Mohon tunggu...
Rabiatul Adawiah
Rabiatul Adawiah Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Nakes di pkm

belajar belajar dan terus belajar... - Purna Nusantara Sehat Team Based Kemenkes RI 2015, Puskesmas Balai Karangan, Kab. Sanggau, Kalbar - Penugasan Khusus Individu Kemenkes RI 2017, Puskesmas Biduk-Biduk, Kab. Berau, Kaltim

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Suku Dayak di Perbatasan Indonesia

1 September 2015   15:07 Diperbarui: 8 Juni 2016   10:12 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berjalan menelusuri desa-desa adalah hal yang sangat menarik bagi kami, mengenal karakteristik masyarakat, Suku, Budaya, Agama dan hal-hal unik lainnya yang tentunya berbeda dari daerah asal kami tinggal. Suku Dayak dan Melayu merupakan suku mayoritas yang terdapat di kecamatan Sekayam, berdasarkan penelusuran data ternyata Suku dayak ini kental akan budaya dan adat istiadat. Memang benar guys..adat istiadat suku Dayak di daerah ini masih benar-benar terjaga, Sungguh Indonesia kaya akan Budaya.

 Pada saat survei menuju beberapa desa di Kecamatan Sekayam, Langkah kami terhenti di Desa Pengadang, Bukan karena desa tersebut adalah target kami selanjutnya untuk mendata tentang situasi kesehatan di Kecamatan Sekayam, melainkan karena kami mendapat undangan dari Kepala desa untuk menghadiri acara adat Gawai Pancang.

Ruangan yang digunakan untuk meletakkan sesajen
Ruangan yang digunakan untuk meletakkan sesajen
Gawai Pancang adalah salah satu acara adat suku Dayak yang diselenggarakan setiap tahun dan merupakan upacara besar bagi Suku Dayak. Yang menarik lagi dalam acara adat gawai pancang ini terdapat beberapa rangkaian kegiatan adat yang wajib dilakukan oleh pengunjung yang ada di acara tersebut, yaitu memeluk tiang besar yang terdapat dalam lokasi upacara adat tersebut. Tata cara memeluknya pun tidak sembarangan, yakni ada salah seorang tokoh adat yang bertugas untuk mengukur jarak tangan kita pada saat memluk tiang, dari situlah tokoh adat tersebut menyimpulkan perjalanan jodoh, rezeki dari seseorang yang memeluk tiang tersebut. Konon jika pengunjung dari luar daerah tersebut yang memeluk tiang tersebut dan membuat permintaan, permintaannya akan terkabul kecuali, jadi, bagai kalian yang penasaran yuk dataang dan hadiri acara adat Gawai Pancang :)

tradisi memeluk tiang Pancang ( hanya diperuntukkan orang dari luar desa pengadang)
tradisi memeluk tiang Pancang ( hanya diperuntukkan orang dari luar desa pengadang)
Upacara di buka oleh Ketua adat diiringi dengan tari-tarian oleh para petuah adat dengan menggunakan baju adat khas suku dayak dan diiringi dengan alunan khas music traditional.

 

Tuak (botol hijau) merupakan salah satu minuman yang wajib ada di acara gawai
Tuak (botol hijau) merupakan salah satu minuman yang wajib ada di acara gawai
Selanjutnya kami pun mulai melakukan ritual memeluk tiang pancang atau kayu besar yang kemudian diukur jarak antara tangan kanan dan kiri oleh daun kelapa, yang tentunya dilakukan oleh tokoh adat setempat.

Tidak hanya itu saja, setelah melakukan ritual memeluk tiang pancang, para pengunjung pun wajib meminum “tuak” yang akan di suguhkan oleh parah tokoh adat.

 Tuak adalah salah satu minuman beralkohol yang dibuat sendiri oleh warga setempat untuk melengkapi acara adat tersebut. Yaa..rasanya cukup membuat saya sedikit puyeng karena ini adalah kali pertama saya meminum minuman tersebut, Pengunjung juga di perbolehkan untuk naik ke dalam rumah adat tersebut.

Rumah panggung yang terbuat dari papan, Rumah tersebut terdiri dari dua lantai dan di tengahnya terdapat tiang pancang yang diguanakan untuk melakukan adat memeluk tiang. pada saat naik kelantai dua terdapat beberapa tokoh adat yang sedang melakukan ritual yang tentumya tersedia beberapa macam sesajen di dekat mereka. Paha babi yang belum di masak, nasi ketan, bunga dsb. Sementara di lantai dua adalah tempat untuk berdoa pada nenek moyang atau leluhur suku Dayak, dalam ruangan tersebut terdapat banyak tengkorak kepala peninggalan para leluhur, dan beberapa barang peninggalan leluhur yang di gantung di tiap sudut dinding ruangan tersebut.

Setelah naik kerumah adat tersebut pengunjung di persilahkan untuk memeluk kembali tiang pancang untuk melihat apakah terdapat perubahan setelah masuk kerumah panggung atau rumah adat tersebut. Unbelieveable!! Ternyata berubah..yang awalnya pada saat saya memeluk tiang tersebut jaraknya agak jauh pada saat diukur, namun setelah naik kerumah panggung ternyata malah makin dekat..heheh

Percaya tidak percaya itulah kepercayaan dan adat istiadat yang masih dipegang teguh oleh masyarakat suku Dayak di perbatasan Malaysia. Mari lestarikan Budaya Indonesia guys...

Salam Perbatasan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun