Syukur alhamdulillah kupanjatkan kepada Allah SWT, karena saat ini masih diberi kesehatan, kekuatan, rezeki dan nafas sehingga diakhir masa pengabdian saya masih bisa menuliskan cerita tentang masa pengabdian yang sisa tinggal 3 bulan lagi.
Memang benar, kami adalah tenaga kontrak dua tahun di daerah DTPK (Daerah Terpencil, Perbatasan, Kepulauan) dari kementerian kesehatan RI.
Yaa...hanya kontrak. Tapi besar harapan kami untuk bisa dipertimbangkan masa depan kami selanjutnya pasca kontrak ini selesai. Mungkin orang dliuar sana banyak yang beranggapan bahwa umur pengabdian kami terlalu singkat, hanya dua tahun. Saya sendiripun mengakui hal tersebut terlalu singkat, apalagi mengingat bahwa masih banyak orang-orang diluar sana yang mengabdi hingga bertahun-tahun bahkan puluhan tahun namun hingga detik ini belum mendapatkan kejelasan tentang nasib kedepannya dari pemerintah setempat.
Entah kenapa kami selalu diusik dengan komentar-komentar demikian. Apakah mungkin karena masa kerja kami yang begitu singkat?? Atau kah kami banyak permintaan?? atau kah ada hal lain yang terbesit sehingga komentar seperti itu keluar? Hingga seakan-akan kami tidak boleh melewati “senior-senior” yang sudah lebih dulu mengabdi dibanding kami yang masa kerjanya masih seumur jagung ??...
Tapi, apakah pernah terpikirkan proses yang kami jalani selama ini?
Dari awal sampai akhir penugasan? Mulai dari bersaing diantara ribuan orang yang ingin bergabung dalam program ini. Keluar dari zona nyaman, merantau jauh diluar daerah sendiri, bertemu dengan orang-orang baru, dan mencoba bertahan dengan lingkungan yang begitu berbeda dari sebelumnya.
Bukan untuk membanding-bandingkan, melainkan sebagai pemahaman bagi orang-orang yang belum mengerti makna dari pengabdian yang hanya 2 tahun saja!
Begitu banyak lika liku proses yang kujalani selama mengikuti program Nusantara Sehat ini. Mulai dari bersaing diantara kurang lebih 6200 pendaftar diseluruh Indonesia, mencoba merantau yang selama ini baru pertama kali kulakukan selama hidupku. Keluar dari kota kelahiranku dan mencoba memberanikan diri untuk ikut bersaing dengan ana-anak muda yang enerjik lainnya yang sama sekali tidak pernah kutemui sebelumnya. Berkorban biaya untuk mengikuti tes yang diselenggarakan dijakarta dan bersiap menerima semua hasil yang telah kulakukan pada saat pengumuman seleksi tiba. Hal yang kulakukan saat itu hanya belajar, belajar dan terus belajar agar bisa lulus dari seleksi program Nusantara Sehat.
Saat pertama mengikuti program ini, ada banyak kebimbangan yang berkecamuk didalam hati. Salah satunya soal penempatan lokasi kerja yang pada saat itu tidak kuketahui sama sekali saat tes seleksi berlangsung. Hanya dengan melihat lokasi penempatan melalui website nusantara sehat. Cukup jauh yaitu di daerah DTPK.
Salah satu lokasi penempatan angkatan saya yaitu NTT, Papua, Kalimantan barat, Aceh, Maluku, Sulawesi Utara, Kalimantan Timur dan lainnya. Kalau mendengar nama ibukotanya mungkin perasaan orang tuaku agak sedikit lega, tetapi kenyataan yang sebenarnya kami ditempatkan dilokasi yang berada jauh dari ibu kota provinsi yang saya sebutkan tadi. Merupakan daerah yang penuh dengan keterbatasan, mulai dari listrik, air, akses sinyal, akses jalan hingga biaya yang cukup mahal untuk bertahan dibeberapa daerah yang telah kusebutkan diatas.
Walaupun begitu banyak pertimbangan, pada akhirnya kembali ke niat awal. Mengabdi untuk tanah air Indonesia. Semua proses kulalui ketika mendapat email dari panitia pelaksana seleksi program tersebut. Mengikuti pembekalan yang diselenggarakan di Jakarta selama kurang lebih satu bulan, dengan salah satu kegiatannya yaitu pembekalan bela negara oleh TNI AL di BPPK Ciloto dan pembekalan materi kesehatan untuk bekal saat beradai di lokasi penempatan nantinya.