(Sebuah Refleksi dari Kematian Adik Intan Olivia M, korban bom Samarinda)
Tanggal 13 Nopember 2016, sekitar jam 10.00 wita ketenangan dan kedamaian di negeri ini kembali terusik. Bom molotof di depan Gereja Oekumene Samarinda, menarik perhatian seluruh anak negeri yang mencintai bangsa ini. Peristiwa bom ini menelan korban anak-anak yang tidak bersalah. Dari empat anak yang terkena bom, salah seorang telah meninggal dunia. Intan Olivia Marbun, anak berusia 2,5 tahun meninggal tanggal 14 Nopember 2014 jam 04.00 wib. Intan yang asik bermain dan memuji Tuhan bersama teman-teman sebayanya harus menjadi korban kekejian manusia. Â
Ucapan belasungkawa dan penguatan bagi keluarga terus mengalir dan memenuhi dinding media sosial. Bangsa Indonesia berkabung atas kepergian adik Intan Olivia. Tak peduli dari latar belakang, suku, agama, jabatan apupun semuanya berempati dengan kepergian adik intan. Bahkan banyak yang mengutuk perbuatan keji pelaku bom.
Intan telah tiada, air mata kesedihan masih membasahi pertiwi ini. Semua terjadi karena adanya kebencian. Akibat dari kebencian yang membabi buta, anak yang tidak bersalah menjadi korban. Kebencian telah merusak seluruh tatanan kehidupan harmonis di khatulistiwa ini. Kebencian terhadap sesama mengakibatkan nyawa orang yang tidak bersalah harus melayang. Betapa mengerikan kebencian yang dipelihara tanpa diselesaikan.
Tak tahu apa yang menjadi motif dari pelaku bom tersebut, namun perilakunya sangat tidak manusiawi. Apapun agamanya, ini bukan masalah agama tapi ini perilaku manusia yang penuh dengan kebencian dan angkara murka. Kebencian yang mendalam membuat seseorang tidak peduli dengan apa yang ia lakukan. Entah yang dilakukan membahayakan orang lain ataupun dirinya, ia tak peduli. Sebab yang terpenting baginya hanyalah melampiaskan segala kebenciannya dengan cara apapun termasuk membunuh anak yang tidak bersalah.
Betapa mengerikan, ketika akar kebencian ada dalam diri seseorang. Ketika kebencian menguasai hidup seseorang, maka orang tersebut akan sulit melihat kebaikan orang lain. Karena itu, seharusnya kita buang semua kebencian, caci maki, saling menghina satu dengan yang lainnya. Semua itu tidak akan membawa keharmonisan dan keutuhan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Cukup adik Intan Olivia yang menjadi korban. Jangan ada korban-korban yang lain lagi. Singkirkan dan buang segala kebencian dari ibu pertiwi sebab kita satu, kita bersaudara dan kita Indonesia. Â
Kepergian adik Intan, seharusnya menyadarkan kita bahwa betapa mahalnya nilai keharmonisan dan keutuhan bangsa ini. Oleh sebab itu, kita harus menjaga dan melestarikan  bersama. Hal ini bisa dilakukan dengan cara membuang segala kebencian, mengesampingkan segala kepentingan diri sendiri dan lebih mengutamakan kepentingan bersama. Menumbuhkan sikap saling menghargai, menghormati dan menerima segala perbedaan.
 Perbedaan yang kita miliki sebagai anak bangsa adalah Anugerah dari Tuhan  yang harus kita disyukuri. Sebab perbedaan itu menjadi ciri khas dan keindahan bangsa ini.  Keberagaman yang kita punya, harusnya menjadi identitas Ke-Bhinekaan yang patut kita banggakan dan tunjukkan pada dunia. Kita Indonesia, berbeda-beda namun tetap SATU.
Buanglah segala kebencian dari negeri ini, mari kita benahi dan membersihkan diri sehingga tidak ditertawakan oleh bangsa lain. Cukuplah Adik Intan Olivia yang menjadi korban, jangan ada lain korban-korban lain. Kematian adik Intan mengajarkan kita bahwa betapa mahal dan berharganya hidup yang harmonis di negeri tercinta ini. Adik Intan telah menjadi pahlawan untuk kita semua demi Indonesia satu. Â Â
Mari kita hentikan semua hal yang bersifat provokasi dan komentar-komentar yang saling menyalahkan bahkan yang menghina agama lain. Semua agama mengajarkan kebaikan dan kedamaian. Saatnya kita bergandeng tangan, satukan hati dan tekad untuk menjaga keharmonisan dan keutuhan NKRI. Buanglah segala kebencian dan jalanilah hidup saling menghargai seorang akan yang lain. Indonesia damai, Indonesia satu dan kita Indonesia. #Indonesiadamai#rmss Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H