Mohon tunggu...
Rabhindra Javier
Rabhindra Javier Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Saya suka semua hal di bidang kedokteran, sosial, dan ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Cara Pemerintah Menangani Krisis Lingkungan di Surabaya: Tindakan dan Strategi

13 Juni 2024   22:13 Diperbarui: 13 Juni 2024   22:44 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Dalam beberapa tahun terakhir, masalah pencemaran lingkungan di Surabaya menjadi semakin penting. Surabaya, salah satu kota terbesar di Indonesia, menghadapi berbagai masalah lingkungan yang signifikan karena pertumbuhan ekonominya yang cepat dan populasinya yang meningkat. Polusi udara, air, dan tanah menimbulkan ancaman yang semakin besar bagi kehidupan dan kesejahteraan penduduknya. Pencemaran ini berasal dari berbagai sumber, termasuk limbah industri, emisi kendaraan bermotor, dan sampah rumah tangga yang tidak dikelola dengan baik.

Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang masalah ini, kita harus melihat beberapa masalah pencemaran lingkungan yang paling terkenal di Surabaya. Berikut beberapa contoh pencemaran lingkungan yang terjadi di Surabaya:

1. Kerusakan Kawasan Pesisir Surabaya: Sampah plastik telah mencemari wilayah pesisir Surabaya sejak lama. Saat air laut surut, sampah yang telah mengendap di lumpur terlihat. Pemerintah Kota Surabaya telah mengelola area ini untuk menjadi tempat konservasi dan tempat wisata.[4].

2. Polusi Udara: Jumlah kendaraan bermotor, aktivitas industri, dan aktivitas perkotaan menyebabkan polusi udara di Surabaya. Peningkatan emisi gas rumah kaca dan partikel berbahaya dapat meningkatkan risiko pemanasan global dan menyebabkan masalah kesehatan seperti penyakit pernapasan. Untuk mengurangi polusi udara, pemerintah dan warga Surabaya telah memperketat standar emisi kendaraan, mendorong transportasi berkelanjutan, dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya udara bersih.[2].

3. Limbah: Pengelolaan limbah adalah masalah besar di Surabaya. Sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan bau yang tidak sedap, infeksi, dan kerusakan lingkungan. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan kebersihan, pemerintah Surabaya mengadakan pembersihan rutin di berbagai tempat.[2].

4. Kerusakan Ekosistem: Kerusakan ekosistem adalah masalah utama di Surabaya. Salah satu contohnya adalah wilayah pesisir Surabaya yang seharusnya menjadi kawasan sabuk hijau telah hancur karena pertumbuhan pemukiman dan industri. Pemerintah kota telah berusaha mengembalikannya, tetapi upaya ini masih terhambat oleh kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan.[1]

5. Banjir: Kesadaran masyarakat tentang kebersihan adalah faktor lain yang menyebabkan banjir di Surabaya. Karena masyarakat sering membuang sampah di sungai, aliran sungai menjadi tidak lancar, dan banyak air meluap ke permukiman. Pemerintah kota Surabaya harus memiliki tanggung jawab untuk mengontrol pencemaran limbah cair detergen dengan menyediakan tempat penampungan dan pengolahan limbah cair sebelum dibuang ke sungai.[5].

Dalam hal kebersihan lingkungan, Surabaya menghadapi banyak masalah yang mempengaruhi kualitas hidup penduduknya. Oleh karena itu, sangat penting bagi setiap masyarakat dan pemerintah untuk meningkatkan kesadaran akan kebersihan dan lingkungan.

Beberapa cara dari pemerintah sudah beberapa kali dilakukan untuk menangani krisis lingkungan ini. Pemerintah terus mengupayakan supaya lingkungan di Surabaya tetap asri dan nyaman bagi masyarakat di kota Surabaya.

Pemerintah Kota Surabaya telah mendukung kampanye penggunaan tas plastik daur ulang dan mengadakan bersih-bersih rutin di beberapa tempat, termasuk Pantai Nambangan. Kegiatan pembersihan ini, yang didukung sepenuhnya oleh Pemerintah Kota Surabaya, diikuti oleh ratusan siswa dari SD-SMP Negeri dan Swasta di Kota Pahlawan.

Tujuan pemerintah kota Surabaya adalah untuk mewujudkan kota yang hijau, sejuk, dan asri. Untuk mencapai tujuan ini, luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) telah ditingkatkan hingga mencapai 26% dari total area kota. Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Risma, menekankan bahwa untuk mencapai tujuan ini, RTH harus ditingkatkan lebih dari 30%[7].

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun