Sebelum memilih, tidak perlu bernafsu menggebu hingga kehilangan akal sehat. Karena biasanya orang yang demikian ketika jagoannya kalah, dia akan berkecil hati dan malu untuk muncul akibat bicara dan tingkah lakunya yang menyakiti. Pada saat jagoannya menang, dia akan langsung jumawa dan merasa paling hebat. Ketika jagoannya dikemudian hari tidak sesuai dengan harapannya, kembali akan kecewa dan mencerca habis setelah sebelumnya memuji berlebihan. Orang yang beraura negatif, apapun yg didukungnya, kalah atau menang tetapi akan menjadi petaka. Dan lebih celakanya, untuk bisa menang segala cara akan dilakukan, dan ketika kalah akan berusaha merusak dan menghancurkan.
Apapun pilihannya, warga yang memilih tetap lebih bijak dibanding warga yang hobinya komentar dan menghina tetapi tetap tanpa aksi, menunggu diam, mengatasnamakan #golput yang sudah basi ketinggalan jaman.
Kita harus bangga menjadi warga Indonesia yang lebih maju dari bangsa manapun didunia, ketika demokrasi di negara mereka masih wacana, kita sudah melakukannya. Harapan kita demokrasi ini harus damai dan duniapun akan kagum dengan Indonesia. Mari kita tunjukkan kebesaran bangsa Indonesia, bangsa yang beradab, cinda damai dan memegang teguh nilai-nilai demokrasi.
Kedua calon presiden kita ini merupakan orang-orang besar yang memang pilihan terbaik bangsa Indonesia, baik calon yang kita unggulkan atau yang bukan. Lalu, kenapa kita harus saling meniadakan?
Yuk memilih dengan ikhlas dan tunjukkan kita adalah bangsa yang paling beradab dimuka bumi ini!
Bandung, 9 Juli 2014 11:30 WIB
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H