Mohon tunggu...
Rachel Anne
Rachel Anne Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya adalah menulis dan membuat cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jessa & Sepotong Roti Coklat

11 April 2023   15:28 Diperbarui: 11 April 2023   15:46 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di hari di mana suara ayam sudah mulai lantang terdengar, terlentang disana seorang anak laki - laki yang masih setia bersama dengan selimutnya. Sampai semua kenyamanan itu terganggu, oleh sebuah seruan yang menurutnya selalu sama hadir di setiap paginya. "Jessa, ayo bangun!" panggil ibunya dengan suara keras sembari mengetuk pintunya beberapa kali. Sang empunya pun akhirnya memilih untuk beranjak dan pergi untuk membersihkan diri. "Huh.. hari yang membosankan lagi," gerutunya dengan suara kecil. "Apa katamu?" tanya ibunya penuh selidik. "Tidak, bu. Aku berangkat ya!", pamitnya dengan sepotong roti di tangan. Berdiri di depan jalanan besar dekat rumahnya sembari menunggu bus datang di pagi hari adalah hal yang membuatnya cukup tenang. Udara segar yang masih diselimuti oleh embun, suasana sepi yang membuatnya nyaman, entahlah ia hanya menyukai melakukan sesuatu seorang diri. Katakanlah dia introvert, dan ya memang kenyataannya ia tidak memiliki teman di sekolah. Kebanyakan orang tidak mau berteman dengannya karena ia merupakan pribadi yang membosankan. Namun, ia tidak peduli dengan hal itu, selama ia masih bisa selalu memakan roti coklat buatan ibunya di pagi hari, hal sekecil itu bukanlah masalah untuknya.

Berisik, gaduh, ricuh, itulah kondisi kelas Jessa setiap hari. Hal itu sangat menganggunya, segala ketenangan yang ia impikan seakan - akan hancur seketika. Sampai ketika kegaduhan itu terhenti tatkala seorang guru memasuki ruang kelas. Namun kali ini ada yang berbeda, ia membawa seorang anak perempuan disampingnya. Seisi kelas teralihkan atensinya dan mulai memperhatikan anak itu. "Selamat pagi anak - anak, kali ini Ibu membawa teman baru untuk kalian. Baik, silahkan perkenalkan nama kamu." pintanya pada anak perempuan itu. Anak perempuan itu tersenyum dengan manis, "Halo semuanya, perkenalkan aku Lea! Aku harap kita semua bisa menjadi teman baik." Kegaduhan di kelas yang sempat hilang tadi, akhirnya kembali lagi sehinga membuat Jessa pun menaruh atensinya pada anak baru itu. "Sudah jangan berisik ya, nah Lea silahkan boleh duduk." Lea pun menganggukan kepalanya dan mulai mencari bangku kosong baginya untuk duduk. Pilihannya terjatuh pada sebuah bangku dekat jendela yang bertempat di belakang, posisi yang strategis mengingat ia sering tidur dan jarang memperhatikan guru. Ia pun duduk di bangku itu, dan kebetulan netranya menangkap seorang anak laki - laki yang sedang menundukkan kepalanya di meja. Ditepuknya pundak anak laki - laki itu. "Hai! Aku Lea." sembari menyodorkan tangannya untuk bersalaman. Jessa menatapnya datar dan hanya diam saja dan mengangguk kecil. Merasa ajakan salamnya tidak dibalas, Lea tersenyum kecut dan mulai mengeluarkan bukunya. 

Bel pulang sekolah akhirnya terdengar, semua siswa berlomba - lomba untuk keluar dari kelas dan pulang kerumah. Jessa tidak suka terlibat keramaian seperti itu dan memilih untuk keluar disaat kelas sudah kosong. Merasa kelas sudah kosong, iapun berdiri dan mengambil tasnya. Sampai sebuah sosok mengagetkannya. "Dor!" teriak Lea dengan senyuman jahil di wajahnya. "Kenapa kamu belum pulang?" tanya Jessa. "Membosankan jika sepulang sekolah langsung pulang dan aku tidak suka untuk buru - buru pulang." jawabnya. Merasa jawabannya sudah dijawab dengan baik, Jessa pun berjalan keluar kelas. Tapi sampai di tepi jalan untuk menunggu bis, anak perempuan dengan rambut kepangannya itu terus mengikuti. Ia pun menatap Lea dengan pandangan penuh tanya. "Oke oke, aku mengikutimu. Sebenarnya aku ingin mengajak temanku untuk bermain di Negeri Dongengku tapi semuanya menolak, jadi sebagai orang terakhir.. apakah kamu mau untuk ikut kesana?" Ada yang tidak beres dengan otak anak berkepang ini, pikir Jessa. "Tidak." Jawabnya dengan singkat. "Oh ayolah, ini akan menyenangkan!" pintanya dengan memohon. "Aku tidak suka berlama - lama di luar rumah, tidak sepertimu." jelasnya. "Aku mohon, kamu pasti aku akan senang disana, aku bertaruh! Jika menurutmu membosankan maka aku akan mengerjakan PR-mu selama satu minggu. Lelah dengan ocehan perempuan di hadapannya, ia pun mengangguk kecil. Lea pun segera menarik tangan Jessa dan membawanya menuju ke hutan.

Hutan tampak sepi dan kepalanya dipenuhi tanda tanya. Lea yang mengerti kebingungan Jessa pun terkikik. "Liat rumah pohon disana," tangannya menunjuk pada sebuah pohon dengan rumah kecil diatasnya. " Itu adalah Negeri Dongengku." Mereka pun memanjat dan masuk ke rumah pohon itu. Pandangan Jessa pun sepenuhnya teralihkan dengan binar takjub melihat seisi rumah pohon itu. Mungkin bagi beberapa anak ini membosankan, namun bagi Jessa, tumpukan buku yang sangat banyak dan tertata rapi merupakan hal yang luar biasa. "Kamu suka membaca juga?" tanya Jessa. "Ya! hidup adalah untuk membaca dan aku tidak keberatan jika harus mati kebosanan karenanya." Jesse pun tertawa mendengar gurauan Lea. Waktu ke waktu mereka berbicara mengenai banyak hal sampai akhirnya terlihat matahari yang berpamitan untuk pulang. 

"Jessa, besok kamu ingin kesini lagi?" fokus Jessa pada buku pun teralihkan dan mulai menatap Lea. "Tentu, jika diperbolehkan." Lea pun bersorak kegirangan dengan senyuman yang tidak lupa menghiasi wajahnya. "Asik, aku mempunyai teman!". Mendengar kata teman membuat hati Jessa tersentuh. "Teman?" gumamnya. "Ya! Lea dan Jessa adalah teman. Terimakasih Jessa sudah mau main ke Negeri Dongengku." Jessa pun tersenyum kecil dan tidak munafik, ia senang.  Melihat hari sudah malam, mereka pun pulang ke rumah masing- masing. Keesokan harinya, sepulang sekolah mereka kembali bermain, namun kali ini Lea membawanya ke sebuah sungai dekat rumah pohonnya. "Hari yang panas! Apakah kamu siap untuk menyelam, kapten?" tanyanya seolah - olah ia adalah angkatan laut. Jessa yang mengerti pun berlagak demikian, "Siap komandan!". Keduanya tertawa dan mulai melompat kedalam sungai. Air sungai itu terasa seperti sebuah surga dari panasnya matahari yang masih setia menampakkan sinarnya diatas. Tidak hanya berenang, mereka pun bermain air dan juga saling menantang untuk melompat dengan gaya paling keren. 

Hari ke hari, mereka selalu bersama. Bahkan di kelas pun mereka seperti menganggap orang lain hanyalah patung karena mereka sudah cukup asik dengan berdua saja. "Jadi aku tidak perlu mengerjakan PR-mu selama satu minggu kan?" Jessa yang teringat dengan taruhan Lea pun tertawa. "Iya tidak perlu, aku terhibur dengan ajakan anehmu." canda Jessa. "Apa katamu?!" tanya Lea dengan penuh amarah. Jessa yang melihatnya pun tertawa melihat wajah merah milik Lea. Itu lucu.

Tidak terasa hampir setahun mereka selalu bermain bersama di rumah pohon kecil itu, namun kali ini ada yang berbeda, mereka tidak diam di rumah pohon, tapi mereka memanjat lebih tinggi lagi keatas pohon. Seperti bisa melihat seisi dunia diatas sana, semua tampak kecil dan Jessa terpaku melihat keindahan dari atas sana. Lea yang melihat kegembiraan Jessa pun turut senang dan ikut tersenyum, namun saat mengingat sesuatu, senyuman itu perlahan pudar. "Jessa," panggilnya. Jessa pun menatap Lea dan menunggu Lea untuk berbicara. "Sepertinya hari - hari kedepan aku akan jarang kesini lagi, jadi apakah aku boleh menitipkan rumah pohon ini padamu?" Dahi Jessa berkerut, "tapi aku hanya ingin kesini bersamamu, tidak akan menyenangkan jika sendirian saja." Lea pun menundukkan kepalanya lemas, "Iya, tapi aku ingin ada yang menjaga rumah pohon ini." Jessa yang tidak mengerti maksud Lea pun menatap Lea dengan penuh tanya. "Maksudku, kan pastinya rumah ini harus dibersihkan setiap harinya. Kamu bersedia kan?" Jessa pun mengangguk dan mengambil kunci yang diserahkan oleh Lea. 

Keesokan harinya, dari awal masuk kelas wajah Lea terlihat tidak bersemangat. Jessa pun sudah berulang kali menanyakan keadaannya namun yang didapatkan hanyalah sebuah kata ' tidak apa - apa' yang sama sekali tidak menjawab pertanyaan Jessa. Di rumah pohon, Jessa berusaha menghibur dan hal itu berhasil, tawa Lea kembali. Waktu mereka habiskan sampai sore dan akhirnya berpamitan untuk pulang ke rumah masing - masing.

Bangku Lea kosong, Jessa berpikiran mungkin perempuan itu sakit atau sedang malas bersekolah. Ia berencana untuk berkunjung ke rumah Lea sepulang dari rumah pohon nanti untuk bertemu dengannya. Kosong dan sepi, begitulah keadaan rumah pohon tanpa Lea. Ia pun menghembuskan nafas dan mulai membersihkan rumah pohon itu. Sampai, secara tidak sengaja matanya melihat sebuah kertas putih yang tidak biasanya di atas meja. Ia pun melihat kertas itu, dan mulai membacanya. 

Hai, Jessa! Sebenarnya aku ingin memberitahu ini padamu secara langsung, tapi aku tidak memiliki keberanian. Aku terpaksa untuk ikut kedua orangtuaku pindah, karena pekerjaan mereka. Aku bersyukur selama kurang lebih setahun ini banyak hal yang aku alami, senang bisa mengenalmu, si anak cuek yang pertama kali mengabaikanku bahkan tidak membalas tanganku ketika diajak berkenalan. Tapi anak cuek ini juga yang pertama kali mau percaya dengan Negeri Dongengku dan bahkan mau untuk ikut kesana. Terimasih ya sudah mau menjadi temanku, aku senang dan aku juga dapat melihat kesenangan itu di wajahmu. Jaga rumah ini baik - baik ya sampai aku kembali lagi kesini, dan ya tentu saja aku akan kembali, karena aku belum sempat mencoba roti coklat buatan ibumu yang tidak ada tandingannya itu. Tunggu aku Jessa, aku berjanji akan pulang ke rumah ini lagi, tapi tidak tau kapan. Tapi aku janji! Janji aku ini adalah janji Angkatan Laut! Hahahaha.

Tanpa permisi, sebuah air mata jatuh dari mata Jessa. Ia sedih, karena seseorang yang sudah mau menjadi temannya harus pergi, dan ia kembal sendiri. Kesepian akan menjadi teman dekatnya lagi. Tapi kata - kata terakhir Lea membuatnya tegar dan percaya bahwa suatu saat Lea akan kembali. Selesai membersihkan rumah pohon, iapun pulang ke rumahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun