"Ingatan Hari Kebangkitan Nasional yang Tengah Memudar"
Saat itu tanggal 19 Mei 2016 pukul 10.25, saya menghubungi Komandan TNI Angkatan Laut Ranai, Natuna untuk memohon ijin mengunjungi kapal perang bersama siswa SD. Eh, beliau dengan tangan terbuka menyambut dan berjanji mengecek jadwal, kapan kapal perang akan berlabuh sehingga siswa dapat masuk dan melihat-lihat langsung "isi" kapal perang. Nah diakhir percakapan via telpon itu, pak Danlanal mengajak saya hadir untuk melaksanakan upacara keesokan harinya tanggal 20 Mei 2016 dalam rangka memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas). Ah ya, di desa tidak terbiasa dengan momen Harkitnas, jadi tidak ada rencana apapun untuk memperingatinya termasuk upacara sekalipun.
Namun saya pikir sudah saatnya sekarang kita memperingatinya di desa (apalagi ini daerah terluar NKRI). Saya tidak ingin "budaya tidak terbiasa" ini terus berlanjut. Apalagi anak-anak juga ikut-ikutan jadi "korban" karena kealpaan kita. Saya segera berkoordinasi dengan kepala sekolah agar warga sekolah turut hadir mengikuti upacara bersama TNI AL di desa sebelah. Saya langsung meminta siswa menggunakan seragam putih merah beserta atributnya untuk upacara keesokan harinya.
20 Mei 2016 pukul 05.00 pagi, saya menghubungi pak Danlanal meminta bantuan transportasi siswa ke desa sebelah dan dengan sigap beliau membantu kami dengan mengirimkan truk untuk "mengangkut" para siswa. Pukul 06.30 pagi saya tiba di sekolah dan duduk bersama anak-anak sembari menunggu dijemput karena upacara akan dilaksanakan pukul 08.00 pagi. Anak-anak pun bertanya pada saya, "Bu, kita hari ini upacara untuk memperingati hari apa bu?". Saya langsung menjelaskan bahwa hari ini kita akan melaksanakan upacara untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional yang ke-108, saya juga sedikit menceritakan tentang Boedi Oetomo. Saya memperhatikan kening mereka berkerut-kerut, lalu mereka bertanya lagi, "kenapa baru kali ini ada upacara bu, biasanya tidak pernah". Kemudian saya katakan pada mereka, "Nah mulai sekarang kita akan memperingatinya, bila tahun depan para guru atau orang tua kalian lupa lagi, ingatkan mereka ya, ingat bahwa setiap tanggal 20 Mei kita memperingati Hari Kebangkitan Nasional dan ajak mereka upacara".
Pukul 07.15 pagi, saya mendapat sms dari pak Danlanal bahwa truk sudah bergerak dari desa sebelah menuju sekolah untuk menjemput siswa. Saya langsung menyiapkan anak-anak dan memberi briefingsingkat serta menghitung jumlah siswa per kelas yang ikut dan mengingatnya baik-baik sebagai prosedur wajib saya agar dapat mengontrol mereka di lapangan. Truk pun tiba dan kami segera bergegas naik ke truk.
Sesampainya di sekolah, saya mengajak anak-anak berkumpul dan menanyakan kesan mereka upacara bersama TNI AL. Respon mereka? "Bu, lebih seru upacara tadi bu daripada upacara kita di sekolah bu, seru bu melihat pak tentara tadi baris, rapi bu, jalannya tu langkahnya sama bu, trus tentaranya baik bu". Ahahaha... yah pesona para tentara menghipnotis mereka ternyata. Lalu saya balik bertanya pada mereka, "Nah, kalau kita berbaris rapi dan berjalan rapi seperti bapak tentara bisa tidak?". Jawaban mereka? "Ah bu, susah bu... tapi ayo kita latihan saja bu". Nah begitu dong, kalau kita latihan rutin pasti kita bisa berbaris dan berjalan rapi seperti bapak tentara tadi.
Semoga hari ini, 20 Mei 2016, menjadi satu langkah awal di tempat ini untuk "menolak lupa" momen Hari Kebangkitan Nasional. Sekaligus bangkit dan membangun dalam dunia pendidikan untuk menjadi lebih baik. Mari terus bekerja, bekerja, dan bekerja, ikut turun tangan, karena mengeluh saja tak pernah cukup.
Rachel Fitria