Di antara jarak yang menari,
terpisah aku dan dia oleh jarak perih yang sunyi,
menganyam hari antara Parepare dan Makassar,
di sana aku, di sini dia, berkorban, berjuang, menanti.
Di Parepare aku mendekap kerja,
menitipkan mimpi pada dua pangeran kecil,
si sulung yang menjejak langkah pertamanya di Makassar,
menembus masa depan yang terhampar panjang,
sedang si bungsu, sang raja mungil, di pangkuan ibunya,
mendapat bisikan kasih yang hanya ia yang bisa memberi.
Ia di sana, wanita tercinta,
seperti mentari yang menenun cinta dalam tiap suap dan kata,
sebab didikan pertama adalah semesta pada ibunya,
sedang aku di sini, dalam lengang dan keringat,
menyusun angan di atas IELTS dan doa,
meniti jalan menuju tanah asing, pada ilmu dan mimpi, ke McGill nanti.
Semoga setiap jarak yang kita pijak,
adalah titian keberkahan yang Maha Kuasa bentangkan,
semoga lelah ini digulung menjadi kemenangan,
dan pengorbanan ini diganti dengan senyuman di ujung perjalanan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H