Mohon tunggu...
Ahmad Irsan
Ahmad Irsan Mohon Tunggu... pegawai negeri -

thought, feeling and hope

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kakek Tua di Kampung Sumur

4 Februari 2014   10:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:10 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Jakarta macet, itu bukan hal baru. Kalo hujan macetnya tambah parah, ini juga bukan berita yang mengagetkan. Seperti pagi ini, hujan yang mengguyur Jakarta tidak menghalangi para warga Jabotabek untuk bertarung menaklukkan belukar lalu lintas Jakarta yang begitu ganas.

Sepanjang Jalan I Gusti Ngurah Rai Jakarta Timur terlihat kendaraan, baik roda 2, roda 4 bahkan lebih seperti parkir di sepanjang jalan. Lengkap sudah, lalu lintas yang sudah terkunci plus guyuran hujan yang begitu deras menambah tantangan bagi kesabaran para petarung jalan raya. Kondisi menjadi lebih baik dengan alunan “Belahan Jiwa” nya Klakustik dan sebatang Sampoerna yang mulai dipantik Tokai.

Mendekati daerah Kampung Sumur, akan terlihat seorang pria dengan tubuh ringkihnya. Namun, dengan selalu senyum bahagia tersungging di bibir. Tanpa peduli dengan kondisi sekitar. Jika cerah tubuhnya akan terbalut dengan seragam oranye. Dan jika kondisi hujan, maka tubuhnya akan terbungkus dengan mantel hujan warna abu-abu.

Kakek ini terlihat begitu menikmati pekerjaannya. Menyapu dan membersihkan jalanan dan pulau jalan yang membagi dua lalu lintas, arah Jatinegara dan Bekasi. Bagi Kompasianer yang rutin setiap pagi melewati jalur I Gusti Ngurah Rai pasti akan menjadi saksi betapa tingginya tanggungjawab dan dedikasi beliau pada tugas yang diemban. Tidak pernah sekalipun terlihat wajah lelah, yang ada senyum ceria. Tidak pernah peduli dengan kondisi cuaca, mau panas ataupun hujan deras. Beliau begitu bahagia dengan profesinya sebagai penyapu jalanan.

Tapi, sudah lebih dari 20 menit mengapa belum ada tanda-tanda macet akan terurai? Dimana Pak Polisi? Selalu saja...setiap hujan Polisi hilang menguap di jalur ini. Padahal begitu banyak persimpangan dan U-Turn. Dan hujan yang mendera akan semakin memperparah kemacetan. Pak Polisi mengapa Anda tidak ada saat dibutuhkan?

“Kan hujan, Yah…jadi Pak Polisi libur.” Tiba-tiba Rava menjawab gerutuanku dari jok belakang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun