Mohon tunggu...
Raabiul Akbar
Raabiul Akbar Mohon Tunggu... Guru - ASN Guru MAN 1 Kota Parepare

S1 Universitas Al-Azhar Mesir. S2 SPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Beasiswa Indonesia Bangkit (BIB) LPDP Kemenag RI. (Dalam Negeri) Anggota MUI Kec. Biringkanaya. Sulawesi Selatan. Penulis buku "Perjalanan Spiritual Menuju Kesempurnaan Melalui Cahaya Shalat" dan "Warisan Kasih: Kisah, Kenangan, dan Hikmah Hadis". Prosiding : the 1st International Conference on Religion, Scripture & Scholars Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal Jakarta, berjudul "The Spirit of Ecology in the Hadith: Protecting Nature in Love of Religion" yang terbit pada Orbit Publishing Jakarta. Hal. 237-249. Tahun 2024. Peneliti Jurnal Ilmiah sinta 6 berjudul "Zindiq Al-Walīd bin Yazīd An Analysis of Orthodoxy and Heterodoxy in the perspective of Civil Society in the Umayyad Dynasty" yang terbit pada Journal Analytica Islamica Program Pscasarjana UIN Sumatera Utara Medan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Antara Parepare dan Makassar

26 Oktober 2024   07:53 Diperbarui: 26 Oktober 2024   07:57 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.wikidata.org/wiki/Q201492

Di antara jarak yang menari,
terpisah aku dan dia oleh jarak perih yang sunyi,
menganyam hari antara Parepare dan Makassar,
di sana aku, di sini dia, berkorban, berjuang, menanti.

Di Parepare aku mendekap kerja,
menitipkan mimpi pada dua pangeran kecil,
si sulung yang menjejak langkah pertamanya di Makassar,
menembus masa depan yang terhampar panjang,
sedang si bungsu, sang raja mungil, di pangkuan ibunya,
mendapat bisikan kasih yang hanya ia yang bisa memberi.

Ia di sana, wanita tercinta,
seperti mentari yang menenun cinta dalam tiap suap dan kata,
sebab didikan pertama adalah semesta pada ibunya,
sedang aku di sini, dalam lengang dan keringat,
menyusun angan di atas IELTS dan doa,
meniti jalan menuju tanah asing, pada ilmu dan mimpi, ke McGill nanti.

Semoga setiap jarak yang kita pijak,
adalah titian keberkahan yang Maha Kuasa bentangkan,
semoga lelah ini digulung menjadi kemenangan,
dan pengorbanan ini diganti dengan senyuman di ujung perjalanan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun