Mohon tunggu...
Raabiul Akbar
Raabiul Akbar Mohon Tunggu... Guru - ASN Guru MAN 1 Kota Parepare

S1 Universitas Al-Azhar Mesir. S2 SPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Beasiswa Indonesia Bangkit (BIB) LPDP Kemenag RI. (Dalam Negeri) Anggota MUI Kec. Biringkanaya. Sulawesi Selatan. Penulis buku "Perjalanan Spiritual Menuju Kesempurnaan Melalui Cahaya Shalat" dan "Warisan Kasih: Kisah, Kenangan, dan Hikmah Hadis". Prosiding : the 1st International Conference on Religion, Scripture & Scholars Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal Jakarta, berjudul "The Spirit of Ecology in the Hadith: Protecting Nature in Love of Religion" yang terbit pada Orbit Publishing Jakarta. Hal. 237-249. Tahun 2024. Peneliti Jurnal Ilmiah sinta 6 berjudul "Zindiq Al-Walīd bin Yazīd An Analysis of Orthodoxy and Heterodoxy in the perspective of Civil Society in the Umayyad Dynasty" yang terbit pada Journal Analytica Islamica Program Pscasarjana UIN Sumatera Utara Medan.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Dilema Gadget pada Anak Usia 5 Tahun

5 Januari 2025   08:49 Diperbarui: 5 Januari 2025   08:49 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Abang Asyik Main Game (sumber: Dokpri)

Selamat tahun baru 2025! Di tengah semangat baru, mari kita renungkan kembali kejadian-kejadian  kecil di rumah yang sering membuat kita, sebagai orang tua, merasa bingung. Jika Anda memiliki anak berusia 5 tahun seperti saya, Anda mungkin sering menghadapi situasi ketika si kecil sulit dinasihati--apalagi jika sudah memegang ponsel dan bermain game. Kenapa ini bisa terjadi? Apa yang sebenarnya ada di balik pola pikir mereka?

Menurut teori perkembangan kognitif Pieget, anak berusia 5 tahun berada dalam tahap praoperasional (usia 2-7 tahun). Pada tahap ini, pemikiran anak masih bersifat egosentris, yang berarti mereka cenderung melihat dunia hanya dari sudut pandang mereka sendiri. Ini menjelaskan mengapa mereka sulit memahami alasan kita saat kita meminta mereka berhenti bermain game. Bagi mereka, game tersebut begitu menarik dan menjadi pusat perhatian. Mereka belum sepenuhnya mampu berpikir logis atau memahami kensekuensi jangka panjang dari tindakan mereka. 

Selain itu, anak-anak pada tahap ini cenderung memiliki daya imajinasi yang tinggi dan sering kali terfokus pada satu hal yang mereka sukai. Ponsel dengan berbagai warna, suara, dan animasi dalam game, mereka mungkin merasa bahwa itu adalah "dunia mereka" yang tidak ingin diganggu. Hal ini adalah bagian alami dari perkembangan mereka, meskipun terkadang membuat kita sebagai orang tua merasa frustasi. 

Lalu, bagaimana cara mengatasinya? Berikut beberapa langkah yang dapat membantu:

1. Buat Jadwal Penggunaan Gadget

Anak pada usia ini memerlukan struktur. Tetapkan jadwal yang konsisten untuk waktu bermain gadget, misalnya hanya satu jam sehari setelah mereka menyelesaikan aktivitas lain seperti belajar atau bermain di luar. 

2. Alihkan Perhatian dengan Aktivitas Kreatif

Manfaatkan imajinasi mereka dengan kegiatan seperti menggambar, mewarnai, atau bermain peran. Aktivitas ini tidak hanya menarik tetapi juga membantu mengembangkan keterampilan motorik dan sosial.

3. Berkomunikasi dengan Bahasa yang Mereka Pahami

Hindari memarahi atau memberikan instruksi yang terlalu abstrak. Sebaliknya, jelaskan secara sederhana kenapa mereka harus berhenti bermain, misalnya "Kalau terlalu lama main game, nanti matanya capek lho."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun