Bersih desa atau Nyadran adalah acara tradisi yang diadakan rutin tiap tahun setiap bulan Sela menurut kalender Jawa di Desa Gejagan, kecamatan Loceret, kabupaten Nganjuk. Tahun ini, Nyadran di desa Gejagan dimeriahkan dengan serangkaian acara pentas seni yang dirancang oleh mahasiswa KKN-T UNESA kelompok 43 dan kelompok 44 jurusan Sendratasik, prodi Pendidikan Sendratasik. Pentas seni ini dilaksanakan pada tanggal 2 juni 2023 yang bertempat di balai desa pukul 19.00 hingga 22.30 WIB. Dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, penampilan Tari Remo Millenial persembahan mahasiswa KKN-T UNESA kelompok 43, paduan suara oleh ibu-ibu kader desa, perilisan lagu desa berjudul "Rindu Pulang" dan jingle desa berjudul "Gejagan Nyawiji", penampilan karawitan dan tembang dolanan serta teater oleh siswa-siswi TK Pertiwi dan SDN 2 Gejagan, Paneka Swara persembahan mahasiswa UNESA KKN-T kelompok 44, serta perilisan karya tari desa gejagan yang berjudul "Geguyub Nyadranan".
Jingle desa "Gejagan Nyawiji" terinspirasi dari karakteristik sumber daya alam serta sumber daya manusia yang ada di desa Gejagan. Vindy Guitarista Ashilah Merdeka selaku pencipta dan pelatih jingle desa "Gejagan Nyawiji" berharap agar jingle desa yang ditujukan khusus untuk Desa Gejagan ini dapat menjadi sebuah kenang-kenangan dari mahasiswa KKN-T UNESA, yang dapat terus ditampilkan pada setiap kesempatan acara desa atau kegiatan desa. Sang penanggung jawab memilih konsep paduan suara untuk ditampilkan saat acara pentas seni, dan ibu-ibu kader desa Gejagan yang dipilih menjadi anggota paduan suara. Sebelumnya kami telah memilih para pemuda desa Gejagan sebagai anggota paduan suara namun, para pemuda terlihat pasif untuk mengikuti pelatihan paduan suara ini, sehingga kami membuat keputusan bahwa ibu-ibu kader yang akan menjadi anggota paduan suara. Alhamdulillah ibu-ibu kader sangat semangat selama proses latihan berlangsung.
Proses latihan karya ini dimulai pada awal bulan Mei, bertepatan setelah hari raya Idul Fitri. Tim paduan suara ini beranggotakan 20 orang ibu-ibu yang mendukung kelancaran dalam menyanyikan jingle desa untuk acara pentas seni. Melalui beberapa tahapan yang dimulai dengan stretching  atau pemanasan tubuh, lalu berlatih pernapasan diafragma (pernapasan yang terletak di antara rongga dada dan rongga perut dilakukan dengan cara menarik atau mengambil napas untuk mengisi paru-paru dengan mengembangkan rongga perut dan mengembangkan tulang rusuk), dan berlatih teknik vokal meliputi intonasi dan artikulasi. Kemudian, pada tahap berikutnya yaitu menghafal lirik dan memahami nada, serta pada tahap terakhir paduan suara kami memberikan sentuhan berupa koreografi yang dibuat dan dilatih oleh rekan kami, Rahma Aprila Goespia Dayu.
Pemilihan busana disepakati bersama oleh ibu-ibu dan rekan-rekan mahasiswa KKN-T UNESA kelompok 43 yang ikut melatih paduan suara. Busana yang dipilih berupa baju lurik wanita yang dipadukan dengan rok span hitam polos dan kerudung berwarna hitam bermotif bunga. Baju lurik ini dipilih karena memiliki makna harapan, nasihat, bahkan kekuatan spiritual yang masih dipercaya serta menjadi adat dan tradisi. Baju lurik juga menjadi seragam tetap saat acara Nyadran di desa Gejagan.
"Ibu-ibu ini semangat sekali, sangat menarik dan harmonis." ujar pak Dedy Nawan, kepala desa Gejagan.
Dengan ini karya jingle "Gejagan Nyawiji" untuk desa Gejagan dapat bermanfaat serta karya ini bisa diputar atau dinyanyikan saat acara desa ataupun kegiatan desa. Jingle ini juga dapat menjadi identitas desa Gejagan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI