Mohon tunggu...
Seorang Ibu
Seorang Ibu Mohon Tunggu... Buruh - Not Bad

Hanya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Benarkah Sekolah akan Tatap Muka?

31 Agustus 2021   06:55 Diperbarui: 31 Agustus 2021   07:05 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wah sebagian besar bunda-bunda pasti senang mendengar mas mentri sudah memberikan kode soal sekolah tatap muka yang memang kode-kode tersebut seringkali dilontarkan di awal tahun ajaran baru. 

Namun akhir-akhir ini Nadiem Makarim menegaskan bahwa sekolah tatap muka tidak perlu menunggu anak usia 12-17 tahun seluruhnya divaksin Covid-19 karena vaksinasi itu bukan keperluan atau kondisi pemerintah untuk membuka sekolah. Kondisinya yang boleh melakukan tatap muka yaitu kondisi daerah yang berada di level 1-3.

Hal tersebut berdasarkan Inmendagri nomor 35 Tahun 2021 yang dikeluarkan pada Senin, 23 Agustus 2021, kebijakan sekolah tatap muka 50% hanya berlaku di daerah PPKM level 3. Daerah dengan pelaksanaan PPKM level 4 belum diizinkan untuk melaksanakan sekolah tatap muka.

Ternyata syarat untuk melaksanakan sekolah tatap muka itu banyak loh bunda. Syaratnya itu;

  1. Sekolah yang mengadakan Pertemuan Tatap Muka (PTM) sudah melalui penilaian lebih dulu.
  2. Pengajar sudah menyesuaikan diri dengan PTM dan sekolah online.
  3. Kapasitas maksimal 50%.
  4. Jika ada murid atau tenaga didik yang terindikasi terpapar COVID-19, maka sekolah ditutup tiga hari.
  5. Jika ada murid/tenaga didik yang terpapar COVID-19, sekolah melakukan penyemprotan disinfektan, kemudian yang terpapar segera melakukan isolasi, sementara Kepala Sekolah berkoordinasi dengan faskes terdekat untuk tracing. Kemudian dilakukan swab atau antigen pada mereka yang sempat kontak. Setelah dinyatakan bersih, baru dibuka kembali.        

(sumber : Hai Bunda, 30 Agustus 2021)

Menurut Hermawan Saputra, Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) berbicara di CNBC Indonesia bahwa PTM sangat riskan dilaksanakan untuk  siswa jenjang prasekolah hinga sekolah dasar karena mereka masih belum punya otonomi berpikir dan bersikap. 

Jika dilaksanakan protokol kesehatan, mereka sangat sulit untuk mengikutinya karena motivasi mereka ke sekolah adalah bercengkrama dengan teman dan guru. Berbeda untuk jenjang menengah hingga perguruan tinggi, pelaksanaan tatap muka lebih mudah karena mereka dapat mengikuti protokol kesehatan dan aturan di sekolah.

Pemberitaan mengenai akan dilaksanakannya sekolah tatap muka membuat wajah bunda-bunda berseri-seri. Bunda-bunda lebih bisa mengatur waktu dan bernafas dengan lega. Drama-drama yang setiap hari terjadi akan lebih berkurang bahkan sirna. Anak-anak pun tidak akan mendengar lagi ocehan hingga teriakan bunda-bunda. 

Stres berkurang dan bisa melanjutkan nonton drama-drama korea yang terbengkalai. Bunda-bunda lebih tenang menitipkan anak-anaknya pada ahlinya, ya guru-guru di sekolah.

Namun dibalik itu, ada bunda yang sedang resah akan dilaksanakannya tatap muka. Baginya, sekolah online adalah moment yang sangat luar biasa. Moment dimana doa-doa yang dia langitkan terkabul. Rasa khawatir pun mulai dirasakan hingga memberanikan bercerita kepada gurunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun