Mohon tunggu...
Raabiul Akbar
Raabiul Akbar Mohon Tunggu... Guru - ASN Guru MAN 1 Kota Parepare

S1 Universitas Al-Azhar Mesir. S2 SPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Beasiswa Indonesia Bangkit (BIB) LPDP Kemenag RI. (Dalam Negeri) Anggota MUI Kec. Biringkanaya. Sulawesi Selatan. Penulis buku "Perjalanan Spiritual Menuju Kesempurnaan Melalui Cahaya Shalat" dan "Warisan Kasih: Kisah, Kenangan, dan Hikmah Hadis". Prosiding : the 1st International Conference on Religion, Scripture & Scholars Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal Jakarta, berjudul "The Spirit of Ecology in the Hadith: Protecting Nature in Love of Religion" yang terbit pada Orbit Publishing Jakarta. Hal. 237-249. Tahun 2024. Peneliti Jurnal Ilmiah sinta 6 berjudul "Zindiq Al-Walīd bin Yazīd An Analysis of Orthodoxy and Heterodoxy in the perspective of Civil Society in the Umayyad Dynasty" yang terbit pada Journal Analytica Islamica Program Pscasarjana UIN Sumatera Utara Medan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Salat Dhuha: Inspirasi Ibadah yang Menguatkan Semangat Belajar

4 September 2024   09:57 Diperbarui: 4 September 2024   10:09 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak hanya berhenti di situ, keutamaan shalat dhuha juga semakin ditekankan dalam hadits lain yang diriwayatkan dari Mu'adz bin Anas al-Juhani, dari ayahnya radhiyallahu 'anhu. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda bahwa barang siapa yang tetap duduk di tempat shalatnya setelah selesai shalat Subuh, lalu melaksanakan dua rakaat shalat dhuha, tanpa berbicara kecuali dalam kebaikan, maka dosa-dosanya akan diampuni, meskipun sebanyak buih di lautan. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dalam "Sunan"-nya, menunjukkan betapa besar keutamaan shalat dhuha sebagai penghapus dosa.

Bayangkan, dosa yang mungkin begitu banyak, seolah sebanyak buih di lautan, dapat diampuni hanya dengan melaksanakan dua rakaat shalat dhuha setelah shalat Subuh. Ini bukan hanya tentang shalat itu sendiri, tetapi juga tentang bagaimana kita memulai hari dengan penuh kesucian, menjaga lisan kita dari perkataan yang tidak bermanfaat, dan mengarahkan niat kita kepada kebaikan.

Sebagai guru dan siswa, hal ini memberikan pelajaran yang sangat berharga. Mengawali hari dengan kebaikan melalui shalat dhuha dapat menjadi landasan spiritual yang kuat untuk menjalani aktivitas sehari-hari. Ini adalah waktu yang tepat untuk merenung, memohon ampunan, dan memulai hari dengan hati yang bersih. Keutamaan shalat dhuha yang begitu besar ini seharusnya menjadi motivasi bagi kita semua untuk istiqamah dalam menjalankannya, bukan hanya di sekolah, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.

Mari kita jadikan shalat dhuha sebagai bagian integral dari rutinitas pagi kita, sebagai sarana untuk meraih ampunan Allah SWT dan sebagai langkah awal dalam menjalani hari dengan penuh berkah. Dengan demikian, kita tidak hanya menjadi lebih dekat dengan Allah, tetapi juga menjadi contoh teladan bagi orang lain, terutama di lingkungan pendidikan, untuk mengamalkan kebaikan dan menjaga hubungan yang baik dengan Sang Pencipta.

Tidak berhenti pada pengampunan dosa, shalat dhuha juga menawarkan pahala yang luar biasa bagi mereka yang melaksanakannya dengan penuh keikhlasan. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, ia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda bahwa barang siapa yang melaksanakan shalat dhuha sebanyak dua belas rakaat, Allah akan membangunkan untuknya sebuah istana dari emas di surga. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi dan Ibnu Majah dalam "Sunan" mereka, menunjukkan betapa besar ganjaran yang Allah siapkan bagi hamba-hamba-Nya yang setia melaksanakan shalat dhuha.

Bayangkan, sebuah istana dari emas di surga---hadiah yang luar biasa untuk ibadah yang kita lakukan hanya dalam hitungan menit. Istana ini bukanlah sekadar simbol kemewahan, tetapi juga tanda penghargaan dan cinta Allah kepada hamba-Nya yang istiqamah dalam melaksanakan shalat dhuha. Ini adalah motivasi yang sangat kuat bagi kita semua untuk menambah jumlah rakaat shalat dhuha, memperbanyak amalan, dan mengharapkan balasan yang dijanjikan oleh Allah SWT.

Sebagai guru dan siswa, memahami keutamaan ini seharusnya mendorong kita untuk tidak hanya menjadikan shalat dhuha sebagai rutinitas, tetapi juga sebagai bentuk komitmen spiritual yang mendalam. Dalam dunia pendidikan, kita sering berbicara tentang membangun masa depan yang cerah, namun, melalui shalat dhuha, kita diajarkan untuk juga membangun "rumah" kita di akhirat. Istana dari emas ini adalah wujud nyata dari investasi spiritual yang kita tanamkan melalui ibadah dhuha.

Mari kita jadikan keutamaan ini sebagai motivasi untuk meningkatkan kualitas ibadah kita, baik di sekolah maupun di rumah. Shalat dhuha bukan hanya sekadar rutinitas, tetapi juga sebuah perjalanan spiritual yang membawa kita lebih dekat kepada Allah, dengan janji istana emas di surga sebagai balasan atas kesungguhan kita. Dengan melibatkan seluruh komunitas sekolah dalam mengamalkan shalat dhuha, kita bersama-sama membangun masa depan yang tidak hanya cerah di dunia, tetapi juga gemilang di akhirat.

Lebih lanjut, keutamaan shalat dhuha juga diungkapkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma.  Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhuma, dia berkata: Saya bertemu dengan Abu Dzar radhiyallahu 'anhu, lalu saya berkata: "Wahai paman, ajarkanlah kepadaku sesuatu yang baik." Dia menjawab: "Saya pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sebagaimana engkau bertanya kepadaku." Lalu Rasulullah bersabda: "Jika engkau melaksanakan shalat Dhuha dua rakaat, maka engkau tidak akan termasuk orang-orang yang lalai. Jika engkau melaksanakannya empat rakaat, maka engkau akan dicatat sebagai orang yang berbuat baik. Jika engkau melaksanakannya enam rakaat, maka engkau akan dicatat sebagai orang yang taat. Jika engkau melaksanakannya delapan rakaat, maka engkau akan dicatat sebagai orang yang beruntung. Jika engkau melaksanakannya sepuluh rakaat, maka tidak akan ada dosa yang dicatat untukmu pada hari itu. Dan jika engkau melaksanakannya dua belas rakaat, Allah akan membangunkan untukmu sebuah rumah di surga." Hadits ini diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dalam "As-Sunan al-Kubra" dan Imam al-Bazzar dalam "Musnad"-nya.

Hadits ini mengingatkan kita bahwa shalat dhuha adalah ibadah yang fleksibel dan penuh berkah. Tidak hanya jumlah rakaat yang kita laksanakan, tetapi juga niat dan keikhlasan kita yang menjadi penentu utama keberkahan yang kita peroleh. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memberikan panduan yang jelas dan mudah diikuti, memberikan kita pilihan untuk meningkatkan jumlah rakaat sesuai dengan kemampuan kita, sambil tetap mendapatkan berbagai tingkatan pahala yang luar biasa.

Sebagai guru dan siswa, kita dapat menjadikan shalat dhuha sebagai sarana untuk memperbaiki diri setiap hari. Dua rakaat saja sudah cukup untuk menghindarkan kita dari kelalaian, tetapi dengan menambah jumlah rakaat, kita dapat mencapai derajat kebaikan, ketaatan, keberuntungan, dan bahkan penghapusan dosa. Ini adalah kesempatan yang tidak boleh kita sia-siakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun