Mohon tunggu...
Rabit Pratama
Rabit Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa UST di Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Batik Legendaris Turun Temurun di Yogyakarta Sejak 1957, "Batik Soenardi"

23 Maret 2022   09:42 Diperbarui: 23 Maret 2022   09:54 2218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Batik pada awalnya dibuat terbatas hanya untuk kalangan keluarga keraton,namun semakin berkembangnya zaman batik semakin di gemari berbagai kalangan. salah satu jenis batik yang digemari banyak orang bahkan jika berkunjung ke Yogyakarta,passti akan melihat banyak orang yang menggunakan baju batik. Karena Yogyakarta termasuk kota yang masih kuat dalam melaksanakan berbagai budaya termasuk membuat batik. Banyak wisatawan saat mengunjungi Kawasan Kraton Yogyakarta dan Malioboro membeli batik buat oleh-oleh khas Yogyakarta. 

Batik menjadi peluang usaha bagi masyarakat Yogyakarta, pada tahun 1957 Ibu Soenardi memiliki keluarga yang berjualan usaha batik, dan Ibu Soenardi memiliki ide untuk membuka usaha batik di pasar Bringharjo tepatnya di los lantai dua,Kios tersebut disewa menggunakan sistem Kontrak.  Pada awal membuka usaha Ibu Soenardi membuka usaha tersebut seorang diri,mulai dari mencari pemasok baju batik kemudian dijual kembali. Kemudian setelah lebih dari 40 tahun merintis usaha dipasar Bringharjo Ibu Soenardi mulai mengembangkan usahanya dengan menambah beberapa produk serta menvari pemasok kain batik dan dijahit sendiri.

Pada tahun 2006 terjadi gempa dahsyat yang menimpa daerah Yogyakarta dan sekitarnya,pada saat itu kondisi pasar Bringkarjo porakoranda termasuk kios yang disewa Ibu Soenardi. Trlepas dari musibah itu Ibu Soenardi tetap mempertahankan usahanya dengan menyewa Toko yang ada diarea jl.Malioboro yang saat ini masih ditemati. Dengan dibukanya Toko “Batik Soenardi” dengan nuansa baru dan tentunya merektut beberapa karyawan yang dibutuhkan. Semakin banyaknya produk yang dijual tentunya semakin membuat pelanggan semakin tertarik. 

Kemudian Ibu Soenardi memiliki ide untuk membuat devisi setiap karyawan,devisi tersebut seperti devidi pelayan,devisi khusus jahit baju batik, dan devisi bagian Gudang. Semakin berkembangnya usaha yang dijalankan kemudian Ibu Soenardi menyewa Toko yang masih disekitaran area Malioboro untuk membuka cabang kedua. Pada tahun 2009 cabang kedua tersebut resmi dibuka,dan merekrut beberapa karyawan. Kedua pusat dan cabang tersebut sampai saat ini masih berjalan. 

Image caption
Image caption

dokpri
dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun