Mohon tunggu...
Rabia Safitri
Rabia Safitri Mohon Tunggu... Penulis - Bitung-Manado

Pengetahuan pangkal kehidupan Ketidaktahuan budak kehidupan ~

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

[Resensi Buku] "Nusa dan Bangsa Melaju" Ibrahim Yaacob

14 Maret 2021   14:40 Diperbarui: 14 Maret 2021   14:46 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

(Resensi Buku) " Nusa dan Bangsa Melaju" Oleh: Ibrahim Yaacob -- 16 April 1951

Buku ini ditulis oleh Intje Ibrahim Yaacob yaitu seorang pemimpin Nasional Melayu yang memimpin perpejuangan kearah cita-cita Nasional Indonesia Raya dan bergerak memimpin organisasi pemuda, dan Malay Nasionalist.

Buku Nusa dan Bangsa Melayu ditulis masih dengan menggunakan aksen lama dan perlu kecermatan dalam membaca dan memhami buku ini. Buku diterbitkan untuk menambah kepustakaan yang ada di Indonesia, dan diharapkan bangsa Indonesia dapat mengenal akan saudara kandungnya, yaitu orang Melayu yang berada di negeri-negeri Melayu yang dulunya saling berinteraksi bersama tapi sekarang sudah terpisah dari Indonesia.

"Melayu" merupakan satu nama yang bersifat Plural, karena bangsa-bangsa di Asia Tenggara disebut memiliki keturunan darah Melayu (Malay-race). Tapi bangsa Malaya, menganggap Melayu ialah nama tunggal suatu bangsa. Bangsa-bangsa yang berdarah Melayu yaitu Malaya, Indonesia, Philipine, Brunei, dan Thailand. Negara-negara tersebut diyakini masih se-rumpun. Bangsa Melayu di Malaya (Malaka) dan Indonesia sama-sama memiliki latar belakang sejarah Nasional yang sama. Yaitu sama-sama pernah dijajah oleh bangsa Eropa dihampir waktu yang bersamaan. sehingga cita-cita mulai tumbuh bersama dan hingga menuju satu kesatuan bangsa yang besar dan luas.

Sebelum negeri melayu dijajah oleh bangsa Eropa, bangsa negeri Melayu pernah Berjaya yaitu tahun 500 Masehi berdiri kekuasaan Tarumanegara, kemudian ke- Buddha Sriwijaya, Masuk ke Majapahit, berakhir dengan Malaka tahun 1511. Pada masa kegemilangan ini bangsa Melayu berkuasa dan dekat dan bersaudara. Setelah kejayaan itu berakhir maka digantikan dengan "zaman kejatuhan" dimana negeri-negeri Melayu dikuasai oleh para penjajah Eropa dan membagi-bagi negeri-negeri Melayu menjadi terpisah-pisah. Kedatangan penjajah pertama kali ialah bangsa Portugis dengan merampas ibu kota kerajaan Melayu Malaka pada tahun 1511 Masehi. Sesudah itu datanglah orang-orang spayol, Belanda, dan Inggris dan menjajah negeri-negeri Melayu. Inggris dan Belanda membuat perjanjian dan membagikan daerah-daerah kekuasaan meraka dari sisnilah negeri melayu terpisah dan dibagi oleh pihak penjajah, serta para penjajah memberikan tekanan kepada bangsa Melayu sebagai penduduk asli negeri Melayu.

Inggris merampas Malaka dan membuat siasat dengan mengadakan perjanjian dengan para beberapa sultan di Malaya. Adapun Dato yang tidak mau melakukan perjanjian dengan pihak Inggris nantinya akan dijatuhkan. Perjanjian yang diharapkan oleh para Sultan bisa membawa negeri Melayu kea rah yang lebih baik malahan membawa kehancuran. Inggris semakin berkuasa dan berusaha merupabah Malaya menjadi Malayanization Policy yaitu Malaya yang dipimpin oleh orang-orang yang berkulit putih.

Inggris juga membuat open-door-policy (politik pintu terbuka) yaitu dengan mendatangkan banyak pemodal asing dan para buruh murah dari Tiongkok dan India sehingga menjadi pasar perdagangan yang baru dan terbuka. Para pegawai-pegawai pemerintah Inggris menjelaskan pada dunia bahwa "Kemakmuran Malaya adalah usaha kerjasama modal dan kepintaran dari Inggris dan buruh dari Tiongkok. Dan pegawai Inggris mempropagandakan pada dunia dan mengatakan bahwa bangsa  Melayu adalah orang yang tidak memiliki apa-apa, dan orang yang malas. Hal tersebut membuat orang Melayu merasa terpinggirkan dan merasa hak nasionalnya telah  dirampas.

Malaya bukanlah miliki pihak Asing (Eropa) karena dari Abad ke-6 Malaya sudah menjadi daerah kerajaan Buddha Sriwijaya. Jadi hak untuk mempertahankan negeri Melayu tersebut harus dirampas kembali setelah muncul kesadaran Nasionalime bahwa bangsa melayu telah dijajah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun