Mohon tunggu...
Raabiul Akbar
Raabiul Akbar Mohon Tunggu... Guru - ASN Guru MAN 1 Kota Parepare

S1 Universitas Al-Azhar Mesir. S2 SPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Beasiswa Indonesia Bangkit (BIB) LPDP Kemenag RI. (Dalam Negeri) Anggota MUI Kec. Biringkanaya. Sulawesi Selatan. Penulis buku "Perjalanan Spiritual Menuju Kesempurnaan Melalui Cahaya Shalat" dan "Warisan Kasih: Kisah, Kenangan, dan Hikmah Hadis". Prosiding : the 1st International Conference on Religion, Scripture & Scholars Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal Jakarta, berjudul "The Spirit of Ecology in the Hadith: Protecting Nature in Love of Religion" yang terbit pada Orbit Publishing Jakarta. Hal. 237-249. Tahun 2024. Peneliti Jurnal Ilmiah sinta 6 berjudul "Zindiq Al-Walīd bin Yazīd An Analysis of Orthodoxy and Heterodoxy in the perspective of Civil Society in the Umayyad Dynasty" yang terbit pada Journal Analytica Islamica Program Pscasarjana UIN Sumatera Utara Medan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Malam yang Tak Berujung

24 Oktober 2024   23:48 Diperbarui: 25 Oktober 2024   00:25 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di bawah langit kelam,
Bintang-bintang berkelip seperti harapan,
Namun malam ini,
Aku terjaga, terperangkap dalam labirin pikiran,
November menanti di ujung perjalanan,
Wisuda di Jakarta,
Namun ijazah terbenam dalam tumpukan syarat.

Kakiku seakan terikat,
Membawa beban berat,
Tesis yang tak terbit,
Buku tanpa ISBN,
Seperti bintang yang tidak bisa bersinar,
Di langit yang penuh dengan awan gelap.

Di tengah kesibukan yang tak berkesudahan,
Aku adalah humas,
Menulis berita seperti menyulam cerita,
Tapi pena ini lelah,
Terkekang oleh jadwal yang padat,
Mengajar di kelas,
Seolah memberi napas pada jiwa yang kehabisan kata.

Pagi menjelang,
Absensi memanggilku seperti merdu suara burung,
Jam tujuh,
Dalam balutan kesibukan,
Sedangkan malamku terjaga,
Bersembunyi di balik bayang-bayang kerja dan harapan.

Di setiap detik yang berlalu,
Terasa seperti kerikil di jalan,
Mendaki, jatuh, dan bangkit kembali,
Menanti momen saat semua terbayar,
Ketika gelar itu menyentuh tangan,
Dan semua usaha terpatri dalam selembar kertas,
Seperti embun pagi,
Menyirami ladang harapan yang tak pernah layu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun