Sebentar lagi kita akan memasuki bulan Mei di tahun 2017, salah satu bulan yang di nanti-nanti oleh umat Islam dalam rangka menyambut bulan suci Ramadhan dan bagi suku dayak yang sebentar lagi menyambut acara adat Gawai yang merupakan salah satu acara adat besar.
Dua tahun tinggal dan berbaur dengan budaya dan kebiasaan masyarakat di wilayah perbatasan tidak membuat saya lengah untuk mengamati setiap gerak gerik kehidupan sosial masyarakat disini. Salah satunya contohnya adalah kebiasaan berburu kebutuhan pokok di negeri seberang pada saat musim hari raya atau acara adat tiba. Dan ternyata Kebiasaan itu sudah menjadi tradisi bagi masyarakat disini.
Tidak heran jika kalian berkunjung ke wilayah perbatasan ada banyak toko-toko yang menjajakan produk Malaysia. Awalnya sempat miris melihat situasi seperti ini. Namun harus bagaimana lagi?? Masyarakat disini ibarat diberi dua pilihan. Mau pilih yang murah atau yang mahal?. Jawabannya?? sudah tentu masyarakat ingin yang murah. Apalagi jika dikaitkan dengan kondisi ekonomi masyarakat perbatasan yang pas-pasan.
Bayangkan saja, harga gula di Indonesia saat ini mencapai Rp. 15.000 per Kilonya, sedangkan harga gula di Malaysia hanya mencapai Rp.10.000. perbedaan yang cukup jauh dan menjadi alasan mengapa masyarakat perbatasan lebih memilih berbelanja produk malaysia. Selain karena harga, akses jalan juga menjadi salah satu pemicu timbulnya tradisi ini.
Di perbatasan malaysia, ada salah satu toko yang menjual aneka ragam kebutuhan pokok rumahan. Lokasinya tidak jauh dari wilayah perbatasan Indonesia, hanya memakan waktu 5 menit dari perbatasan Indonesia untuk sampai ke toko tersebut. Sebenarnya hampir mirip dengan minimarket atau toserba seperti di Indonesia. karena toko tersebut menjajakan berbagai jenis produk seperti minyak goreng, bawang merah, bawang putih, gas elpiji, minuman, makanan dan masih banyak lagi. kalau di musim hari raya keagamaan, toko ini selalu diserbu oleh pengunjung dari Indonesia yang tinggal di perbatasan. Karena, dengan harga yang terjangkau mereka sudah bisa mendapatkan minuman kaleng, kue dan snack untuk persiapan menerima tamu dihari besar mereka.
Nah, jika dibandingkan dengan perjalanan ke kabupaten, kita harus menyiapkan uang sebesar Rp. 80.000 untuk biaya transportasi bis hingga ke Kabupaten. Belum lagi harus menempuh waktu sekitar 2 jam dan melewati jalanan rusak, berlobang dan berbatu. Sementara jika ke negeri seberang hanya memakan waktu 20 menit dari Desa Balai Karangan dengan biaya Rp. 8.000. dan jalanan yang mulus.
Bagaimana menurut sobat kompasianer dengan budaya, tradisi dan kebiasaan masyarakat perbatasan seperti itu??
Oya, saya jadi teringat iklan TV yang sering menyebutkan“ Cintailah produk-produk Indonesia”. mungkin bisa dikaitkan dengan iklan TV tersebut.
Salam hangat,
Rabiatoel
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H