Tangerang Selatan - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Jakarta diberikan program besar berupa video kreatif untuk sebuah campaign. Program ini menjadi syarat dari mata kuliah Digital Creative yang diampuh oleh Istisari Bulan Lageni S.Sos., M.I.Kom. Dengan berjalannya program ini mahasiswa dituntut untuk kreatif dan berpikir lebih luas agar dapat menemukan ide yang akan digagas untuk kampanye yang akan dilakukan. Bersamaan dengan program yang digagas, Mahasiswa juga menambahkan "karakter unik" untuk dijadikan sebagai penambah nilai penghibur di dalam kontennya masing-masing. Karakter unik ini adalah Diji si Kelinci.
Kali ini Diji menjadi Maskot Anti Bullying yang akan selalu mengingatkan bahaya dari bullying, akibat dari bullying, dan jenis tindakan bullying yang berdampak dari yang terbesar sampai terkecil. Seperti yang kita ketahui bahwa tindakan bullying atau perundungan kian marak terjadi disekitar kita. Ada yang terjadi tanpa disadari maupun dilakukan secara sengaja. Awal mula terjadinya perundungan (bullying) sulit untuk dipastikan secara pasti, karena perilaku ini sudah terjadi sejak zaman dahulu. Namun, beberapa ahli menyatakan bahwa perundungan terjadi ketika seseorang merasa lebih kuat atau lebih unggul dari orang lain dan menggunakan kekuatan atau pengaruhnya untuk menyakiti, mengintimidasi, atau merendahkan orang lain yang dianggap lebih lemah atau kurang berdaya. Di lingkungan sosial, bullying seringkali dimulai sebagai bentuk "teasing" atau ejekan yang tidak sopan terhadap seseorang yang dianggap berbeda atau tidak sesuai dengan norma sosial yang berlaku di lingkungan tersebut. Hal ini bisa berupa ejekan tentang penampilan, cara berbicara, atau perilaku orang tersebut.
Pada "Campaign Stop Bullying" ini, Diji menyampaikan bahwa ada beberapa posisi dan keadaan saat terjadinya tindakan bullying. Salah satunya adalah sebagai "Saksi Bullying". Apa itu Saksi Bullying? Saksi Bullying atau Bullying Witness adalah orang yang melihat atau menyaksikan langsung tindakan bullying terhadap seseorang oleh orang lain. Saksi Bullying dapat berupa teman sekelas, guru, staf sekolah, atau orang dewasa lainnya yang ada di sekitar ketika tindakan bullying terjadi. Sebagai Saksi Bullying, seseorang memiliki tanggung jawab moral untuk melaporkan tindakan bullying ke pihak yang berwenang atau orang dewasa yang bisa membantu menghentikan bullying. Hal ini penting karena jika bullying dibiarkan terus berlanjut, korban dapat mengalami dampak emosional, psikologis, dan bahkan fisik yang serius.
Saksi Bullying juga menjadi sebuah dilema ketika dipaksa untuk mengambil sebuah keputusan. Sulit bagi Saksi Bullying karena takut menjadi target selanjutnya atau takut dianggap sebagai "pengadu". Di dalam video dijelaskan bahwa Saksi Bullying akan mengalami perasaan yang tidak menyenangkan dan tekanan psikologis yang berat. Saksi Bullying juga dapat mengalami penurunan performa prestasi di dalam lingkungan pendidikan karena berpikir keras agar tidak menjadi korban selanjutnya dalam tindakan pem-bullyan. Oleh karena itu, penting bagi sekolah dan komunitas untuk menciptakan lingkungan yang aman dan terbuka di mana Saksi Bullying merasa nyaman untuk melaporkan tindakan bullying dan merasa didukung oleh staf sekolah dan orang dewasa di sekitarnya.
Pada "Campaign Stop Bullying" ini, Diji juga menjelaskan bagaimana solusinya agar bisa terhindar dari tindakan perundungan atau bullying yang terjadi disekitar kita. Melakukan tindakan antisipasi dengan memulai dari sosialisasi pada kelompok primer. Dengan begitu anak akan siap menghadapi tindakan bullying dan berani untuk berkata tidak. Membuat ruang bicara untuk anak dan meyakinkan anak bahwa tidak perlu takut untuk memberitahu atau melaporkan hal yang salah. Kunci utamanya adalah bagaimana terbentuknya komunikasi anak dan orang tua, serta peninjauan lingkungan sosial yang sehat dan komunitas yang ramah bagi anak-anak.
Dengan diadakannya "Campaign Stop Bullying" ini diharapkan dapat mengedukasi anak-anak dan orang tua agar dapat mengetahui bentuk bullying, dampak bullying, dan solusi dari tindakan bullying. Untuk mencegah bullying, diperlukan kerja sama dari seluruh pihak, termasuk guru, orang tua, dan siswa. Siswa perlu belajar tentang pentingnya menghargai perbedaan dan membangun lingkungan yang inklusif dan ramah. Guru dan orang tua perlu memperhatikan tanda-tanda bullying dan mengambil tindakan yang tepat untuk menghentikan perilaku tersebut. Kita semua memiliki peran penting dalam mencegah bullying dan menciptakan lingkungan yang aman, baik di sekolah, di tempat kerja, maupun di lingkungan online.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H