Mohon tunggu...
Razita Zaafarani
Razita Zaafarani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Ekonomi Politik, Merkantilisme, dan Ketergantungan Jepang terhadap Tiongkok

7 Maret 2024   17:22 Diperbarui: 7 Maret 2024   17:34 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Mike Bird: https://www.pexels.com/photo/grey-stone-lot-383559/ 

Ekonomi Politik hadir dengan harapan untuk menyinambungkan perihal ekonomi dengan interaksi politik. Sir William Petty menciptakan istilah ekonomi politik dalam karyanya yang ditulis di Irlandia pada tahun 1671. Ia mengembangkan aritmatika politik yang menjadi dasar dari statistik modern, hal ini diinspirasi oleh karya Francis Bacon dan pemikiran rasionalnya lewat penggunaan matematika. Sayangnya karya Pretty yakni aritmatika politik tidak dikembangkan lagi pada era saat ini. Hingga tokoh-tokoh ekonomi lainnya seperti Adam Smith muncul dengan membawa karya The Wealth of Nations dan melawan merkantilisme dengan menegakkan liberalisme ekonomi. Sedangkan tokoh lainnya muncul dengan teori bahwasannya ekonomi dan politik merupakan dua hal yang berada pada bidang serta praktik yang terpisah, tokoh tersebut adalah William Stanley Jevons.          

            Ekonomi Politik Internasional mengkaji kepentingan ekonomi yang menganalisis dampaknya dari sisi politik dan kebijakan pemerintah. Kajian yang menjadi topik dan permasalahannya juga cukup memberikan dampak pada kehidupan sosial. Pada tingkatan sistem perdagangan internasional, politik yang memiliki pengaruh kuat akan mempengaruhi posisi politik yang lemah dengan membentuk sistem dan konsekuensi dari adanya perdagangan yang berlangsung. Menurut Thomas Outley, pertarungan politik antara yang kuat dan lemah pada sistem moneter internasional akan membentuk sistem yang membebaskan transaksi ekonomi masyarakat secara global dengan lebih mudah lagi. Hal ini mengakibatkan berkurangnya peran negara sebagai pemegang kebijakan ekonomi, sehingga pasar bisa lebih luas dan bebas juga mudah dijangkau. Pastinya, sistem kebebasan pasar ini sangatlah menguntungkan perusahaan multinasional, aktivitas dari MNCs akan menciptakan upaya dari pemerintah untuk mengatur kebijakan ekonomi politik kedepannya. Kebijakan yang diatur oleh pemerintah pastinya akan sangat menentukan strategi pembangunan ekonomi yang signifikan dan progresif.        

            Sebagai pemegang kekuasaan dan memiliki kewenangan untuk mengatur kebijakan ekonomi dan politik, negara memiliki peran besar dalam meraup untung sebanyak-banyaknya dari bisnis dan komoditas yang ada. Paham ini disebut juga sebagai merkantilisme, yang menekankan pada upaya suatu negara dalam meningkatkan kekayaan dengan mengelola kebijakan dan aturan sebaik mungkin. Paham merkantilisme ini telah dilakukan oleh negara-negara seperti Spanyol, Prancis, Inggris, Italia, Portugal hingga Belanda juga Jerman pada abad 16 sampai 18. Merkantilisme percaya bahwasannya maju atau berhasilnya suatu negara dilihat dari kekayaan dan banyaknya logam mulia yang dimiliki. Kekayaan yang dimaksud bisa beragam, namun poin utama dari merkantilisme adalah mengupayakan kegiatan impor yang sedikit dan lebih mengedepankan ekspor sehingga negara lain lebih menggantungkan kebutuhannya pada negara pengekspor sebagai pemasok utama. Sistem dari merkantilisme ini adalah berpusat pada "Mother Country" sebagai negara yang memberikan kontrol dan kebijakan terhadap suatu negara untuk membatasi suatu negara bisa membeli komoditas dari negara lain selain dirinya. Jadi, tujuan utama dari merkantilisme sendiri ialah memperkuat sistem ekonomi yang dimiliki suatu negara dengan memperkaya dan memonopoli perdagangan luar negeri. Negara juga memiliki peran yang menjaga serta mengawasi perekonomian yang ada di negaranya. Adapun tokoh-tokoh yang menjadi pemikir dari merkantilisme sendiri adalah Jean Bodin, Thomas Mun, Jean Baptiste Colbert, dan Antonio Serra.

            Jepang mengalami ketergantungan pada kebutuhan mineral bumi dalam memenuhi produksi otomotif. Pada tahun 2023 jepang memiliki masalah akibat ketergantungannya pada Tiongkok dengan mengimpor bahan mineral sebanyak 90%. Hal ini diperburuk akibat kasus penangkapan kapten laut asal Tiongkok yang menabrak penjaga pantai Jepang, akhirnya Tiongkok menanggapi dengan menghentikan ekspor kebutuhan minerals kepada Jepang. Tentunya ini menjadi ancaman bagi Jepang dan akhirnya pemerintah Jepang membebaskan kapten kapal laut asal Tiongkok itu dan blokir ekspor Tiongkok ke Jepang dapat diatasi. Namun, harga minerals yang dibutuhkan oleh Jepang melonjak hingga mencapai 10x lipat dalam setahun.            

            Pada keadaan yang tertekan, Jepang menyiapkan anggaran besar sebanyak $1,2 miliar untuk kebutuhan mineral bumi. Hal ini semakin memperlihatkan ketergantungan yang besar dari Jepang kepada Tiongkok terkait kebutuhan mineral bumi yang sangat langka didapatkan dari negara lain. Jepang bergantung dengan banyak harapan dan kebutuhan akan inovasi-inovasi teknologi yang hanya bisa didapatkan sumber energinya lewat mineral bumi. Pengembangan teknologi yang Jepang lakukan akan sangat berdampak pada investasi dan perekonomian kedepannya, serta akan menciptakan inovasi bahan bakar alternatif. Jepang juga melakukan upaya untuk mendaur ulang mineral bumi dan logam yang ditujukan untuk Pengembangan teknologi. Upaya yang dilakukan oleh Jepang ini kemudian menjadi suatu jawaban dan Solusi, hingga ketergantungan Jepang terhadap Tiongkok turun dari 90% sampai 60%. Konsumsi untuk mineral bumi yang diimpor dari Tiongkok untuk Jepang pada akhirnya menjadi hanya setengah dari konsumsi sebelumnya.

            Dominasi Tiongkok terhadap perdagangan paokan logam dan mineral bumi pada kancah global masih tinggi dengan presentasi 60%. Tiongkok mengekang dan mengurangi kuota untuk ekspor logam dan mineral untuk menyeimbangkan kebutuhan Tiongkok sendiri. Namun, bagi negara-negara lain yang bergantung dengan kebutuhan logam dan mineral terhadap tiongkok mengalami kesusahan. Oleh karenanya, akan sangat penting apabila ada upaya dari pihak internasional yang mengembangkan sumber-sumber daya alternatif dan mengurangi ketergantungan mineral terhadap tiongkok. Semua ini dilakukan demi adanya keseimbangan dan pengurangan tekanan ekonomi terhadap negara-negara yang bergantung pada sumber daya tertentu.

Jadi, ekonomi politik akan sangat berdampak pada suatu negara disaat kebijakan yang berlaku akan sangat mempengaruhi perekonomian kedepannya. Jepang dan ketergantungannya pada sumber daya mineral Tiongkok akan sangat mempengaruhi inovasi dan perkembangan teknologi dari Jepang sendiri. Merkantilisme dimasa sekarang lebih mengedepankann bagaimana suatu negara bisa mempertahankan pertahanan dan kebutuhan negara terlebih dahulu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun