Mohon tunggu...
Hedi Rachdiana
Hedi Rachdiana Mohon Tunggu... Konsultan - www.facebook.com/hedi.rachdiana

www.facebook.com/hedi.rachdiana http://hedirachdiana.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW.

5 Desember 2014   18:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:58 1676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Memang dikatakan bahwa langit dan bumi adalah tempat bersujud kepada Allah (Ar Rad 15 dan An Nahl 49), namun Masjidil Aqsa sebagai tempat sujud terjauh menandakan bahwa Masjidil Aqsa yang dimaksud tentulah satu tempat di Bumi yang bisa dicapai dari masjidil Haram yang juga di bumi (sepadan) dan bukan di langit, karena jika demikian sebagaimana pendapat anda, tentulah dikatakan bahwa perjalanan malam tersebut dari Makkah menuju Sidratul Muntaha (batas yang tidak mungkin dilewati-bukan terjauh).


Pengertian masjid sebagai tempat bersujud adalah benar, demikian juga dengan pendapat bahwa Masjidil Aqsa di Palestina sebagai tempat sujud terjauh adalah benar karena pada saat itu itulah tempat bersujud kepada "one god" (ajaran samawi) terjauh dari Makkah. Dan masjidil Aqsa TIDAKLAH MESTI berbentuk Bangunan Mesjid.


Mengenai hadis mana yang benar? jawaban saya tetap, sebagaimana saya kutip dari Prof. A'zami:

Langkah akhir dari pemeriksaan silang menyeluruh thd isnad-isnad lainnya. Katakanlah kita memiliki satu pasangan ilmuwan terpercaya, E dan F, yang juga meriwayatkan dari A, seperti halnya jaringan A-E-F. Sekiranya mereka menyampaikan pernyataan mengenai A dan cocok dengan pernyataan A-B-C, maka hal ini selanjutnya akan menguatkan permasalahan yang ada yang kita istilahkan sebagai muttaba’ah. Tetapi apa jadinya jika kedua pernyataan ini tidak setaraf? Jika E dan F ternyata mengungguli B dan C, hal ini akan melemahkan laporan yang diberikan oleh B dan C; dan dalam hal ini riwayat yang diberikan oleh A-B-C dalam ilmu hadith disebut syadh (nyeleneh dan lemah). Keberadaan jaringan mata rantai ketiga dan keempat yang melengkapi laporan A-E-F akan membantu dan menguatkan argumentasi dalam menepis A-B-C. Akan tetapi, jika perawi E dan F memiliki kemampuan yang serupa dengan B dan C, nasib A akan dianggap sebagai mudtarib (memusingkan). Jika A-B-C menyatakan sesuatu yang bertentangan dengan A-E-F, tetapi sejalan dengan ratusan riwayat lain (yang bersumber selain A), maka kabar berita (riwayat) A-E-F mesti dibuang ke wilayah pinggiran.

Mengenai hadis yang mana yang saya pilih? tentunya saya serahkan kepada ahlinya untuk menentukan, yang pasti jika berlawanan dengan al-Quran.... silakan taruh di "pinggiran". Saya bukan seorang ahli hadist yang mampu menentukan pilihan terhadap hadist-hadist mana yang boleh dibuang, yang pasti saya tidak semata-mata mengikuti nafsu dan logika saja dalam menyaringnya.


Nah sekarang, kenapa pemahaman anda berhenti hanya sampai "perjalanan" saja? apa maksud dan tujuan Allah memperjalankan hambanya tersebut? Ruh saja atau dengan Jasad?

Sekalian juga, Apa yang membuat anda "takut" untuk mengatakan bahwa masjidil aqsa adalah "solomon temple"?  Apakah anda yakin 100% dengan sejarah yang ditulis oleh para orientalis untuk "mementahkan" peristiwa isra’ ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun