Mohon tunggu...
Andi Syarqowi
Andi Syarqowi Mohon Tunggu... -

Andi As-Syarqowi adalah nama pena dari Ratna Andi Irawan. Saat ini bertempat tinggal di kabupaten Pati Semarang JATENG. Aktif di NU Pati Sebagai Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (LAKPESDAM). Selain itu, ia juga baru menekuni dunia kepenulisan dan belajar untuk menjadi entrepreuner. Email:ra_irawan87@yahoo.co.id FB: Ra Irawan Hp: 082313222876

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Cara Meraih Kebahagiaan Hidup Menurut Pandangan Al-Quran

14 Februari 2015   05:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:13 2220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1423844347613471884

Di dunia yang fana ini, banyak manusia (bahkan semua) mencari kebahagiaan. Namun, tidak semuanya memperoleh kebahagiaan itu. Hidupnya senantiasa diliputi kegelisahan dan kegundahan. Hatinya selalu dirundung kebencian, buruk prasangka, amarah dan dendam. Penyebabnya adalah sebagiaan dari mereka tidak tahu bagaimana cara meraih kebahagiaan dalam hidup. Jalaluddin Rahmat dalam bukunya Tafsir Kebahagiaan ini menjelaskan secara gamblang tentang pandangan Al-Quran terhadap makna kebahagiaan dan cara bagaimana meraihnya. Ia menulis buku ini dengan menggunakan metode tafsir tematik sehingga pembahasannya mendalam dan mudah dipahami.

Dalam Al-Quran kata yang paling tepat menggambarkan kebahagiaan adalah kata Aflaha. Aflaha merupakan kata turunan dari akar kata falaha yang memiliki arti: kemakmuran, keberhasilan, kenyamanan, atau keadaan hidup yang senantiasa dalam kebaikan dan keberkahan. Arti kebahagiaan yang dimaksud bukan hanya ketentraman dan kenyamanan saja. Karena yang demikian suatu saat tidak melahirkan kebahagiaan. Untuk mencapai tahap kebahagiaan, kelestarian dan usaha menetapkan perasaan kenyamanan dan kesenangan itu dalam diri harus senantiasa dijaga (h. 17-18).

Menurut hasil kajian Kang Jalal , di dalam Al-Quran banyak terdapat redaksi la’lakum tuflihuna (dalam QS 2:189, QS 3:130, QS 3:200, QS 5: 35, QS 5:90, QS 5:100, QS 7:69, QS 8: 45, QS 22:77, QS 24:31, QS 62: 10) itu menunjukkan bahwa semua perintah Allah dimaksudkan agar hidup kita bahagia dengan cara melakukan perbuatan yang dapat mengantarkan kita pada kebahagiaan. Salah satunya adalah dengan membahagiaan orang lain. Hal ini sesuai dengan hadits yang meriwatkan suatu ketika Rasul saw, ditanya tentang amal yang paling utama, beliau menjawab, “Engkau masukkan rasa bahagia pada hati seorang mukmin, engkau lepaskan kesulitan, engkau hibur hatinya, dan engkau lunasi utang-utangnya” (h. 19-22).

Secara lebih detail Kang Jalal menjabarkan cara meraih kebahagiaan dalam hidup berdasarkan kajian ayat-ayat Al-Quran. Pertama, yakinlah di balik kesulitan pasti ada kemudahan. Kita sering merasa bingung, frustasi dan sedih dikala ditimpa oleh suatu kondisi sulit dan payah, sehingga hidup terasa tidak menyenangkan dan penuh putus asa. Maka, agar hati kita tetap bahagia dan tenang yakinlah bahwa Allah tidak menurunkan kesulitan kecuali disertai kemudahan, sebagaimana firman Allah dalam surat al-Insyirah, “…. Sungguh, bersama kesulitan selalu ada kemudahan. Bersama kesulitan benar-benar selalu ada kemudahan” (h. 29).

Kedua, bersyukur, ridha dan tawakal atas segala musibah. Sebab mengeluh dan meratapi musibah akan menghidupkan gen-gen negatif yang mengintruksikan pada aksi-aksi negatif pula serta mempengaruhi kondisi tubuh. Sebaliknya, jika kita tertimpa musibah kemudian menata jiwa dan pikiran dengan syukur dan ridha maka akan mengihupkan gen-gen positif dalam tubuh, dan kebahagiaan pun dapat dirasakan. Allah berfirman dalam surat al-Tawbah, “Apa yang menimpa kami ini telah Allah gariskan. Dialah pelindung kami. Hanya Allah semata semestinya orang-orang mukmin itu bertawakal” (h. 64).

Ketiga, memaafkan orang lain jika melakukan kesalahan. Sebab memaafkan justru memiliki manfaat yang besar yang kembali kepada diri kita sendiri, yaitu mengobati rasa sakit hati. Menurut Al-Quran, obat terbaik untuk menyembuhkan sakit hati adalah tak membalas sakit hati, menahan diri untuk kemudian memaafkan. Dengan memaafkan hidup kita akan selalu bahagia, sebab memaafkan tidak lahir kecuali dari hati yang bahagia. Allah berfirma dalam surat al-Nahl, “Balaslah perbuatan mereka setimpal dengan apa yang mereka perbuat kepadamu. Namun, jika kau lebih memilih menahan diri, itu lebih baik” (h. 80).

Keempat, menjahui buruk prasangka. Sebab secara psikologis buruk sangka akan menyebabkan berbagai penderitaan jiwa, yaitu marah, cemas, dan berbagai emosi negative lainnya. Allah berfirman dalam surat al- Fath: 12, “Setan telah menghias prasangka itu di hati kalian. Kalian telah berprasangka buruk. Maka, jadilah kalian kaum yang menderita” (h. 102).

Kelima, menajahui kebiasaan marah-marah ketika menghadapi atau tertimpa sesuatu. Sebab marah atau emosi dapat berpengaruh terhadap kesehatan fisik dan pikiran, dan dapat menjadikan stress. Selain itu, marah yang berkepanjangan akan menimbulkan kebencian dan melahirkan dendam. Dengan demikian hidup tak terasa bahagia dan akan menjadi penyakit. Allah berfirman dalam surat al-Kahf:: 6, “Sekiranya mereka tidak memercayai Al-Quran, barangkali kau akan membunuh dirimu sendiri karena sedih, meratap, setelah mereka berpaling” (h. 122).

Keenam, mengurangi keinginan yang bersifat duniawi dengan zuhud dan qona’ah. Karena terkadang banyak keinginan yang tidak realistis, sehingga menjadikan diri stress sebab tak semua keinginan dapat dicapai. Biasanya keinginan datang dari luar diri kita, maka buanglah keinginan-keinginan yangsebenarnya bukan keinginan anda. Tentukanlah keinginan anda sendiri dan kurangi keinginan anda. Sebab tidak ada cara yang paling mudah menghilangkan stress kecuali mengurangi keinginan untuk memiliki segala-galanya. Al-Quran dalam surat Thaha: 124 menggambarkan situasi sters dengan kalimat, “dadanya dijadikan sesak dan sempit, seperti orang yang terbang ke langit” (h. 179).

Dengan melakukan petunjuk-petunjuk Al-Quran di atas, melalui buku ini pembaca akan banyak mendapatkan pencerahan dan pemahaman tentang bagaimana memperoleh kebahagiaan hidup di dunia, dan sejatinya hidup ini adalah mencari kebahagiaan dunia dan akhirat.

Judul   : Tafsir Kebahagiaan

Penulis: Jalaluddin Rakhmat

Penerbit: Serambi

Cetakan I:April 2010

Tebal   : 201h

ISBN: 978-979-024-199-2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun