SYAHDAN
01
Tak tanggung-tanggung sembilan kota diletakkan di tubuhku
Tidak mesti bukti untuk mengabarkannya sebagai negara
Ataupun sebuah peradaban kedua setelah kaum.
Mulanya aku yang menuturkan setelah itu kami,
Memberikan bayak nama-nama.
Lihatlah! Api yang besar dalam tiga musim, maka aku akan melihat kami
Menghibur malam dengan sepasang sayap
Purnama ditengah pementasan opra asap kembar.
02.
Memilih timur atau barat?
Dari keduanya sangatlah dekat bersanding
Seorang penari menawarkan dirinya dengan make up tebal di wajah
Bukan maksudnya untuk bersembunyi!
Ia hanya memilih selembar gaun malam, sebagai pengantin
Lantas aku melihatnya menangis, namun hanya sebelah mata.
Seorang pemabuk merusak pentasnya dengan muntah diatas panggung
Malam yang singkat, aku mencuri dengar dari tamu-tamu yang hadir
Setelah itu kami pun bersorak menuntaskan air mata yang jatuh sepanjang malam!
Perawan biduan yang mencari mementaskan cinta diatas panggung
Menari melawati takjub dan takut
Meninggalkan selebaran pesta di akhir pekan.
03.
Pada seperempat matahari yang naik
Diharapkan bayang-bayang yang menduduki kursi taman itu berubah
Lebih pandai tenimbang aku
Hanya merebah melemparkan muka, dedaunan yang lebam kecoklatan.
Seusai pagi, setelah kandang-kandang tersucikan dari kemelaratan.
Angin yang mengundang tubuh berprasangka
Di mata mengubah taman menjadi dunia yang hitam bersisik
Sedang aroma sisa pembakaran bangkai ternak berlangsung sepanjang angin
Mengiringnya ketempat muasal.
Api yang besar melukiskan seni pembantaian abadi
Dari roman sejarah yang hidup saling bertukar nasib
Dalam taman yang berembun juga mengandung abu perniagaan.
....... ( Masih bersambung sayang!)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H