Mohon tunggu...
Rachel Fitria
Rachel Fitria Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Go with the flow

Selanjutnya

Tutup

Nature

Menanam Pohon atau Membuat Kayu Bakar?

27 Juli 2011   06:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:20 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kegiatan penerimaan mahasiswa baru setiap tahun pasti diadakan pada kisaran bulan Agustus-September. Setiap universitas memiliki penamaan sendiri-sendiri untuk program penerimaan mahasiswa barunya, ada "Program Penerimaan Mahasiswa Baru", "Orientasi Mahasiswa Baru", "Pengenalan Mahasiswa Baru" dan lain-lain. Dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi terdapat butir Pengabdian Masyarakat, dan dengan dasar inilah setiap Perguruan Tinggi berlomba-lomba untuk membuat Program Pengabdian Masyarakat yang diintegrasikan dengan kegiatan penerimaan mahasiswa baru.

Isu Global Warming sangat kuat berhembus, mungkin karena dasar inilah kegiatan pengabdian masyarakat Perguruan tinggi berbasis lingkungan khususnya penanaman pohon juga gencar dilakukan. Namun ada yang mungkin kurang disoroti yaitu tidak sesuainya masa penerimaan mahasiswa baru dengan musim penanaman. Waktu orientasi baru yang berjalan pada kisaran bulan-bulan tersebut, merupakan masa-masa "kering" alias kemarau, ini otomatis tidak tepat untuk penanaman pohon, yang idealnya dilaksanakan pada bulan Desember atau Januari. Pada bulan ini, hujan sudah sering turun dan basahnya tanah cukup dalam. Ini berarti tanah sudah dapat ditanami dan diharapkan akar tanaman tidak kering dan dapat tumbuh dengan baik. Seperti kita ketahui bersama, Pekan Penghijauan Nasional jatuh pada bulan Desember, tampaknya penetapan waktunya terkait dengan masuknya musim penghujan.

Perguruan tinggi merupakan wadah kaum intelektual, maka penanaman pohon pada saat-saat yang kurang tepat tentu menjadi bahan refleksi kita bersama. Bukan berarti isu yang sedang hangat seperti Global Warming harus ditanggapi dengan penanaman pohon saat penerimaan mahasiswa baru. Mereka tentu dapat "digiring" untuk melakukan pengabdian masyarakat dalam bentuk lain. Masalah krusial dalam negara ini yang berkaitan dengan lingkungan yaitu sampah. Sampah tentu tidak mengenal musim, tiap hari, tiap jam, bahkan tiap menit kita selalu dihadapkan dengan permasalahan sampah yang tidak kunjung selesai.

Pengelolaan sampah yang "ngawur" sering terlihat. Pemisahan-pemisahan yang dilakukan ketika membuang sampah dengan dibedakan tong-tongnya sangat tidak efektif karena pada saat pengangkutan ke truk sampah, sampah-sampah tersebut dicampur lagi dalam bak truk. Tentu merupakan suatu kebiasaan yang sia-sia. Sementara masyarakat diminta tertib membuang sampah di tong-tong sampah namun kembali dicampur saat pengangkutan hingga di TPA. Permasalahan sampah bukan hanya tugas pemerintah atau pemulung yang memisah-misahkan sampah tersebut, namun masalah kita bersama. Sebagai kaum intelektual hendaknya kita berpikir dan mengekspresikan ide-ide pemecahan masalah tersebut serta melakukan aksi-aksi pengelolaannya. Sampah merupakan limbah yang harus dibereskan, dampak yang ditimbulkan oleh pengelolaan sampah yang "ngawur" ini tentu juga besar seperti: bayangkan vektor penyakit yang timbul karena lingkungan yang tidak sehat oleh sampah. Selain itu bencana banjir karena penumpukan sampah yang tidak pada tempatnya serta pencemaran tanah, air dan udara, paparan berbagai bahan kimia yang terbuang di sampah dan banjir, dan sebagainya.

Niat untuk mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam butir pengabdian masyarakat dengan penanaman pohon tentu baik adanya bila memperhatikan aspek ketepatan waktu. Penanaman pohon saat tidak tepat musim adalah penyia-nyiaan dan tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Pemeliharaan pohon inilah yang nantinya "mahal", karena pohon belum bisa hidup, khususnya dalam menghadapi kekeringan. Kalau tetap program penanaman pohon, maka dipilih bibit buah-buahan untuk ditanam di pekarangan rumah warga. Wargalah yang mengelola dan universitas mensubsidi biaya pengelolaan.

Program Perguruan Tinggi untuk penerimaan mahasiswa baru, yang sebenarnya calon pemimpin bangsa, hendaknya realistis. Realistis dengan alam/ lingkungan berarti harmonis atau ramah dengan lingkungan. Janganlah "dipaksakan" menghijaukan, saat alam sedang kering kerontang. Sementara itu, bersikap dan bertindak bijak terhadap sampah adalah mulia. Janganlah menanam di musim yang keliru, sebab akan mengundang ketawa petani gara-gara program penghijauan berubah jadi program pembuatan kayu bakar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun