Mohon tunggu...
Rabu Pagisyahbana
Rabu Pagisyahbana Mohon Tunggu... koki warung kopi -

Manusia hanya butuh sedikit kenangan. Guna dijadikannya sebagai alasan, untuk tetap memanggul segala senyum dan melangkah. //selesai// Dan sekarang tengah asyik meracik warna, Kuning Tua yang bening lewat Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tarian Kutu Mabuk Puisi

7 Oktober 2010   12:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:38 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap kata memiliki nafas

Hidup bahasa ada dalam kata-kataNya

Tujuh indra yang berfikir adalah puisi.

Tarian mabuk puisi itu bahasa pesta

Diracik cuaca sedingin es.

Manusia hanya kata yang melancong

Benda hanyalah kata yang memucat

Lumbung bahasa adalah merakit rembulan.

Manusia bernafas

Benda-benda bergerak

Alam raya membuka sejuta tarian kutu bersayap.

Puisi adalah ruh yang sepi berasap

Manusia juga puisi

Rima dan irama itu kejujuran

Dalam bentuk kelicikan baris berolahraga.

Mengapa hidup tidak juga puisi?

Rasa biarkan saja untuk menari

Mengetuk-ngetuk lantai dansa

Menggaruk-garuk ketujuh indra kutub.

Melepaskan kata dan roman pipi

Bergairah terbang dan menukik

Tarian mabuk puisi kataku.

Yogyakarta. 15 Desember 2009.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun