Mohon tunggu...
Raabiul Akbar
Raabiul Akbar Mohon Tunggu... Guru - ASN Guru MAN 1 Kota Parepare

S1 Universitas Al-Azhar Mesir. S2 SPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Beasiswa Indonesia Bangkit (BIB) LPDP Kemenag RI. (Dalam Negeri) Anggota MUI Kec. Biringkanaya. Sulawesi Selatan. Penulis buku "Perjalanan Spiritual Menuju Kesempurnaan Melalui Cahaya Shalat" dan "Warisan Kasih: Kisah, Kenangan, dan Hikmah Hadis". Prosiding : the 1st International Conference on Religion, Scripture & Scholars Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal Jakarta, berjudul "The Spirit of Ecology in the Hadith: Protecting Nature in Love of Religion" yang terbit pada Orbit Publishing Jakarta. Hal. 237-249. Tahun 2024. Peneliti Jurnal Ilmiah sinta 6 berjudul "Zindiq Al-Walīd bin Yazīd An Analysis of Orthodoxy and Heterodoxy in the perspective of Civil Society in the Umayyad Dynasty" yang terbit pada Journal Analytica Islamica Program Pscasarjana UIN Sumatera Utara Medan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Motivasi Kerja dan Pembelajaran dalam Refleksi Bijak Khalil Gibran

9 Oktober 2024   11:42 Diperbarui: 9 Oktober 2024   11:44 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam perjalanan hidup, ada kalanya kita terjebak dalam rutinitas dan tekanan pekerjaan yang seolah-olah mencekik semangat kita. Kata-kata bijak dari Khalil Gibran hadir sebagai pengingat akan makna lebih dalam dari setiap tindakan yang kita lakukan, baik dalam dunia kerja maupun dalam proses belajar.

Gibran pernah berkata, "Jika kamu tidak bekerja dengan cinta, tetapi hanya dengan kebencian, lebih baik tinggalkan pekerjaanmu." Kutipan ini menyentuh inti dari dedikasi kita terhadap pekerjaan. Di dunia kerja, baik sebagai pegawai swasta, ASN, maupun dalam peran pendidik di sekolah, cinta terhadap apa yang kita lakukan adalah sumber energi yang tak ternilai. Tanpa cinta, pekerjaan menjadi beban yang sulit dijalani. Sebaliknya, cinta memberikan makna, membuat setiap tugas yang diemban menjadi kesempatan untuk berkarya, untuk memberikan sesuatu yang lebih daripada sekadar hasil. Jika cinta tak lagi menjadi penggerak, ada baiknya merenung, apakah kita masih di jalur yang benar?

Bagi mereka yang menghadapi kegagalan, Gibran memberikan penegasan bahwa, "Orang yang kuat bukan mereka yang selalu menang. Melainkan mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh." Dalam dunia kerja maupun pendidikan, kita seringkali berhadapan dengan tantangan yang membuat kita merasa gagal. Namun, kekuatan sejati bukanlah tentang selalu mencapai puncak tanpa halangan, melainkan bagaimana kita bangkit dari keterpurukan. Sebagaimana seorang siswa yang belajar, kesalahan bukanlah akhir dari segalanya, melainkan bagian dari proses menuju kesempurnaan.

Gibran juga mengajarkan tentang keikhlasan dalam mencintai, baik itu cinta kepada seseorang, pekerjaan, atau impian. "Jika kamu mencintai seseorang, biarkan dia pergi, jika dia kembali, maka dia akan selalu menjadi milikmu. Jika tidak, dia tidak akan pernah menjadi milikmu." Dalam konteks kehidupan sehari-hari, ini adalah pelajaran tentang melepaskan sesuatu yang tidak seharusnya dipaksakan. Cinta pada pekerjaan atau profesi juga demikian. Jika pekerjaan tidak lagi memberi makna atau kita merasa dipenjara oleh rutinitas tanpa jiwa, terkadang yang terbaik adalah melepaskannya, memberi ruang untuk hal yang lebih baik datang.

Kehidupan tidak hanya tentang momen-momen bahagia. Gibran mengingatkan, "Kau dapat melupakan orang yang tertawa bersamamu, tapi jangan pernah melupakan orang yang telah menangis bersamamu." Dalam lingkungan kerja maupun pertemanan, hubungan sejati dibangun dalam momen-momen sulit, ketika kita saling menopang di tengah kesulitan. Mereka yang berdiri di sisi kita dalam kesedihan, adalah yang patut kita hargai, karena di sanalah kejujuran perasaan teruji.

Terakhir, Gibran mengajarkan bahwa "Hidup tanpa cinta bagaikan sebatang pohon yang kokoh berdiri, namun kering tanpa dihiasi buah ataupun bunga." Tanpa cinta, hidup hanyalah rutinitas yang kosong, pekerjaan hanyalah tanggung jawab yang berat, dan pembelajaran hanya menjadi kewajiban yang membosankan. Cinta, baik dalam konteks pekerjaan, belajar, maupun hubungan dengan sesama, adalah yang memberi makna dan keindahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun