Analogi generasi sandwich ini dikenalkan oleh Dorothy A. Miller, seorang Profesor di University Kentucky, Amerika Serikat pada tahun 1981. Generasi sandwich adalah kelompok usia dewasa yang menanggung hidup tiga generasi yaitu orang tua, diri sendiri, dan anaknya. Tidak jarang juga mereka menanggung hidup saudara atau keluarga lainnya.Â
Kondisi ini diibaratkan seperti sandwich yang dihimpit oleh dua roti yaitu orang tua sebagai generasi di atasnya dan anak sebagai generasi dibawahnya. Sementara, isi utama sandwich menggambarkan diri mereka sendiri. Berdasarkan data Susenas tahun 2022 memperkirakan bahwa terdapat 8,4 juta penduduk Indonesia yang tergolong dalam generasi sandwich.Â
Generasi sandwich bertanggung jawab dalam merawat orang tua sekaligus anak. Sehingga, dapat dirasakan bahwa generasi ini memiliki tanggungan hidup yang cukup berat. Salah satu hal yang melatarbelakangi hal ini yaitu kurangnya kemampuan atau kegagalan finansial orang tua dan  perilaku konsumtif yang menyebabkan kurangnya rencana finansial di masa depan dan manajemen finansial yang tidak tepat.
Generasi ini akan terjebak dalam tuntutan kehidupan yang lebih kompleks. Bahkan, penelitian juga mengungkapkan bahwa tingkat stres pada generasi sandwich lebih tinggi karena adanya tuntutan menyeimbangkan peran ganda dalam merawat orang tua dan anak sekaligus.Â
TIngkat stres ini bukan hanya berpengaruh dalam kelelahan fisik namun juga mempengaruhi kesehatan mental, gangguan tidur, menciptakan perasaan yang bersalah dan menimbulkan kecemasan bahkan depresi. Dalam dinamika  ini, generasi sandwich penting menjadikan self-care sebagai fondasi dalam menjaga keseimbangan mental dan emosional bagi diri sendiri.Â
Self -care dapat diartikan sebagai perawatan diri atau segala sesuatu yang dilakukan untuk keperluan diri sendiri  dan mental untuk mengatasi stress dan meningkatkna energi. Memberikan perhatian kepada orang tua dan anak, menjadikan generasi sandwich mengesampingkan kebutuhan mereka sendiri. Walaupun demikian, tanpa mengenali pentingnya self-care menyebabkan kejenuhan yang pada akhirnya berdampak pada kesejahteraan diri sendiri.Â
Self-care bukan berarti egois, namun salah satu bentuk kepedulian dan investasi dalam menjaga keseimbangan dan kesejahteraan keseluruhan, sehingga dapat menjalankan kewajiban sebagai generasi sandwich dengan enjoy, tanpa  berfokus pada beban yang ditanggung. Dengan demikian, self-care ini menjadi salah satu tindakan sekaligus fondasi dalam menjalankan kehidupan sebagai sandwich generation.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H