Mohon tunggu...
Rabiatul Adawiah
Rabiatul Adawiah Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Nakes di pkm

belajar belajar dan terus belajar... - Purna Nusantara Sehat Team Based Kemenkes RI 2015, Puskesmas Balai Karangan, Kab. Sanggau, Kalbar - Penugasan Khusus Individu Kemenkes RI 2017, Puskesmas Biduk-Biduk, Kab. Berau, Kaltim

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Wajah Pelayanan Kesehatan di Daerah Terpencil, Perbatasan, Kepulauan (DTPK)

19 Maret 2017   15:37 Diperbarui: 19 Maret 2017   15:46 14260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kegiatan Posyandu di salah satu Desa di Kecamatan Sekayam (Doc. Pribadi)

Saat ini Indonesia merupakan salah satu Negara dengan kepadatan penduduk besar di dunia. Kondisi ekonomi masyarakat yang beragam menimbulkan kesenjangan sosial di berbagai bidang kehidupan. Salah satunya adalah pelayanan kesehatan yang tidak merata di seluruh pelosok nusantara yang menjadikan reputasi pelayanan kesehatan di negeri ini dinilai buruk di mata masyarakat ekonomi kelas bawah. Saat ini kemajuan dan keberhasilan pelayanan kesehatan dan bahkan pendidikan di Indonesia hanya bisa dilihat didaerah perkotaan saja. 

Segala fasilitas tersedia dengan lengkap, tinggal memilih saja sesuai dengan tebalnya dompet disaku celana. sementara bagaimana dengan daerah terluar, terpencil, tertinggal yang notabene masih masuk wilayah Indonesia juga? Mungkin para anak muda, orang dewasa maupun orang tua diluar sana bisa membantu menjawab dan mengikis sedikit demi sedikit dari permasalahan yang timbul selama ini.

Memang benar kesehatan bukanlah segalanya, namun tanpa kesehatan segalanya tidak berarti. Kesehatan merupakan hal urgent bagi  seluruh manusia di muka bumi ini. Melakukan tindakan pencegahan (preventif)  bagi  masyarakat agar terhindar dari ancaman penyakit adalah tanggung jawab semua orang, terlebih lagi bagi saya seorang tenaga kesehatan masyarakat.

Banyak masyarakat diluar sana yang lebih memilih solusi kesehatannya melalui pengobatan (kuratif). Padahal sebenarnya bukan hanya tindakan pengobatan(kuratif)saja yang harus dilakukan seseorang untuk memenuhi derajat kesehatannya, namun juga harus dibarengi dengan tindakan pencegahan (preventif).apalagi yang berada di daerah  terpencil dan terluar. Ketika keterbatasan menjadi suatu kendala di daerahnya, sebenarnya pepatah kesehatan “mencegah lebih baik daripada mengobati” adalah solusi dari permasalahan kesehatan selama ini. namun hal ini sering diabaikan oleh banyak orang, termasuk didaerah 3T.

Program Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang juga merupakan salah satu program pemerintah dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara merata adalah langkah tepat yang wajib didukung oleh tenaga kesehatan profesional untuk mewujudkan nusantara sehat. Namun, setelah kartu tersebut diluncurkan, apakah dapat menjawab permasalahan kesehatan di Indonesia selama ini? Tidak, tidak sama sekali. Begitu banyak pengalaman yang saya alami selama ini, termasuk pengalaman mengabdi didaerah perbatasan. Proses yang begitu ruwet dan panjang menjadikan banyak pemegang kartu ini lebih memilih berdiam diri dengan masalah kesehatan yang dialami.

Sedikit bercerita pengalaman yang saya dapatkan dari kegiatan belajar di bangku perkuliahan. kegiatan yang kami lakukan pada saat itu adalah praktek belajar lapangan di salah satu Desa terpencil di Sulawesi Tenggara. Ada banyak permasalahan bagi masyarakat yang tinggal di daerah tersebut, salah satu dan salah duanya adalah akses kesehatan dan pendidikan yang cukup sulit serta kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang mamadai dibidang tersebut. 

Masalah tersebut juga dipengaruhi karena perilaku dan pengetahuan masyarakat masih rendah akan pentingnya menjaga kesehatan. Dan lagi-lagi, ada keterkaitan antara bidang pendidikan dan kesehatan. Salah satu contoh keterkaitannya adalah ketika saya melakukan penyuluhan kesehatan dan membagikan leaflet sebagai media promosi kesehatannya, banyak dari masyarakat tersebut tidak memahami apa pesan yang terdapat didalam leaflet karena tidak dapat membaca.

Pengalaman lainnya saat saya mengabdi di daerah perbatasan Indonesia- Malaysia. Mengemban tugas untuk memberikan pelayanan kesehatan yang adil dan merata di wilayah perbatasan, Provinsi Kalimantan Barat. Mengabdi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat perbatasan yang selama ini masih kurang sentuhan dari pemerintah.  Begitu banyak pelajaran yang saya dapatkan dari perjalanan ini. Belajar beradaptasi dengan lingkungan baru, budaya, suku, bahasa hingga adat istiadat yang begitu kental. 

Permasalahan kesehatannya pun hampir sama dengan pengalaman saya sebelumnya. Ketika berhadapan dengan keterbatasan, mentransfer berbagai ilmu pengetahuan adalah salah satu bentuk upaya ataupun solusi untuk mengikis sedikit demi sedikit permasalahan di negara kita selama ini. kembali membangun semangat dan harapan masyarakat Indonesia yang ada dipedalaman untuk terus maju dan tetap bangkit dari keterbatasan yang ada. Baik dalam segi bidang kesehatan, pendidikan, sosial, ekonomi dan sebagainya.

Dan dari kisah itulah saya masih tetap ingin mengunjungi dan menyusuri lagi daerah daerah 3T yang ada di Indonesia. Yang pasti ingin berbagi pengetahuan, pengalaman, skill dan tentunya ingin menularkan kebaikan terhadap sesama. jangan pernah melihat waktu yang begitu singkat untuk menebar benih kebaikan, tetapi lihat kesempatan dan makna dari benih kebaikan itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun