Mohon tunggu...
HENDRA WIJAYA
HENDRA WIJAYA Mohon Tunggu... Penulis - NICE DAY

Mengajar di Tangerang.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Ibu, Dokter Pribadi Terbaikku

22 Desember 2017   13:26 Diperbarui: 22 Desember 2017   13:37 1098
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Memperingati Hari Ibu, 22 Desember)

Oleh    : Hendra Wijaya

"Dan Ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu  hanyalah sebagai cobaan dan sesunggunhnya  di sisi Alloh ada pahala yang besar." (QS:Al-Anfal ( 8):28) 

Jika ada yang bertanya, " Siapa orang yang paling istimewa di dunia ini yang pernah kau kenal langsung secara fisik? ",  jawabnya adalah "Ibu!". Ya, Ibu, beliaulah Pahlawanku, guruku, temanku, dan yang paling spesial beliau adalah Dokter pribadiku, Ibuku teristimewa dari apapun dan dari siapapun.

Sebagai seorang pahlawan, ibu telah berjuang memepertaruhkan  separuh nyawa melahirkanku, merawatku hingga dewasa, bahkan sampai sekarang saat aku sudah berkeluarga, ibu senantiasa menjadi pahlawan besarku. Kebandelanku saat kecil Ia anggap cobaan, dengan ketegasan, kesabara dan kasih-sayangnya menumbuhkanku.              Sebagai seorang guru ibu telah mengajari berbagai hal. Berbicara, Mengenal benda, gerakan, etika, budi pekerti, dll, adalah pelajaran berharga yang ia jejalkan tak pernah bosan sepanjang massa.

Sebagai teman, ibu adalah sosok teman yang paling ideal. Pengertian, memahami, memberi keteduhan saat hati sedang gersang atau krisis.beliaulah tempat curahan hatiku.         

Ibu : Dokter Terbaikku

Selain sebagai Pahlawanku, guruku, temanku, yang paling special Ibuku adalah sebagai dokter  pribadi terbaikku, ibu adalah dokter yang selalu menguntit kesehatanku, apakah aku sakit atau sehat, tujuhpuluh persen keputusan ada ditangannya, dan segera mengambil langkah-langkah  pengobatan, atau paling tidak menyarankan untuk meminum obat atau melakukan sesuatu untuk kesembuhanku. Istimewanya, ibu tidak saja memberi atau menyarankan obat-obat yang di produksi oleh perusahaan-perusahaan pembuat obat untuk menyembukan sakitku, namun ibu meramu obat sendiri dari  aneka tumbuhan obat yang ada di sekelilngnya.

Kumis ucing, jeruk mipis, pace, kembang mangkok, lidah buaya, ki papatong, daun wera, pungpulutan, daun dewa, ginseng, kunir, jahe, laja, kembang melati, dll. Adalah beberepa tumbuhan obat yang senantiasa menemani ibuku di kebun rumahnya. Terkadang sangat sederhana penyajiannya. Suatu waktu mataku kusam, menurut ibu mata itu banyak kotorannya. Disodorinya aku semangkok air putih yang didalamnya terdapat bunga melati. Aku diminta untuk mengedip-ngedipkan mataku di dalam air itu, beberapa kali.

Beberapa jam kemudian, dari sela-sela mataku keluarlah kotoran-kotoran yang disangka ibu itu. Dan mataku terlihat cerah kembali. Waktu yang  lain rambutku kusam, dipetiknya daun mangkok dan lidah buaya, diramunya, lalu dimintanya aku berkeramas dengan ramuan yang sudah jadi lembut itu. Karena sering, rambutku jadi hitam dan berkilau, bebas ketombe. Karena seringnya, aku jadi  terbiasa untuk menuruti kebiasaan mengobati ala ibu. Jika aku demam, aku  memetik sendiri daun wera, membelendernya dengan air, lalu ku minum. Jika batuk, ku petik jeruk mipis , kuperas dan ku beri kecap di sendok. Dan satu kebiasaanku sekarang jika menjenguk ibu, aku disodoinya, jamu Pace atau mengkudu, menurut beliau, jamu ini untuk mencegah berbagai penyakit. Diabetes, darah tinggi, kanker, dll.

Mengingat itu semua, tidak ada alasan untuk ku untuk  mengingkari  kasih dan sayang ibuku. Terimakasih Ibu. Smoga Selalu dipenuhi Keberkahan olehNYA. I love u Full. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun