perkembangannya sungguh sangat kuat dan cepat mempengaruhi segala aspek kehidupan. Maka, jika kita menempatkannya sebagai sebuah pilihan (menggunakan atau tidak menggunakan), kita justru akan tergerus oleh pilihan kita sendiri.


Bagaimana kita menyikapinya??
Segala sesuatu pasti memiliki konsekuensi positif dan negatif. Dan kita yang memilih apakah akan dibawa ke arah positif atau negatif? Dalam menyikapi fenomena penyalahgunaan facebook ini, orang tua, guru maupun orang yg di"tua" kan seharusnya tidak perlu membatasi apalagi melarang anaknya mengakses internet. Karena yang paling mempengaruhi perilaku anak adalah keluarga, teman-teman dan lingkungan sekitar (Sumber:Psikologi Pendidikan). Di dalam keluarga perlua adanya filter, pemahaman berupa keyakinan dan moril. Yah, peran kelurga memang sangat penting. Ada baiknya orang tua pun turut mengerti "lingkungan" si anak. Dalam hal ini mengawasi dengan memberikan pengertian, bukan langsung melarang (kecuali untuk hal-hal yang jelas-jelas dilarang agama:) )

Sebagai seorang yang bergerak di bidang pendidikan dan baru merintis menjadi enterpreneur, saya sendiri sangat merasakan manfaat penggunaan jejaring sosial seperti facebook. Dengan situs jejaring sosial tersebut, pemasaran suatu produk lebih efektif dan efisien. Karena faebook terhubung dengan ratusan teman, menambah nilai tersendiri dalam hal pemasan produk (Advertiso: Silahkan lihat Shop Online kami di Facebook: SaltGlitters :D).

Sedangkan dalam mendukung kegiatan pembelajaran, facebook dapat dijadikan sarana ampuh untuk "mengontrol" siswa-siswi, diskusi, sharing informasi bahkan melakukan pembelajaran jarak jauh. Dengan pengguna sebagian besar kalangan pelajar, alangkah baiknya facebook dimanfaatkan untuk kegiatan pembelajaran dan sharing informasi berkaitan dengan pembelajaran di sekolah/kampus.

Facebook hanya untuk suka-suka???
Persepsi ABG jaman sekarang, terlanjur terpola dalam benak mereka, situs social media, hanya untuk suka-suka, refreshing, main-main. Benar memang, disaat jenuh dengan pelajaran yang ada, bermain-main dengan situs Facebook menjadi salah satu pelepas "jenuh". Hal itu tentu bisa disiasati salah satunya dengan memanfaatkan fitur-fitur facebook untuk pembelajaran. Misalnya membuat evaluasi berupa quiz online, tugas menulis untuk para siswa, tagging foto (tagging foto untuk pembelajaran: ide dari Kang Asep:D). Seperti juga yang diungkapkan Kang Asep, untuk menyiasati pemanfaatan facebook dalam pembelajaran, kita bisa menggunakan produk buatan Indonesia, Teman Belajar (http://apps.facebook.com/temanbelajar/) yang bisa dimanfaatkan oleh guru-guru dan siswa-siswa untuk melakukan semacam pembelajaran jarak jauh yang bersifat kolaboratif.

Kesimpulan..
Perlu ditanggapi serius, dalam kasus facebook, yang salah bukan facebooknya tetapi user atau pengguna yang memanfaatkan facebook tersebut. Pilihan bagi kita sebagai pengguna, memanfaatkan facebook dan teknologi lainnya dengan positif atau negatif??? (Semoga semua memanfaatkannya secara positif)
(Created By: Rachma-ilkom)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun