Mohon tunggu...
Raabiul Akbar
Raabiul Akbar Mohon Tunggu... Guru - ASN Guru MAN 1 Kota Parepare

S1 Universitas Al-Azhar Mesir. S2 SPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Beasiswa Indonesia Bangkit (BIB) LPDP Kemenag RI. (Dalam Negeri) Anggota MUI Kec. Biringkanaya. Sulawesi Selatan. Penulis buku "Perjalanan Spiritual Menuju Kesempurnaan Melalui Cahaya Shalat" dan "Warisan Kasih: Kisah, Kenangan, dan Hikmah Hadis". Prosiding : the 1st International Conference on Religion, Scripture & Scholars Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal Jakarta, berjudul "The Spirit of Ecology in the Hadith: Protecting Nature in Love of Religion" yang terbit pada Orbit Publishing Jakarta. Hal. 237-249. Tahun 2024. Peneliti Jurnal Ilmiah sinta 6 berjudul "Zindiq Al-Walīd bin Yazīd An Analysis of Orthodoxy and Heterodoxy in the perspective of Civil Society in the Umayyad Dynasty" yang terbit pada Journal Analytica Islamica Program Pscasarjana UIN Sumatera Utara Medan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Asal Usul Penamaan Bulan Safar

7 Agustus 2024   07:08 Diperbarui: 7 Agustus 2024   07:38 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://bincangsyariah.com/khazanah/bulan-shafar-di-masa-bangsa-arab-jahiliyah/

Bulan Safar, bulan kedua dalam kalender Hijriah, menyimpan banyak cerita dan makna yang sering kali tidak diketahui oleh banyak orang. Nama "Safar" yang berasal dari kata "sifr" atau kosong, mencerminkan masa ketika rumah-rumah masyarakat Arab pra-Islam menjadi kosong karena para lelaki keluar untuk berperang atau mencari nafkah. Selain itu, bulan ini juga dikelilingi oleh berbagai mitos dan kepercayaan yang salah, seperti anggapan bahwa Safar membawa kesialan. Namun, dengan hadirnya Islam, Nabi Muhammad SAW meluruskan pandangan ini dan menegaskan bahwa tidak ada bulan yang membawa nasib buruk. Menggali lebih dalam tentang asal-usul dan makna bulan Safar, kita diajak untuk memahami sejarah dan tradisi dengan cara yang lebih bijaksana, menyingkirkan mitos, dan menjalani hidup dengan keyakinan yang benar.

Bulan Safar adalah bulan kedua dalam kalender Hijriah dan memiliki sejarah serta makna yang menarik untuk dijelajahi. Menurut kitab "Lisan al-Arab" karya Ibn Manzur, nama "Safar" berasal dari kata "sifr" yang berarti kosong. Bulan ini dinamakan Safar karena pada zaman dahulu, rumah-rumah masyarakat Arab menjadi kosong ketika para lelaki keluar untuk berperang atau merantau mencari nafkah. Tradisi ini menjadikan Safar sebagai bulan yang sering dikaitkan dengan perjalanan dan petualangan.

Dalam kitab "Al-Maqrizi" karya Al-Maqrizi, disebutkan bahwa bulan Safar juga mengandung banyak kisah dan mitos dalam tradisi Arab pra-Islam. Salah satu kisah terkenal adalah keyakinan bahwa bulan Safar membawa kesialan, sehingga banyak yang menghindari memulai proyek besar atau pernikahan di bulan ini. Namun, setelah datangnya Islam, Nabi Muhammad SAW menegaskan bahwa tidak ada bulan yang membawa kesialan, termasuk Safar. Ini tertulis dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, di mana Rasulullah SAW bersabda, "Tidak ada adwa (penularan penyakit tanpa izin Allah), tiyarah (takhayul kesialan), hamah (kepercayaan pada burung hantu pembawa nasib buruk), dan Safar."

Apakah Anda pernah mendengar tentang keyakinan masyarakat terhadap bulan Safar? Menariknya, dengan pemahaman yang benar dari ajaran Islam, kita diajak untuk menyingkirkan mitos dan kepercayaan yang tidak berdasar. Mari kita lihat bulan Safar sebagai waktu yang penuh dengan peluang dan keberkahan, tanpa terpengaruh oleh keyakinan lama yang salah. Dengan memahami makna dan sejarah bulan-bulan dalam kalender Hijriah, kita bisa menjalani hidup dengan lebih bersemangat dan penuh rasa syukur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun