Mohon tunggu...
Raabiul Akbar
Raabiul Akbar Mohon Tunggu... Guru - ASN Guru MAN 1 Kota Parepare

Universitas Al-Azhar Mesir Konsentrasi Ilmu Hadis SPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Konsentrasi Ilmu Hadis dan Tradisi Kenabian Anggota MUI Kec. Biringkanaya Makassar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Moderasi Beragama, Kunci Harmoni dan Keberagaman

22 September 2024   09:35 Diperbarui: 22 September 2024   09:40 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia adalah negeri yang dibangun di atas fondasi keragaman, baik dalam aspek agama, suku, maupun budaya. Dari Sabang hingga Merauke, keberagaman ini telah menjadi identitas yang melekat kuat. Di tengah dinamika tersebut, moderasi beragama menjadi sangat penting, tidak hanya sebagai wujud toleransi antarumat beragama, tetapi juga sebagai upaya menjaga keutuhan bangsa. Moderasi beragama mengajak setiap individu untuk hidup berdampingan dalam harmoni, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, serta memastikan bahwa perbedaan yang ada bukanlah pemisah, melainkan kekuatan yang mempersatukan.

Indonesia, dengan kekayaan keragaman dan keberagaman, telah menjadikan pluralitas sebagai jati dirinya. Dari Sabang hingga Merauke, perbedaan agama, suku, dan budaya menjadi sebuah kekuatan, bukan kelemahan. Dalam konteks ini, moderasi beragama tidak hanya menjadi kebutuhan mendasar bagi setiap pemeluk agama, tetapi juga sebagai fondasi kuat dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

 Moderasi beragama mengajarkan kita untuk hidup berdampingan, menghargai perbedaan, dan memperkuat harmoni sosial. Sebagai bangsa yang plural, moderasi menjadi kunci untuk menciptakan masyarakat yang damai, adil, dan inklusif, di mana setiap individu, tanpa memandang latar belakang agamanya, dapat hidup dengan saling menghormati dan mendukung demi kemajuan bersama.

Indonesia adalah negara yang dikenal dengan keragaman dan keberagaman yang kaya. Dari Sabang sampai Merauke, kita menemukan masyarakat dengan latar belakang suku, agama, budaya, dan bahasa yang berbeda-beda, namun tetap hidup berdampingan dalam satu kesatuan bangsa. Contohnya, perayaan Hari Raya Idul Fitri di Aceh yang kental dengan nuansa Islam, disambut dengan semangat yang sama meriah seperti perayaan Hari Natal di Manado, yang mayoritas beragama Kristen. 

Begitu pula di Bali, ketika Hari Nyepi, seluruh masyarakat, termasuk yang bukan beragama Hindu, turut menghormati dan menjaga keheningan. Semua ini menunjukkan bahwa perbedaan di Indonesia tidak pernah menjadi hambatan, melainkan jembatan yang menghubungkan berbagai lapisan masyarakat. Keragaman inilah yang menjadi identitas kuat Indonesia, di mana moderasi beragama menjadi landasan untuk menjaga keharmonisan dan persatuan bangsa.

Moderasi beragama adalah kebutuhan mendasar bagi seluruh umat beragama di Indonesia, tanpa memandang agama yang dianut. Dari Sabang sampai Merauke, moderasi ini tampak dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, di Yogyakarta, umat Muslim dan Kristen kerap menggelar kegiatan sosial bersama, seperti bakti sosial dan gotong royong, menunjukkan bahwa perbedaan agama tidak menjadi penghalang untuk saling membantu. 

Di Papua, umat Hindu dan Muslim turut menjaga keamanan saat perayaan keagamaan satu sama lain, memastikan setiap agama dapat menjalankan ibadahnya dengan aman dan nyaman. Moderasi beragama ini menjadi landasan penting bagi masyarakat Indonesia yang beragam, di mana toleransi dan saling menghormati adalah kunci untuk menjaga harmoni dan persatuan. Tanpa moderasi, keberagaman yang indah ini bisa saja menjadi sumber konflik, namun dengan moderasi, keberagaman menjadi kekuatan yang mempersatukan kita sebagai bangsa.

Moderasi beragama dan berbangsa menjadi sangat penting dalam konteks Indonesia yang dikenal dengan karakternya yang plural. Keberagaman suku, agama, dan budaya yang ada di seluruh wilayah Indonesia membutuhkan sikap saling menghormati dan menghargai. 

Contoh nyata dari pentingnya moderasi ini dapat dilihat di Kota Ambon, yang pernah mengalami konflik bernuansa agama. Melalui pendekatan moderasi beragama, upaya rekonsiliasi dijalankan dengan melibatkan tokoh agama, masyarakat, dan pemerintah untuk menciptakan ruang dialog dan kerja sama antaragama. Hasilnya, Ambon kini dikenal sebagai kota yang damai, dengan masyarakatnya kembali hidup harmonis meski memiliki keyakinan berbeda.

Moderasi beragama dalam konteks Indonesia tidak hanya sekadar toleransi, tetapi juga mencakup upaya aktif untuk menghindari ekstremisme dan menjaga kebhinekaan sebagai fondasi bangsa. Dengan sikap moderat, kita tidak hanya menjaga keharmonisan sosial, tetapi juga memperkuat identitas kebangsaan yang menghargai keberagaman. Tanpa moderasi, keberagaman kita bisa menjadi sumber perpecahan. Namun, dengan moderasi, pluralitas Indonesia justru menjadi kekuatan yang memperkuat rasa persatuan di tengah berbagai perbedaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun