Mohon tunggu...
Ahmad Irsan
Ahmad Irsan Mohon Tunggu... pegawai negeri -

thought, feeling and hope

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Buat (Sesama) Perokok : Sudah Seberapa Jauh kah Rokok yang Anda Hisap?

2 April 2012   03:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:09 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1333347970151950076

[caption id="attachment_179574" align="aligncenter" width="344" caption="ilustrasi/admin(shutterstock.com)"][/caption]

Tulisan ini dimaksudkan sebagai sharing aja buat para rekan-rekan perokok dan rekan-rekan yang orang terdekatnya juga hobi merokok. Saya benar-benar candu merokok itu sejak kelas dua SMA dan itu berarti hingga sekarang sudah 20 tahun. Protes, teguran dan nasehat dari orang-orang terdekat sudah sering saya diterima, tapi selalu saya tanggapi dengan bercanda saja.

Saat ortu mengingatkan tentang bahaya merokok, sambil tertawa saya menjawab justru saya sedang menjalankan program pemerintah, yaitu “Empat Sehat Lima Sampoerna…”Lalu saat teman-teman di komunitas penggemar Ekonomi mengkritik kebiasaan saya yang satu ini, saya berargumentasi bahwa justru para perokok itu pahlawan pendapatan nasional. Perokok itu dengan kesadaran sendiri bayar pajak melalui cukai pita rokok yang dibelinya, ga pernah mangkir dan ga pernah memanipulasi besaran cukai rokok yang harus dibayar. Dan yang tak kalah pentingnya secara agregat jumlah perokok inilah yang mempertahankan angkatan kerja, bisa dibayangkan jika semua perokok berhenti maka berapa jumlah pengangguran yang akan terjadi di sektor petani tembakau, pabrik rokok, pedagang asongan…ini dapat menimbulkan shock baru buat perekonomian.

Isteri juga ga pernah menyerah untuk menghentikan kebiasaan merokok ini, namun kalimat keramat“Kan sejak pacaran Bunda dah tau klo Ayah perokok…jadi harap maklum dong…” selalu dapat diandalkan. Nah, yang repot itu saat anak-anak protes baru saya kelimpungan tapi ya masih aja tetap bisa ngeles dengan jawaban “ Ya ayah salah dan minta maaf tapi ayah sudah kadung kecanduan, makanya kalian jangan coba-coba, ga baik.”

Kesadaran ini muncul setelah sarapan tadi pagi, seperti biasanya habis sarapan merokok adalah hal yang menjadi rutinitas. Namun, ntah mengapa rokok yang saya ambil justru jatuh di atas meja kerja tepat di sebelah penggaris…dan terlihat jelas bahwa panjang rokok tersebut 9 cm. Dasarnya dari dulu saya senang Matematika, temuan ini jadi menarik untuk mengasah otak di pagi ini. Mulailah saya berhitung, jika sehari saya menghabiskan 1 bungkus rokok isi 16 batang maka selama 20 tahun ini saya memperoleh hitung-hitungan berikut :

Sehari = 16 batang x 9 cm = 144 cm

Berarti selama 20 tahun = 144 cm x 365 x 20 = 1.051.200 cm = 10.52 KM.

Wah, jauuuuhhh juga sudah batang rokok yang sudah saya hisap…bayangkan saja jika semua batang rokok tersebut disusun sepanjang 10.5 KM terus dijadikan hiasan sepanjang even marathon 10K di Bali, lucu juga kali ya??? Lalu bagaimana dengan Anda…sudah berapa jauhkah rokok yang Anda hisap? Apakah masih di bawah rekor yang saya punya atau malah lebih fantastis dari angka di atas?

Kemudian otak ekonomis ini juga mulai berhitung biaya yang sudah dikeluarkan, saya ingat betul bahwa harga terendah rokok yang saya hisap ini dulunya Rp750 dan harga tertingginya saat ini Rp 12.000. Iseng-iseng saya hitung berdasarkan harga rata-ratanya saja berarti jatuh pada harga Rp6.375,- per bungkus. Dan selama 20 tahun ini saya sudah mengkonsumsi 7.300 bungkus (dengan asumsi sehari satu bungkus), maka biaya yang sudah saya habiskan sebesar 6.375 x 7.300 = Rp46.537.500,-…Wow…dengan jumlah dana sebesar itu saya dapat memodernisasi dapur rumah dengan kitchen set terbaru plus mengganti wallpaper kamar tidur yang sudah mulai mengelupas. Bila ini saya lakukan, pasti isteri saya akan senang dan bahagia banget dan itu berarti malam-malam akan menjadi malam yang panjang dan menyenangkan.

Hmmmmm….merokok,,, berhenti, nggak, berhenti, nggak, berhenti, nggak ya….????

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun