Di bawah langit kelam,
Bintang-bintang berkelip seperti harapan,
Namun malam ini,
Aku terjaga, terperangkap dalam labirin pikiran,
November menanti di ujung perjalanan,
Wisuda di Jakarta,
Namun ijazah terbenam dalam tumpukan syarat.
Kakiku seakan terikat,
Membawa beban berat,
Tesis yang tak terbit,
Buku tanpa ISBN,
Seperti bintang yang tidak bisa bersinar,
Di langit yang penuh dengan awan gelap.
Di tengah kesibukan yang tak berkesudahan,
Aku adalah humas,
Menulis berita seperti menyulam cerita,
Tapi pena ini lelah,
Terkekang oleh jadwal yang padat,
Mengajar di kelas,
Seolah memberi napas pada jiwa yang kehabisan kata.
Pagi menjelang,
Absensi memanggilku seperti merdu suara burung,
Jam tujuh,
Dalam balutan kesibukan,
Sedangkan malamku terjaga,
Bersembunyi di balik bayang-bayang kerja dan harapan.
Di setiap detik yang berlalu,
Terasa seperti kerikil di jalan,
Mendaki, jatuh, dan bangkit kembali,
Menanti momen saat semua terbayar,
Ketika gelar itu menyentuh tangan,
Dan semua usaha terpatri dalam selembar kertas,
Seperti embun pagi,
Menyirami ladang harapan yang tak pernah layu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H