Mohon tunggu...
Rachel Zahra Mahadewi
Rachel Zahra Mahadewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Undergraduate Psychology Student

Menjadi sebuah tantangan untuk saya menyeimbangkan prestasi akademis dan organisasi. Bukan sekadar mengumpulkan pundi-pundi prestasi, lebih dari itu. Saya ingin membangun relasi guna memenuhi misi yang akan menjadi algoritma untuk berbagi. Ketertarikan dan pengalaman di bidang wicara publik, sosial, dan pendidikan membuat saya lebih terpacu untuk mewujudkan Indonesia emas dengan generasi yang berkarakter agung dan berkompetensi unggul.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Generasi Kreatif dan Berbudaya: Amunisi Pemartabatan Bahasa Indonesia di Era Industri Kreatif

14 September 2023   10:14 Diperbarui: 14 September 2023   10:46 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Twitter @tahilalats

Dunia kian hari menunjukkan eksistensi. Telah banyak perubahan yang tidak disadari sudah masuk dan mengubah tatanan dunia. Digitalisasi dan kreativitas seakan menggeser corong asap pabrik menjadi industri kreatif di era pandemi. Orisinalitas dalam hal kreativitas individual, bakat, dan kemampuan menjadi kunci penciptaan potensi ekonomi dengan kebutuhan sumber daya manusia yang berkompetensi (Yanuar, 2015). Inilah yang menjadi tantangan bagi generasi muda sebagai pelopor kebahasaan, sejauh manakah mengambil peran memartabatkan bahasa di era industri kreatif?

Generasi muda dilabeli sebagai agent of change yang diharapkan dapat mengimplementasikan ilmu pengetahuan untuk menggerakkan masyarakat ke arah yang lebih baik (Kosasih, 2017). Namun, kemudahan untuk mengakses informasi di dunia digital kerap menimbulkan polemik di kalangan generasi muda hingga tua. Meluncur dengan cepat membaca artikel yang satu ke artikel yang lainnya tanpa tahu kredibilitas dari literatur yang dibaca, maraknya kasus pembunuhan dan pelecehan seksual yang berawal dari perkenalan di media sosial, hingga retaknya keharmonisan bangsa melalui hoaks politik hitam dan putih merupakan beberapa bukti bahwa masyarakat Indonesia belum siap menyongsong revolusi industri 4.0 melalui literasi digital.

Inilah yang menjadi evaluasi, nyatanya pemartabatan bahasa Indonesia belum terjamah secara masif di era digitalisasi. Bahasa Indonesia hanya dianggap simbol-simbol pasif, belum mencapai pada titik pemaknaan bahasa sebagai alat komunikasi efektif. Dengan demikian, apabila tidak ada penyelarasan perspektif serta penghayatan dalam berbahasa, semakin mungkin meningkatnya kesalahpahaman di dunia digital. Berita bohong yang menyasar kaum muda bukanlah menjadi alasan terkikisnya esensi berbahasa di kalangan penerus bangsa. Sebagai generasi cerdas, hal kecil seperti mengonfirmasi keakuntabilitasan data dari literatur digital harus dibiasakan. Menggunakan gawai dengan bijak juga perlu diimplementasikan bagi kaum milenial untuk menahan penyebaran berita hoaks di media sosial.

Kreatif untuk Adaptif

Di sisi lain untuk terjun secara konkret, kreativitas sebagai modal adaptif di era industri kreatif harus terus digaungkan. Dalam proses berpikir kreatif menurut Guildford terdiri atas berpikir divergen serta berpikir konvergen. Berpikir divergen adalah cara berpikir yang menekankan pada pencarian adanya alternatif dalam penyelesaian masalah sedangkan berpikir konvergen cenderung berpikir dikotomi dan meyakini hanya ada satu jawaban yang benar. Bekal berpikir divergen menjadi salah satu amunisi untuk kita memartabatkan bahasa Indonesia di era industri kreatif. Fleksibilitas dalam mengunggah konten-konten kebahasaan yang ringan tetapi tetap substansial juga menjadi strategi untuk menyebarkan cinta bahasa Indonesia di kalangan generasi muda.

Dorongan dan peluang untuk memartabatkan bahasa Indonesia di bidang industri kreatif sebenarnya terbuka lebar melalui 14 subsektor yang mencakup digitalisasi, seni, hingga riset dan pengembangan (Yanuar, 2015). Fenomena kesalahan penulisan di beberapa merek memang sengaja sebagai strategi marketing. Namun, alangkah baiknya pengemasan bahasa Indonesia yang baik dan benar juga harus dibudayakan dengan mengelaborasi kreativitas yang dimiliki masing-masing. Di samping itu, pengembangan program pemerintah melalui produk UMKM juga menjadi terobosan baru menyebarluaskan makna kebahasaan dibalik promosi dagang sekaligus memperkenalkan padanan kata-kata asing pada masyarakat awam. Kesempatan emas untuk kaum muda inilah yang harus digunakan secara jeli agar mulai berkarya. Bukan hanya menjadi konsumen melainkan bergerak percaya diri di medan turnamen.

Tidak perlu menjadi sastrawan hebat untuk bergerak melestarikan bahasa Indonesia. Tidak perlu juga andal dalam sejarah untuk menyebarluaskan esensi dalam berbahasa. Dengan komitmen, langkah kecilpun akan terasa nyata. Alih-alih menjadi penghambat berkreasi, kemajuan ini seakan menjadi batu loncatan untuk generasi muda terjun di dunia digitalisasi. Untuk itu melalui industri kreatif, jadikanlah luasnya negara Indonesia sebagai lahan tumbuhnya generasi berbudaya, generasi kreatif! 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun