Mohon tunggu...
Rabitha Anasya
Rabitha Anasya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mahasiswi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Alasan Mengapa Zodiak Sering Relate

27 Desember 2023   07:09 Diperbarui: 27 Desember 2023   07:16 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah kamu merasa relate dengan zodiak? Atau kamu melihat karakter seseorang yang sesuai dengan zodiaknya?

Zodiak atau astrologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari banyak budaya di seluruh dunia selama ribuan tahun. Dengan dasar, pemikiran bahwa posisi matahari, bulan, dan planet pada saat kelahiran seseorang dapat mempengaruhi kepribadian dan jalur hidup mereka, zodiak memberi pandangan unik tentang karakteristik yang mungkin dimiliki seseorang. Dua belas tanda zodiak yang berbeda, mulai dari Aries hingga Pisces, menjadi representasi beragamnya manusia dalam hal karakter, sikap, dan potensi masa depan. Meskipun ada keraguan terhadap kebenaran astrologi, banyak orang tetap tertarik dan merasa terhubung dengan deskripsi yang diberikan oleh tanda zodiak mereka. Dalam psikologi hal ini disebut dengan 'Efek Barnum'.

Efek Barnum dalam Pernyataan Umum

Efek Barnum menyuguhkan suatu paradoks menarik dalam psikologi manusia. Dinamai dari P.T. Barnum, efek Barnum merujuk pada kecenderungan manusia untuk menerima pernyataan umum yang sebenarnya dapat diterapkan pada siapa saja. Dalam konteks tes kepribadian, ini berarti bahwa orang sering menganggap deskripsi yang umum dan ambigu sebagai suatu yang khusus untuk mereka sendiri. Misalnya, seseorang yang berzodiak Leo membaca karakteristik kepribadian Leo yang percaya diri, kemudian ia menganggap dirinya adalah seseorang yang percaya diri karena ia berzodiak Leo, padahal percaya diri merupakan pernyataan umum yang dimiliki banyak orang. Fenomena ini dapat dijelaskan oleh keinginan manusia untuk merasa unik dan dicintai sehingga mereka cenderung menemukan makna pribadi dalam pernyataan yang sebenarnya bersifat universal.

Validitas Zodiak

Dalam Journal of Psychology: Interdisciplinary and Applied berjudul Popular Horoscopes and The "Barnum Effect" memuat penelitian yang dilakukan di Amerika dengan partisipan sebanyak 366 mahasiswa ditemukan bahwa ramalan harian dan bulanan zodiak terbukti tidak valid sedangkan deskripsi kepribadian ditemukan sedikit kecocokan. Kecocokan antara deskripsi kepribadian rupanya dipengaruhi oleh pengetahuan seseorang tentang rasi bintang. Mereka yang tidak mengetahui rasi bintang mereka menilai ramalan zodiaknya tidak berguna bagi dirinya. Sebaliknya, mereka yang mengetahui rasi bintang mereka menilai ramalan zodiaknya berguna dibandingkan sebelas zodiak lainnya. Seseorang yang mengetahui rasi bintangnya mungkin termotivasi untuk mengabaikan prediksi yang tidak sesuai dan fokus pada prediksi yang sesuai.

Perempuan Lebih Cenderung Membaca Zodiak

Temuan dalam penelitian ini bahwa perempuan lebih suka membaca dan percaya terhadap astrologi dan deskripsi kepribadian sesuai dengan data Sosis dan kawan-kawan. Sosis dkk memberikan kemungkinan untuk hasil penelitian mereka. Kecenderungan perempuan membaca astrologi merupakan upaya mereka untuk terlepas dari tekanan akademis dan karir. Namun, pernyataan ini tidak didukung oleh bukti. Kemungkinan Sosis dkk selanjutnya sebenarnya bukan penjelasan yang tepat, yaitu perempuan mungkin percaya pada astrologi hanya karena horoskop ditampilkan di bagian "perempuan" koran dan majalah perempuan.

Dalam penelusuran fenomena zodiak, kita tidak dapat mengabaikan peran sentral yang dimainkan oleh efek Barnum. Pentingnya menyadari dan memahami efek Barnum dalam konteks zodiak adalah kunci untuk mengembangkan pandangan yang seimbang dan kritis terhadap astrologi. Meskipun banyak yang menemukan kenyamanan dan bimbingan dalam penafsiran zodiak, kita juga dihadapkan pada kenyataan bahwa klaim-klaim ini seringkali kurang dapat diuji dan dibuktikan secara ilmiah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun