Wabah COVID-19 yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 pertama kali terdeteksi pada 31 Desember 2019 dengan etiologi di Kota Wuhan, Cina. World Health Organization (WHO) menetapkan COVID-19 sebagai pandemi global dan meminta negara-negara untuk mengambil tindakan dalam mencegah dan mengendalikan COVID-19. Pemerintah Indonesia membuat kebijakan guna menghadapi pandemi dengan membatasi aktivitas di luar ruangan dengan berdiam diri di rumah (Stay at Home), pembatasan sosial (Social Distancing), menggunakan APD (masker), melakukan disiplin 3M (Memakai masker dengan benar, Menjaga jarak & hindari kerumunan, Mencuci tangan menggunakan sabun)(Tuwu, 2020).
Salah satu kebijakan Pemerintah Indonesia ialah Study at Home yang diberlakukan untuk seluruh jenjang pendidikan mulai dari PAUD hingga perguruan tinggi. Kegiatan belajar jarak jauh dilakukan dengan media smartphone, laptop, dan internet. Fasilitas perlu dimiliki oleh pelajar dan guru untuk menjamin keberlangsungan kegiatan pembelajaran berjalan dengan intensif. Guru akan memberikan materi belajar melalui grup whatsapp, video conference (zoom, google meet), dan aplikasi seperti Microsoft Teams. Â
Perubahan metode pembelajaran tentunya menjadi kendala bagi pelajar maupun pihak yang terlibat. Fasilitas pembelajaran yang tidak berfungsi secara optimal dan lingkungan belajar kurang kondusif. Ibu rumah tangga memiliki peran yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran karena berinteraksi langsung dengan anak selama di rumah. Namun, tidak semua ibu memiliki kapasitas untuk membantu proses pembelajaran daring karena peran ganda ibu sebagai ibu rumah tangga tentunya akan memakan banyak waktu. Anak cenderung memiliki emosi yang sensitif akibat keterbatasan aktivitas menjadi kendala ibu dalam membantu proses belajar daring. Kondisi tersebut menjadi salah satu stresor bagi ibu rumah tangga dan dapat berdampak buruk pada kesehatan psikologis anak.
Anak sebagai makhluk sosial memiliki kemampuan berpikir dan mengendalikan diri agar dapat mengendalikan lingkungannya, selain anak dapat di pengaruhi lingkungan. Perilaku dan tindakan anak dapat dipelajari dari interaksi sosial terhadap lingkungan dan pengembangan kepribadian yang bergantung pada interaksi yang berlangsung (Tarsono, 2018). Teori Albert Bandura mendeskripsikan anak sebagai makhluk sosial akan senantiasa mengamati lingkungan di sekitarnya, walaupun kegiatan pembelajaran berlangsung dari rumah dan membatasi ruang aktivitas.Â
Albert Bandura adalah seorang psikolog yang mengembangkan teori kognitif sosial. Albert Bandura merupakan lulusan University of British Columbia dengan gelar sarjana psikologi dan melanjutkan pendidikannya di University of Lowa. Albert Bandura menerima gelar doktor dari University of Lowa pada Tahun 1952, lalu mendaftar di Standford University dan mempelajari proses interaksi psikoterapi serta pola keluarga mengarah pada agresi diri pada anak-anak. Albert bekerja sama dengan muridnya (Richard Walters) melakukan penelitian terkait penyebab agresi pada keluarga dan mengidentifikasi peran penting pemodelan (belajar dengan mengamati orang lain) dalam pengembangan kepribadian(Nolen, 2022).Â
Teori sosial yang dikenalkan Albert Bandura mengedepankan komponen kognitif, pemahaman dan evaluasi. Teori belajar sosial mendeskripsikan perilaku anak sebagai makhluk sosial memiliki interaksi timbal-balik yang berhubungan antara kognitif perilaku, dan pengaruh lingkungan. Perilaku anak biasanya ditelaah secara observasi melalui pemodelan dengan mengamati orang lain. Hasil observasi digunakan sebagai panduan untuk bertindak. Teori Albert Bandura menganggap setiap anak bisa belajar hal baru meskipun tidak melakukan secara langsung, namun anak sudah pernah melihat orang lain melakukannya terlepas melalui media apa pun. Kondisi tersebut peran elemen sosial menunjukkan bahwa seseorang dapat belajar informasi dan perilaku baru dengan mengamati tindakan orang lain.Â
Beberapa penelitian menunjukkan tingkat perilaku agresif akibat pandemi seperti penelitian yang dilakukan (Rozalia & Saputra, 2021) tentang perubahan fase perilaku agresif karena pandemi dengan subjek masyarakat Kota Jambi dilihat dengan menggunakan problem focused coping, emotional focused coping, religious coping positive, dan religious coping negative. Hasil penelitian menunjukkan tingkat agresivitas masyarakat Kota Jambi digolongkan ke dalam kategori sedang dengan persentase 43,1%, kategori rendah 23,9% , kategori tinggi 15,7%, kategori sangat tinggi 9,22%, dan kategori sangat rendah 7,9%. Kondisi tersebut secara tidak langsung menjadi faktor perilaku agresif anak pada proses pembelajaran jarak jauh.Â
Referensi:Â
Nolen, J. L. (2022). Albert Bandura. Encyclopedia Britannica. https://www.britannica.com/biography/Albert-Bandura Â
Rozalia, L. H., & Saputra, N. E. (2021). Tingkat Agresivitas Akibat Pandemi Covid-19 Pada Masyarakat Kota Jambi Ditinjau Dari Penggunaan Problem Focused Coping, Emotional Focused Coping, Religious Coping Positive, Dan Religious Coping Negative. Jurnal Psikologi Jambi, 6(01), 1–10. https://doi.org/10.22437/jpj.v6i01.14831Â
Tarsono. (2018). Implikasi Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory) Dari Albert Bandura Dalam Bimbingan Dan Konseling. Psympathic : Jurnal Ilmiah Psikologi, 1(3), 29–36.Â